Mengenal Masno Perintis Radio Gamasi: Lagu Makassar Gak Ada Matinya!
Gamasi adalah radio lokal, yang menyajikan konten lagu-lagu daerah bugis, makassar, dangdut dan melayu.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Nurul Adha Islamiah
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Berbicara sejarah tentang lagu-lagu Bugis dan Makassar, tentu tak lepas dari Radio Gamasi 10.59 fm.
Gamasi adalah radio lokal, yang menyajikan konten lagu-lagu daerah bugis, makassar, dangdut dan melayu. Gamasi mengudara sejak 28 Juni 1980, sampai sekarang di kota Makassar dan sekitarnya.
Perlu diketahui bahwa radio ini didirikan oleh Abdul Hamid (71) akrab disapa Masno. Dia adalah penyiar senior, kelahiran Makassar 31 Agustus 1948, jebolan penyiar Radio Gandaria tahun 60an.
Pria yang hobi mancing dan menyanyi lagu daerah makassar ini adalah anak dari H Sajari dan Hj Sutina (Islam Tionghoa). Ia dibesarkan dari dua budaya yang berbeda, ayahnya berasal dari Jawa dan ibunya muslimah Tionghoa.
Masno adalah nama udaranya saat masih menyiar di Radio Gandaria tahun 1968.
Ke tribun-timur.com, Masno menceritakan bahwa sebelum ia mendirikan Gamasi, ia telah bekerja di stasiun Radio Gandaria.
Ia bekerja atau mulai menyiar di Gandaria pada tahun 1968 hingga tahun 1980. Radio Gandaria kala itu eksis bersama radio lainnya seperti Al Ihwan, dan Al Kawati, serta RRI. Sebagian besar kala itu, banyak radio menyajikan konten Islam. Sedangkan Gandaria tampil beda dengan hadirkan Pop, Melayu, dan Tembang Kenangan.
Seiring bertambahnya waktu, Masno semakin banyak dikenal orang, baik masyarakat maupun pejabat pemerintah di ibukota provinsi Sulawesi Selatan: Ujung Pandang kala itu.
Tak hanya jejaring, pemikirannya pun semakin matang. Saat itu, ia pun bermimpi ingin mempopulerkan budaya Bugis dan Makassar lewat radio.
Dengan ide itu, muncullah di benak Masno mendirikan radio yang kontennya khusus lagu lagu Makassar.
"Awal tahun 1980 saya akhirnya mundur sebagai penyiar radio Gandaria, dan Juni 1980 saya dirikan stasiun Radio namanya Gamasi," ujar Masno.
Berasal dari Nama Pohon
Gamasi kata dia adalah nama sebuah pohon.
Saat itu salah satu stasiun radio di Makassar memanfaatkan pohon gamasi sebagai tiang pemancar.
"Pohon gamasi dulu ini banyak di Makassar, pohon ini konon sangat kuat untuk jadi tiang penyangga jaringan radio. Nah disitulah saya jadikan radio ini beranama Gamasi, artinya peneduh, dan juga bisa memberikan informasi," katanya, sembari menyeruput kopi.
Radio Gamasi bagi dia adalah bagian dari hidup dan matinya. Begitupun dengan lagu Makassar, menurutnya selama Gamasi masih mengudara, lagu Makassar tetap dilantunkan.
"Lagu daerah ini adalah asset kita, budaya yang harus kita jaga, jangan sampai punah di era modern seperti sekarang. Intinya bagi saya, lagu Makassar ini gak ada matinya," kata Masno, saat nyantai di Warkop Phoenam Beulovard, Panakkukang, kota Makassar, Senin (25/2/2019).
Menjadi penyiar kata dia laiknya amanah rakyat bagi dirinya, lewat radio ia bisa mengeritik kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat dan juga menenangkan hati masyarakat yang galau.
Radio Gamasi awalnya berdiri di rumah kos-kosan yang ada di Jl Gunung Nona, kota Makassar, dan akhirnya berpindah tempat di Kompleks Marinda Jl Veteran Selatan.
Rumah yang kini dijadikan kantor Gamasi adalah rumah milik Salih Limpo yang di jual ke Masno.
"Dulunya saya kontrak disana, tapi sekarang sudah hak milik. Dia menjual ke saya atas belas kasihan. Sama seperti saya, Salih berharap lagu maskassar bisa terus mengudara lewat radio gamasi," katanya.
Lanjutnya, di Gamasi sebagian besar alumni dari Gandaria, seperti Dg Nai, dan Teti. "Mereka adalah sahabat sahabat saya, teman seperjuangan saya," katanya.
Ia menyebutkan kehadiran Gamasi di Sulsel pastinya menjadi kebanggaan tersendiri bagi penggemae setianya.
Saat ini, industri radio sebagian besar ikut dengan perubahan zaman. Namun Gamasi tidak.
Gamasi kata Masno komitmen dengan konten lagu-lagu daerah, tak hanya itu para penyiar juga menyampaikan pesan dengan bahas Makassar.
"Kenapa saya memilih bertahan, dan tidak ikut era milenial. Karena sekarang tidak adami lagi yang salurkan pesan budaya. Jika semua fokus milenial, kita konsisten dengan budaya Makassar," ujar Masno.
Menyiar hingga memutar lagu lagu daerah sama dengan mengangkat kearifan lokal.
Berdirinya Gamasi tidak membutuhkan waktu lama membuat dikenal banyak masyarakat, dengan mengkolaborasikan lagu Makassar dan Dangdut alhasil Gamasi pun eksis sampai sekarang.
Mendirikan Gamasi, Masno rela menjual harta peninggalan orangtuanya, dengan modal emas 48 gram (milik orangtua), uang 2 jita, 1 motor pespa, akhirnya bisa membeli alat siaran (frekuensi).
Setahun setelah Gamasi berdiri, Masno pun memilih melepas masa lajang dan meminang sang kekasihnya tahun 1981.
Ia menikahi Hj Hasna, dan mereka pun dikaruniai tiga anak Ridwan, Randi, dan Indah.
Surat Rp 25
Tahun 80, Gamasi hidup dari pendengar setia.
Caranya, para pendengar yang ingin merequest lagu dan menitip salam lewat list nama itu dibebankan hingga Rp 25 kepada pendengar.
"Yaa sama dengan iklan, dulu itu lewat kertas karena hape belum ada. Hahahahaa," kenang Masno, sembari sebut kami tidak punya Loe Gue, tapi Nakke na Kau (saya dan kamu).
Gamasi saat ini trend dengan singkatan dari Gaya Makassar Ada Disini, namun dulunya ada yang menyebutkan Gabungan Manusia Sial.
Istilah istilah di Gamasi kata Masno juga di adopsi dari guyonan masyarakat, seperti tambah-tambahi sambalu, atau istilah lainnya.
Ada dua penyanyi yang menjadi maestro di Gamasi dia adalah Anci Laricci dan Iwan Tompo. Keduanya telah meninggal dunia.
Ada tiga segmen yang disiapkan Gamasi, Pukul 14.00 wita sampai 16.00 wita khusus lagu makassar, pukul 09.00 Sampai 11.00 wita Bugis dan 11.00 wita hingga 14.00 wita melayu.
Dari sekian lagu daerah andalan Masno, salah satunya berjudul Lebba Gangga Na Paria.
Lagu ini kata dia bermakna cinta yang dipisahkan, ibarat air dan minyak tidak akan mungkin bersatu.
Lagu itu Ciptaan Madong B dg Ngampa, seniman Makassar, asal Kakatua, Mamajang, Makassar. (sal)
Laporan wartawan Tribun-Timur, Saldy
Baca: Aty Kodong Dipastikan Tampil di Puncak Millennial Road Safety Festival di Selayar
CAPTION
FOTO SALDY TRIBUN-TIMUR.COM- Pendiri Gamasi fm Abdul Hamid (71) saat ditemui di Warkop Phoenam Beulovard, Panakkukang, Makasssar.
Attachments area