Mengenal Masno Perintis Radio Gamasi: Lagu Makassar Gak Ada Matinya!
Gamasi adalah radio lokal, yang menyajikan konten lagu-lagu daerah bugis, makassar, dangdut dan melayu.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Nurul Adha Islamiah
Radio Gamasi bagi dia adalah bagian dari hidup dan matinya. Begitupun dengan lagu Makassar, menurutnya selama Gamasi masih mengudara, lagu Makassar tetap dilantunkan.
"Lagu daerah ini adalah asset kita, budaya yang harus kita jaga, jangan sampai punah di era modern seperti sekarang. Intinya bagi saya, lagu Makassar ini gak ada matinya," kata Masno, saat nyantai di Warkop Phoenam Beulovard, Panakkukang, kota Makassar, Senin (25/2/2019).
Menjadi penyiar kata dia laiknya amanah rakyat bagi dirinya, lewat radio ia bisa mengeritik kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat dan juga menenangkan hati masyarakat yang galau.
Radio Gamasi awalnya berdiri di rumah kos-kosan yang ada di Jl Gunung Nona, kota Makassar, dan akhirnya berpindah tempat di Kompleks Marinda Jl Veteran Selatan.
Rumah yang kini dijadikan kantor Gamasi adalah rumah milik Salih Limpo yang di jual ke Masno.
"Dulunya saya kontrak disana, tapi sekarang sudah hak milik. Dia menjual ke saya atas belas kasihan. Sama seperti saya, Salih berharap lagu maskassar bisa terus mengudara lewat radio gamasi," katanya.
Lanjutnya, di Gamasi sebagian besar alumni dari Gandaria, seperti Dg Nai, dan Teti. "Mereka adalah sahabat sahabat saya, teman seperjuangan saya," katanya.
Ia menyebutkan kehadiran Gamasi di Sulsel pastinya menjadi kebanggaan tersendiri bagi penggemae setianya.
Saat ini, industri radio sebagian besar ikut dengan perubahan zaman. Namun Gamasi tidak.
Gamasi kata Masno komitmen dengan konten lagu-lagu daerah, tak hanya itu para penyiar juga menyampaikan pesan dengan bahas Makassar.
"Kenapa saya memilih bertahan, dan tidak ikut era milenial. Karena sekarang tidak adami lagi yang salurkan pesan budaya. Jika semua fokus milenial, kita konsisten dengan budaya Makassar," ujar Masno.
Menyiar hingga memutar lagu lagu daerah sama dengan mengangkat kearifan lokal.
Berdirinya Gamasi tidak membutuhkan waktu lama membuat dikenal banyak masyarakat, dengan mengkolaborasikan lagu Makassar dan Dangdut alhasil Gamasi pun eksis sampai sekarang.
Mendirikan Gamasi, Masno rela menjual harta peninggalan orangtuanya, dengan modal emas 48 gram (milik orangtua), uang 2 jita, 1 motor pespa, akhirnya bisa membeli alat siaran (frekuensi).
Setahun setelah Gamasi berdiri, Masno pun memilih melepas masa lajang dan meminang sang kekasihnya tahun 1981.