Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Alkhalik Yusuf Pemilik Warkop Bugis, Dikhianati, Rugi Rp 200 Juta Hingga Berkah Ruko Mertua

"Alhamdulillah, warkop ramai bro. Banyak anak muda main game, mahasiswa kerja tugas, pedagang dan masyarakat sekitar pasar Toddopuli yang datang,"

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Nurul Adha Islamiah
Alkhalik
Alkhalik Yusuf, Pemilik Warkop Bugis di Belakang Toddopuli. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - "Alhamdulillah per hari rata-rata 500 cup laku di warkopku. Sekitar 5 kilogram kopi ludes 1x24 jam. Soal omzet jangan mi disebut bro," kata Alkhalik Yusuf pemilik Warkop Bugis di Belakang Pasar Toddopuli.

Kala itu, Rabu malam (20/2/2019). Tak terencana penulis bertemu dengan salah satu pengusaha muda yang sukses dengan omzet puluhan juta per bulan.

Alkhalik Yusuf (28 tahun) sibuk memegang dompet, ke kasir ia membayar jutaan rupiah. Padahal harga secangkir arabika di Kopi Teori tak semahal itu, kopi susu level medium dibanderol Rp 16 ribu saja.

Baca: TRIBUNWIKI: Marsyam Ahmad, Owner Warkop Labolong Sengkang, Penghulu Nyambi Jualan Kopi

Baca: TRIBUNWIKI: Enam Warkop di Sekitar Jl Batua Raya Makassar, No 4 Buka Sampai Dini Hari

Eh ia diberi bingkisan, dengan membawa kresek hitam, ia mendapati penulis. Kebetulan kami teman sekolah di SMAN 11 Makassar Jl Mappaoddang.

"Waduh sudah lama tak jumpa. Sehat bro," sapa Yusuf sembari menarik kursi dan duduk bersama.

Basa-basi terkait kabar, kondisi, kerjaan, hingga asmara 10 menit kita bahas. Tetiba ia berbagi kesuksesan.

"Ia ini ke Kopter (akronim Kopi Teori) beli biji kopi untuk di warkop. Harganya Rp 120 ribu per kilogram. Yah saya beli 15 kilogram. Lumayan bisa tahan 3 hari lebih," ujar sarjana Hukum UMI itu.

Usahanya kini sedang adem ayem. "Alhamdulillah, warkop ramai bro. Banyak anak muda main game, mahasiswa kerja tugas, pedagang dan masyarakat sekitar pasar Toddopuli yang datang," ujar Yusuf yang baru dua tahun menikah.

"Sekitar 500 cup yang keluar dipesan. Baik kopi dan aneka minuman. Ini belum setahun saya ingin tambah menu, tadinya cuman makanan ringan, kita ingin masukkan makanan berat," sambung Yusuf

Salah satu kopi andalannya yakni kopi plus sarang walet. "Kebetulan di ruko warkop kami, lantai 2 nya itu ada sarang burung walet. Mayan lah bisa di mix dengan kopi. Apalagi khasiat sarang walet ini kan baik untuk kesehatan tubuh," kata lelaki pehobi futsal.

Namun meraih itu tidak mudah. "Bro 2013 saya kerja jadi operator Telkomsel. 2014 saya resign dan memulai bisnis Warkop. Pertama itu di Pasar Segar. Saya join dengan seorang wartawan. Ruko dua tapak kita pakai bersama. Lantai 1 saya dagang kopi, lantai 2 jadi kantor media," ujar Yusuf.

Sekitar Rp 120 juta modal awalnya. Sumber modal 50:50, tabungan dan pinjaman bank. Ia pun membeli mesin kopi, perabot, interior, dan seluruh kelengkapan bahan produksi dan operasional.

Hingga bisnis berjalan rerata omzet yang didapatkan cukup besar. Namun tak setahun jalan, konflik muncul. Pemilik ruko ingin menjalankan bisnis kopi yang telah dikerjakannya.

"Nah disini saya merasa dihianati. Riskan memang bisnis join seperti ini. Tapi saya bilang gantikan saja modal saya, dan silakan ambil," katanya.

Dengan modal tersebut , ia menyewa ruko di Pasar Segar. Tak jauh dari ruko tempat ia usaha dulu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved