Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Bukan Hanya Unicorn, Ada Juga Decacorn dan Hectocorn, Ini Penjelasannya
Tertanyata bukan hanya istilah Unicorn saja, melainkan ada dua istilah lainnya yaitu Decacorn dan Hectocorn.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Kata Unicorn seketika menjadi bahan pembicaraan saat ini.
Topik Unicorn dipertanyakan Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) kepada Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Pada momen tersebut, Jokowi menanyakan soal kebiijakan pengembangan unicorn Indonesia.
"Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk dukung pengembangan unicorn-unicorn di Indonesia?" tanya Jokowi kepada Prabowo.
"Yang bapak maksud unicorn? unicorn? yang itu online-online itu?" jawab Prabowo terkesan kurang siap.
Sontak, pertanyaan balik yang di lontarkan Prabowo menjadi trending di twitter.
Sebagian nitizen mengambil kesimpulan tentang wawasan unicorn Prabowo dan bagi para pendukungnya menganggap hal tersebut adalah wajar.
Baca: TRIBUNWIKI: Jokowi Tanya ke Prabowo Soal Unicorn, Apa Itu Unicorn? Ini Penjelasannya
Namun, tahu kah kamu? Tertanyata bukan hanya istilah Unicorn saja, melainkan ada dua istilah lainnya yaitu Decacorn dan Hectocorn.
Artinya
Dekakorn (decacorn) adalah sebutan untuk perusahaan yang nilainya lebih dari $10 miliar atau setara Rp 147 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.700), sedangkan hektokorn (hectocorn) untuk perusahaan yang nilainya lebih dari $100.
Jadi, bisa dikatakan kedua istilah ini merupakan tingkatan atau kasta di atas lebih tinggi dari Unicorn.
Untuk diketahui Unicorn adalah perusahaan startup yang memiliki valuasi lebih dari US$1 miliar.
CB Insight dalam laporannya pada Januari 2019 mencatat saat ini ada lebih dari 300 unicorn di seluruh dunia.
Empat perusahaan asal Indonesia yakni Traveloka, Bukalapak, Gojek, dan Tokopedia masuk dalam daftar unicorn dunia yang memiliki valuasi lebih dari US$1 miliar.
Diantara 300 unicorn, tidak sedikit perusahaan yang 'naik kelas' menjadi decacorn dan calon hectocorn. Kedua istilah ini merupakan kasta perusahaan yang lebih tinggi di ranah startup.
Dilansir dari Kompas.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, Indonesia sudah sangat dipandang oleh negara lain dalam hal penciptaan Unicorn, start-up atau perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dollar AS.
Hal itu ia sampaikan saat ditanya oleh wartawan terkait dukungan Kementerian Keuangan kepada para para Unicorn Indonesia yang juga menjadi pembahasan di debat Pilpres.
"Untuk Indoneia kita bisa menghasilkan Unicorn yang cukup banyak itu adalah termasuk exceptional," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jalarta, Senin (18/2/2019).
"Untuk negara di ASEAN pun kita sudah dianggap suatu negara yang maju (dalam hal Unicorn)," sambungnya.
Saat ini dari 7 Unicorn asal Asia Tenggara, 4 di antaranya berasal dari Indonesia. Mereka adalah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, perkembangan Unicorn di Indonesia merupakan bukti kreativitas dan inovasi anak-anak muda Indonesia.
Oleh karena itu, Sri Mulyani menilai perlu adanya upaya untuk terus memperbaiki ekosistem start up di Indonesia, termasuk dari sisi perpajakan. Hal ini penting agar ke depan Unicorn Indonesia terus bertambah.
"Kami akan lihat termasuk masalah perpajakan dalam hal ini kami bersama-sama dengan para industri pelaku Unicorn-nya sendiri untuk bisa lihat sebetulnya kebutuhannya seperti apa mereka," kata dia.
Gojek Naik Kelas
Salah satu Unicorn Indonesia, Gojek digadang-gadang akan naik kelas menjadi dedacorn.
Pekan pertama Februari lalu, Go-Jek mengumumkan finalisasi putaran pendanaan Seri F yang diperoleh dari beberapa investor, yakni Google, Tencent, dan JD.com.
Tak hanya mengumumkan dana segar yang baru diperoleh, perusahaan ride-hailing ini juga mengklaim sebagai layanan mobile on-demand dan platform pembayaran terbesar di Asia Tenggara.
Dilihat dari total nilai transaksi bruto (GTV) tahunan di semua pasar yang mencapai 9 miliar dollar AS (sekitar Rp 126,7 triliun), sebagian besar memang disumpang oleh layanan pembayaran Go-Pay.
Dari total GTV, transaksi ekosistem Go-Pay menyumbang 6,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 88,7 triliun. Sementara layanan pesan antar makanan, Go-Food meyumbang angka 2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 28,1 triliun. Nilai transaksi yang diperoleh Go-Food menjadikannya layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara.
"Go-Food telah menjadi layanan pesan antar makanan terbesar di regional (Asia Tenggara)," ujar CEO Go-Jek, Nadiem Makarim, dilansir KompasTekno dari keterangan resmi Go-Jek, Selasa (12/2/2019).
"Sementara Go-Pay telah digunakan untuk memproses tiga perempat dari pembayaran mobile di Indonesia," imbuh Nadiem.
Menurut riset dari Financial Times Confidential Research akhir 2018 lalu, Go-Pay menjadi platform pembayaran digital terpopuler di Indonesia.
Saat ini, Go-Jek mengaku memiliki hampir 300.000 merchant online maupun offline di Indonesia.
Go-Pay telah bekerja sama dengan 28 lembaga keuangan untuk memberikan akses ke jutaan keluarga Indonesia.
Saat ini, Go-Jek telah memperluas jaringan bisnis ride-hailing di Singapura, Vietnam, dan Thailand. Nadiem mengatakan masih ingin menambah negara-negara baru untuk memperluas jangkauan Go-Jek.
"Kami sangat ingin memperluas visi kami ke lebih banyak negara dan di saat yang bersamaan menempatkan Indonesia pada peta sebagai pusat inovasi teknologi regional," kata Nadiem.
Bersama afiliasinya, Nadiem menyebut bahwa Go-Jek telah beroperasi di lima negara dan 204 kota serta wilayah di seluruh Asia Tenggara.
Ia mengatakan telah memiliki 2 juta mitra kemudi dan 400.000 merchant. Dari putaran pendanaan Seri F, Go-Jek dikabarkan mendapatkan suntikan dana sebesar 920 juta dollar AS (sekitar Rp 13 triliun).
Apabila angka ini benar, maka valuasi Go-Jek ditaksir mencapai 9,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 132 triliun).
Jika nantinya valuasi bisa menembus angka 10 miliar dollar AS, maka Go-Jek akan menjadi startup "Decacorn" pertama dari Indonesia.
Istilah "Decacorn" digunakan untuk perusahaan rintisan digital yang mencapai angka valuasi tersebut.