Sudah Janji Turunkan 20 Persen, Menhub Sebut Harga Tiket Maskapai Garuda Indonesia Group Masih Mahal
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi masih mengeluhkan mahalnya tiket pesawat yang ditawarkan Garuda Indonesia Group.
TRIBUN-TIMUR.COM-Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi masih mengeluhkan mahalnya tiket pesawat yang ditawarkan Garuda Indonesia Group.
Garuda Indonesia Group menaungi tiga maskapai penerbangan, yakni Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, dan Sriwijaya Air.
"Saya tadi pagi sudah cek harga, hari ini masih mahal," ujar Menhub Budi Karya Sumadi di Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Dia pun mengaku telah menghubungi pihak Garuda Indonesia untuk mengoreksi harga-harga tiket yang menurutnya masih mahal.
Baca: Saatnya Berburu Tiket, Garuda Indonesia, Citilink, dan Sriwijaya Air Turunkan Harga 20 Persen
Baca: Terungkap Ternyata Ini Penyebab Tiket Pesawat Mahal, Ini Dilakukan Presiden Jokowi & Kata Ketum PHRI

Diharapkan, dengan diturunkannya harga tiket dari maskapai Garuda Indonesia Group juga akan memengaruhi turunnya harga tiket maskapai lain.
"Nanti kita pantau yang lain mestinya memang ada penurunan, biasanya mereka sudah memosisikan dirinya di posisi tertentu, misalnya Garuda pasang 100, nanti Batik 95 persennya atau 90 persen, terus Sriwijaya di bawahnya, kemudian Citylink, ini terkoreksi pasti," jelas mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II ini.
Sebagai catatan, sebelumnya Garuda Indonesia menyatakan dalam keterangan tertulis telah menurunkan harga tiket sebesar 20 persen.
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan, penurunan tarif tiket pesawat ini merupakan tindak lanjut dari inisiasi awal Indonesia National Air Carrier Association (INACA) yang sebelumnya baru berlaku di beberapa rute penerbangan.
"Hal tersebut sejalan dengan aspirasi masyarakat dan sejumlah asosiasi industri nasional serta arahan Bapak Presiden RI mengenai penurunan tarif tiket penerbangan dalam mendukung upaya peningkatan sektor perekonomian nasional, khususnya untuk menunjang pertumbuhan sektor pariwisata, UMKM, hingga industri nasional lain, mengingat layanan transportasi udara memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian," ujar Ari dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Ari menambahkan, keputusan ini diambil sejalan dengan sinergi positif seluruh sektor penunjang layanan penerbangan dalam memastikan tata kelola industri penerbangan yang tepat guna, baik dari aspek aksesibilitas masyarakat terhadap layanan transportasi udara maupun business sustainability maskapai penerbangan di Indonesia.
Dengan penurunan tarif tiket penerbangan ini, diharapkan akses masyarakat terhadap layanan transportasi udara dapat semakin terbuka luas sehingga Garuda Indonesia Group dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam memberikan pelayanan berkualitas yang dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat.
"Penurunan harga tiket tersebut kami pastikan akan menjadi komitmen berkelanjutan Garuda Indonesia Group dalam memberikan layanan penerbangan yang berkualitas dengan tarif tiket penerbangan yang kompetitif," kata Ari.

Harga Tiket Pesawat Dikeluhkan, Presiden Jokowi Gelar Rakor
Harga Mahal tiket pesawat mengusik Presiden Jokowi. Presiden Jokowi menggelar rapat koordinasi dengan kementerian dan stakeholder untuk mengatasi masalah krusial ini.
Harga tiket pesawat yang Mahal menjadi keluhan beberapa hari terakhir. Apa sebenarnya penyebab harga tiket pesawat Mahal?
Baca: 5 Fakta Demonstran Berani Adang Mobil Presiden Jokowi, Ini Terjadi Kemudian Ada Pingsan & Diinjak
Baca: Hasil Liga Champions - Video Gol Ajax Dipermalukan Real Madrid, Tottenham Hotspur Cukur Dortmund
Baca: Lowongan Kerja PT KAI untuk Lulusan SMA SMK Sederajat, Segera Daftar Online, Berakhir 16 Februari
Baca: Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 & D4/S1, Segera Daftar Online di Link Resmi, Terakhir Hari Ini
Presiden Joko Widodo beserta sejumlah menteri terkait, Rabu (13/2/2019) siang, menggelar rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta untuk membahas harga avtur yang dinilai terlalu tinggi.
Ternyata pemicu lonjakan tiket pesawat disumbang oleh harga avtur yang dijual Pertamina lebih mahal dari yang dijual Singapura.

Presiden Jokowi Sikapi Mahalnya Tiket Pesawat
Saat ini tingginya harga avtur dinilai mengerek harga tiket pesawat Indonesia.
Harga avtur mempengaruhi 25 persen hingga 40 persen dari harga tiket pesawat.
Presiden telah menginstruksikan menteri terkait untuk mengevaluasi harga avtur.
Ia berharap ada hal-hal yang bisa diefesiensikan agar harga avtur tak terlalu memberatkan perusahaan penerbangan.
"Tadi, saya sudah perintahkan menteri untuk dihitung ya. Mana yang belum efisien, mana yang bisa diefesiensikan. Nanti akan segera diambil keputusan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu sore.
Hadir dalam rapat tersebut, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono.
Ketika ditanya apakah ada target kepada para menterinya itu, Presiden mengatakan, yang terpenting kalkulasi harus dilakukan secara teliti.
"Segera, akan. Setelah ada kalkulasinya," ujar dia.
Ketika ditanya kembali mengenai apakah ada opsi-opsi tentang harga avtur yang dinilai berat, Jokowi mengatakan, justru dalam rapat terbatas tadi, ia baru memerintahkan menterinya untuk melakukan evaluasi.
Dari evaluasi itu, para menteri diharapkan menyampaikan opsi-opsi apa saja yang harus diputuskan olehnya.
"Wong baru saja saya perintah tadi untuk melihat, membuat perhitungan membuat kalkulasi. Apakah ada opsi-opsi seperti apa, baru disampaikan kepada saya," ujar Jokowi.
Diberitakan, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengeluhkan mahalnya harga tiket pesawat yang menyebabkam sepinya kamar-kamar hotel di Indonesia.
Ia menyampaikan keluhan tersebut langsung kepada Presiden Joko Widodo dalam sambutan acara perayaan HUT Ke-PHRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (11/2/2019).
Kenaikan harga tiket pesawat hingga 40 persen menyebabkan berkurangnya minat masyarakat untuk berlibur di dalam negeri.
Akibatnya, menurut dia, masyarakat lebih memilih berlibur ke luar negei sebab harga tiket lebih murah.
"Kondisi harga tiket yang mahal ini telah mengakibatkan berkurangnya perjalanan masyarakat yang berakibat menurunnya hunian hotel 20-40 persen," kata Hariyadi kepada Jokowi.
Solusi mengatasi polemik kenaikan harga tiket pesawat dan tuntutan penurunan harga avtur semakin menemukan titik terang.
Setelah masalah ini sampai ke Presiden Joko Widodo, pemerintah tengah mempertimbangkan menghapus Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) untuk avtur.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan usulan penghapusan PPN avtur tersebut telah disampaikan kepada Presiden Jokowi.
Menurutnya, usulan itu muncul karena PPN dinilai sebagai beban bagi harga avtur sehingga susah turun.
Pengenaan PPN membuat harga avtur di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
"Kita tidak terlalu beda jauh kok sama Singapura, tapi ya perbedaannya pajak, kita kena PPN, di mereka tidak kena," ujar Rini usai menemui Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (13/2/2019).
Rini mengatakan, usulan penghapuasan PPN tersebut telah disampaikan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Selain itu, pemerintah juga terus mengkaji struktur biaya penjualan avtur.
Namun, terkait kehadiran pihak lain dalam menjual avtur perlu peninjauan terkait infrastruktur.
Pasalnya saat ini penjual avtur satu-satunya di Indonesia yaitu PT Pertamina (Persero) telah melakukan investasi infrastruktur.
"Infrastruktur di dalam, infrastruktur penyimpanan itu semua investasi Pertamina," terang Rini.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance ( Indef), Abra Talattof, memberikan saran bagi pemerintah agar harga tiket pesawat tak membebani masyarakat.
Salah satunya dengan mengurangi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi Pertamina saat menjual avtur.
"Pertama, mengkaji mengurangi PPN avtur. Jadi pajak pertambahan avtur di Indonesia 10 persen. Di Singapura 7 persen. Kira-kira bisa enggak Menkeu memberi stimulus untuk PPN avtur dikurangi, minimal kompetitif dengan negara tetangga, supaya harga avturnya bisa lebih murah," ujar Abra saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/2/2019).
Kedua, lanjut Abra, pemerintah juga perlu mengurangi biaya yang dikenakan otoritas bandara kepada Pertamina saat menjual avtur.
"Pungutan itu menyebabkan ada tambahan ongkos buat Pertamina. Di negara lain informasi yang saya dapat itu enggak ada. Solusinya duduk bersama antara stakeholder kira-kira ruang mana yang masih dimungkinkan untuk jadi jalan keluarnya," kata Abra.
Untuk solusi jangka panjangnya, kata Abra, Pertamina harus mengurangi ketergantungan impor minyak.
Sebab, saat ini Pertamina, menurut dia, harus mengimpor 40 persen minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan avtur dalam negeri.
Untuk mengurangi Impor, lanjut Abra, perlu dibangun kilang pengelolaan minyak yang berbasis green energy. Diharapkan, hal tersebut bisa mengurangi impor Pertamina.
"Misalnya dengan minyak kelapa sawit. Supaya impor avtur kita menyusut dan pada akhirnya kita bisa menyediakan harga avtur lebih murah lagi. Poinnya jangan terus merongrong Pertamina," ucapnya.(*)
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menhub: Harga Tiket Garuda Indonesia Masih Mahal", https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/15/123000126/menhub--harga-tiket-garuda-indonesia-masih-mahal.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan