Kak Heru Hibur Anak-anak Korban Banjir Desa Sapanang Jeneponto
Kak Heru panggilan akrabnya mengaku sudah keliling Indonesia menghibur anak-anak korban bencana seperti di Papua, Manado dan Palu.
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Imam Wahyudi
Laporan Wartawan TribunJeneponto.com, Ikbal Nurkarim
TRIBUNJENEPONTO.COM, BINAMU - Anak-anak korban banjir desa Sapanang Jeneponto ikuti trauma healing yang diinisiasi Kodim 1425 dan Persit KCK XXXIII Jeneponto, Senin (4/2/2019).
Salah satu pengisi acara, Kak Heru, yang membawakan dongeng kisah ayam dan srigala membuat anak-anak korban banjir terpingkal-pingkal.
Kak Heru panggilan akrabnya mengaku sudah keliling Indonesia menghibur anak-anak korban bencana seperti di Papua, Manado dan Palu.
Ia mengaku setiap tempat yang ia kunjungi masing-masing memiliki kisah tersendiri.
"Kalau daerah yang saya kunjungi itu masing-masing memiliki kisah sendiri," kata Heru
"Di Jeneponto sendiri saya merasa senang dan bahagia melihat anak-anak korban banjir ini bahagia dengan cerita dongeng," tandasnya.
"Karena menurut saya anak-anak di Jeneponto asing dengan cerita dongeng apalagi yang di pedalaman begini," tuturnya.
Setelah melakukan pertunjukan, kak Heru dan bonekanya yang diberi nama Bona, menjadi pusat perhatian anak-anak korban banjir Desa Sapanang, Jeneponto.
Pasalnya, banyak anak-anak yang ingin tahu kenapa boneka yang kak Heru bawa bisa bicara.
"Kenapa itu bonekanya bisa bicara di atas panggung tadi," kata Hilda anak korban banjir Sapanang
Pria asli Jawa ini menilai anak-anak korban banjir Jeneponto merupakan anak-anak yang kuat.
"Saya lihat ya anak-anak di Jeneponto itu anak-anak hebat kuat, dan saya yakin mereka bisa bangkit," tuturnya.
"Yang harus kita tekankan adalah bahwa apa yang menimpa mereka adalah cobaan, yang tidak boleh mereka pendam berlarut-larut sehingga kita harus hibur dan edukasi mereka," tutupnya.
Banjir bandang yang menerjang kabupaten Jeneponto Selasa (22/1/2019) lalu telah menelan 15 korban jiwa dan ratusan rumah ikut rusak.
Bukan hanya itu akibat banyak banyak sekolah ikut terdampak, sehingga anak-anak lumpuh dari proses belajar mengajar.