Gunung Karangetang di Sulawesi Utara Muntahkan Lava Panas ke Kali, Ratusan Warga di Sitaro Ngungsi
Ratusan warga dua kampung di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro ( Sitaro ) mengungsi untuk menghindari lava panas.
Ia mengatakan warga tak perlu khawatir dengan harta benda mereka.
Baca: 10 Pasien DBD Dirawat Selama Januari 2019 di RSUD Tenriawaru Bone
Baca: www.snmptn.ac.id - Lihat di Link Ini Hasil Pemeringkatan SNMPTN 2019, Siswa Bisa Daftar Hari Ini!
"Terpenting nyawa bisa selamat, sebab bisa saja awan panas, atau gas beracun dari gunung yang bisa membahayakan jiwa," jelasnya.
Kapolres Sangihe, Dandim 1301 Sangihe, dan Ketua DPRD kemudian menyambangi warga yang mengungsi di desa Batubulan.
Tentu saja dengan pengawalan, melihat situasi dan kondisi, sebab untuk menuju ke Batubulan harus melewati kali Batuare dan Malebuhe.
Ketua DPRD Sitaro Djon Janis mengatakan harus ada edukasi terhadap masyarakat khususnya untuk penanggulangan bencana, sebab Sitaro ada beberapa potensi bencana semisal gunung Karangetang.
Di lokasi hingga saat ini masih dijaga oleh anggota TNI dan Polri, juga ada dari BPBD. Warga yang mengungsi juga sudah diberikan bantuan oleh BPBD, Dinsos Sitaro, dan PMI untuk obat-obatan.
Keluar Asap Putih
Gunung Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) mengeluarkan asap kawah bertekanan sedang hingga kuat berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah pada Minggu (3/2/2019)
"Kalau dari kawah utama terlihat asap putih kebiruan tebal tekanan gas sedang sampai kuat sekitar 50 meter," jelas Yudia Tatipang, Kepala pos pengamatan Gunung Api Karangetang kepada tribunmanado.co.id
Ia menjelaskan, bau belerang juga tercium lemah. "Asap kebiruan condong dan menyebar di lereng bagian selatan tenggara tubuh gunung api," jelas dia.
Katanya, di kawah dua juga terlihat asap putih tipis sampai sedang tekanan gas lemah sampai sedang tinggi sekitar 50 - 100 meter.
"Suara gemuruh lemah sampai agak kuat sering terdengar dan disertai hembusan asap putih kelabu tinggi sekitar 300 meter," jelas dia.
Ia mengatakan, secara kegempaan guguran terjadi 34 kali dengan amplitudo 3-12 mm dengan durasi 30-55 detik. Hembusan terjadi 21 kali dengan amplitudo 6-54 mm, durasi 20-65 detik.
Vulkanik dangkal 2 kali, amplitudo 10-20 mm, berdurasi 5 detik. Tektonik jauh sekali dengan amplitudo 45 mm, S-P 26 detik, berdurasi 75 detik.