Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Jadi Nama Jalan di Makassar, Ini Profil Pahlawan Abdullah Daeng Sirua
Abdullah Daeng Sirua lahir pada tahun 1922 dari pasangan Yusuf Daeng Ngawing dan Yalus Daeng Te'ne.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
Laporan Tribun Timur, Desi Triana Aswan
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR - Jalan Abdullah Daeng Sirua atau yang dikenal dengan Abdesir diambil dari nama tokoh masyarakat kampung Tidung, Makassar.
Lahir 1922
Berdasarkan penelusuran Tribun wiki, Abdullah Daeng Sirua lahir pada tahun 1922 dari pasangan Yusuf Daeng Ngawing dan Yalus Daeng Te'ne.
Ayah Abdullah adalah seorang kepala Kampung di Mapala.
Yusuf Daeng Ngawing merupakan pejuang yang turut dalam menentang penjajahan Jepang dan Belanda.
Sikap perjuangan tersebut, ternyata diwarisi oleh Abdullah.
Ketika beranjak remaja ia lalu melanjutkan pendidikannya di Mualimin Muhammadiyah Jongaya untuk memperdalam ilmu agama.
Tidak puas mengenyam bangku pendidikan di Mualimin Muhammadiyah Jongaya, ia kemudian melanjutkannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
MULO adalah sekolah khusus untuk anak-anak Belanda dan prİbumİ yang keturunan bangsawan.
Sekolah ini merupakan milik Belanda.
Rajin Berbagi Ilmu
Abdullah membagikan ilmu yang didapatnya kepada warga yang tidak bersekolah. Ia bahkan menggunakan kolong rumahnya sebagai kelas untuk mengajar.
Setiap sorenya, ia meluangkan waktu untuk mengajar ngaji dan ilmu agama.
Pada masa penjajahan, rumah Abdullah lah yang dijadikan markas dan tempat untuk makanan serta obat-obatan bagi para pejuang.
Lawan Belanda dan Jepang
Alhasil, Abdullah tumbuh menjadi sosok pejuang dan petarung yang kuat dan gigih untuk melawan sekutu Belanda.
Belanda akhirnya menjadikannya target utama, hingga akhirnya Abdullah ditangkap selama setahun dan ditembak mati. Namun, nasib baik berpihak padanya, konon ketika ditembak, tembakan tersebut tak mengenai tubuh Abdullah.
Saat Jepang mulai menjajaki Makassar pada tahun 1942, Belanda meninggalkan Indonesia. Jepang kemudian melanjutkan penjajahan Belanda.
Abdullah bergabung organisasi laskar pejuang, Kesatuan Harimau Indonesia (HI), dan Keris Muda untuk menyerang Jepang.
Abdullah berjuang bersama tokoh-tokoh Sulawesi Selatan, diantaranya Wolter Monginsidi, Emmy Saelan, Raden Endang, dan Siti Mulyati.
Mereka berjuang di area wilayah Takalar, Maros, Barru, sampai ke Malino, Gowa.
Selama berjuang, Abdulllah selalu ditangkap dan disiksa.
Bahkan ibu jari Abdullah diikat dan diseret dengan mobil.
Tidak hanya itu, ia bahkan dipukul hingga digantung.
Abdullah sempat dikabarkan meninggal dunia. Masyarakat kemudian membentuk gerakan untuk melakukan penyergapan kepada antek-antek KNIL.
Disinilah terjadi perlawanan besar-besaran dari Masyarakat.
Jadi Penceramah
Setelah penjajahan Jepang berakhir, dan para penjajah meninggalakan kota Daeng pada tahun 1949. Abdullah menjadi penceramah dan mengajar agam di berbagai sekolah rakyat. Ia dikenal sebagai da'i Kota Makassar.
Sebelum wafat, ia berpesan untuk tidak di makamkan di Makam Pahlawan dan meminta untuk dikuburkan di kampung kelahirannya di Kampung Tidung tempat ia dan ayahnya berjuang melawan antek.
Kabarnya, Abdullah menolak namanya dijadikan nama jalan.
Namun, atas jasa, kepribadian, dan pengabdiannya yang begitu besar menjadikan warga Tamamaung dan Masale bersikeras untuk nama tersebut diabadikan sebagai nama jalan yang ada di Makassar hingga saat ini.
Data:
Nama: Abdullah Daeng Sirua
Lahir: Tidung, 1922
Ibu: Daeng Ngawing
Ayah: Yalus Daeng Te'ne
Organisasi:
- Organisasi Laskar Pejuang
- Kesatuan Harimau Indonesia (HI),
- Keris Muda