Banjir Sulsel
Tolong Jeneponto Darurat Air Bersih
Masalah krisis air bersih itu kian diperparah karut-marut manajerial otoritas penyedia kebutuhan dasar itu di level kabupaten.
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Thamzil Thahir
Bencana Nasional, merilis dari total 113 desa (83) dan (31) kelurahan di 11 kecamatan, sebanyak 34 desa/kelurahan terpapar bencana di skala tinggi dan sangat tinggi.
Di Binamu, ibukota kabupaten ada lima desa (Sapanang, Balang, Monro-Monro, Balang Toa, dan Pabbiringan) masuk kategori sangat tinggi.

Sedagkan dua desa di Kecamatan Turatea (Bontomate’ne, Pa’rasanan Beru, dan Jombe) di kecamatan Bontoramba terparah di Desa Bangkalaloe. Sisanya, 24 desa/kelurahan menyebar di delapan kacamatan lain,
Dalam catatan Tribun, hingga tadi malam, ratusan relawan dari Makassar, hingga tadi malam, terus membagikan sumbangan natura ke Jeneponto.
Baca: Bahas Banjir Jeneponto, Pengurus KKT Minta Perhatian Pemerintah Pusat Banjirnya Sangat Parah
Jalur lalulintas dari dan ke daerah ini macet di malam hari, Sebagian besar datang ke Jeneponto, pagi harinya, dan balik ke Makassar malam harinya.
Tanpa dikoordinir, mereka terjun langsung membagikan sumbangan.
Akhirnya, banyak bantuan hanya tersalur di kawasan pinggir jalan namun tidak sampai ke pelosok.
Dalam catatan Tribun, masalah manajemen pengelolaan air di Jeneponto, memang sudah ada dua tahun terakhir.
Penetapan tersangka direktur PDAM setempat, tahun lalu, rangkaian tunggakan pemakaian listrik oleh PDAM Jenepo sepanjang 2016, 2017 dan 2018, menambah runyam masalah air bersih di Jeneponto.
Hingga awal 2018, total tunggakan listrik PDAM Jeneponto yang tercatat di PLN Rayon Jeneponto mencapai Rp 595 juta per September 2017.
PDAM melayani kurang lebih 9.155 pelanggan aktif. Namun dari jumlah tersebut, banyak yang dilaporkakan menunggak membayar iuran air.
Dana yang dikelola PDAM itu Rp461 juta per bulan, sedangkan jumlah pegawai PDAM 94 orang. Pembayaran listrik per bulan itu Rp250 juta dari pedapatan. Juga akumulasi masalah gaji pegawai sudah 3 bulan belum dibayarkan,
Rekomendasi Amerika
Dari hasil pemantauan lapangan dilansir IUWASH, proyek penerlitian air bersih daru USAID tahun 2017 lalu, sudah menemukan titik-titik kerentanan utama PDAM Jeneponto.
Titik intake PDAM di sepanjang aliran Sungai Kelara (Intake Munte, Intake Kallakara, dan Intake Parappa).
Di balik potensi debitnya yang besar, Sungai Kelara menyimpan potensi bencana. Sungai Kelara pernah mengalami bencana banjir dan berpotensi bencana yang sama di masa yang akan datang.
Perubahan tata guna lahan di daerah hulu, kondisi geologi, dan perubahan iklim akan meningkatkan potensi tersebut. Pada saat kemarau, potensi kekeringan juga sangat
berpotensi terjadi di DAS Jeneponto yang tentu berpengaruh terhadap debit Sungai Kelara.
IUWASH-USAID merekomendasikan perlunya upaya sistemastis menahan air selama mungkin di daratan terutama di bagian hulu.
Titik lain yang perlu menjadi perhatian PDAM Kabupaten Jeneponto adalah Sungai Biroanging. Berdasarkan hasil studi, Sungai Biroanging sangat potensial untuk dijadikan sumber air baku PDAM.
Sungai Biroanging memiliki debit cukup besar dengan parameter fisik yang memenuhi standar kualitas air baku untuk air minum dan terlebih di sungai ini sejak tahun 2011 telah terdapat bangunan intake namun belum dimanfaatkan.
Pengoperasian intake Sungai Biroanging dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya yang berada di bagian barat Kabupaten Jeneponto.
Selain itu, pembatalan UU SDA yang menuntut prioritas pengelolaan sumber daya air berada pada badan usaha milik negara (BUMN) maupun badan usaha milik daerah (BUMD) harus disikapi sebagai momentum PDAM untuk semakin didukung dan dikembangkan.
Aksi spesifik yang dilakukan IUWASH adalah Penyusunan StudiKelayakan Penggunaan Sumber air.