Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tertarik Kuliah di Belanda? Beasiswa Orange Tulip dan StuNed Sudah Dibuka, Buruan Daftar

Pendaftaran Orange Tulip Scholarship (OTS) sudah dibuka untuk tahun akademik 2019 - 2020

Editor: Anita Kusuma Wardana
KOMPAS.COM/M LATIEF
Ada 65 program beasiswa dengan total nilai beasiswa mencapai lebih dari 700.000 Euro. Tapi, OTS ini program beasiswa parsial, jadi tidak akan mendanai secara penuh. 

TRIBUN-TIMUR.COM-Anda tertarik ingin melanjutkan kuliah di negeri Belanda?

Pendaftaran Orange Tulip Scholarship (OTS) sudah dibuka untuk tahun akademik 2019 - 2020.

Sebagai pencetus sekaligus pengelola program beasiswa ini Nuffic Neso Indonesia mengundang para mahasiswa Indonesia untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

"Ada 65 program beasiswa dengan total nilai beasiswa mencapai lebih dari 700.000 Euro. Tapi, OTS ini program beasiswa parsial, jadi tidak akan mendanai secara penuh.

Beasiswa parsial ini ditawarkan oleh universitas di Belanda dan dikelola oleh Nuffic Neso Indonesia," ujar Koordinator Promosi Pendidikan Nuffic Neso Indonesia, Inty Dienasari, Jumat (11/1/2018), di Kantor Nuffic Neso Indonesia.

Baca: Beredar Foto dan Video Por*o Asli Vanessa Angel yang Panjang dan Pendek

Baca: Harga & Spesifikasi Xiaomi Redmi Note 7, Satu Juta Unit Siap Meluncur, Redmi 7 & Redmi Note 7 Pro?

Baca: Detik-detik Prabowo Joget di Panggung Lalu Dipijat Sandi saat Debat Capres Panas, Jokowi Sindir Ini

Baca: Pelatih yang Dikaitkan PSM Pernah Tangani Klub Wiljan Pluim. Lihat Foto-foto Erwin Van de Looi!

Baca: 8 Artis Terkaya Indonesia! Raffi Ahmad Nomor Pertama, Sule Ungguli Syahrini & Nagita Slavina

 

Inty menjelaskan, tujuan OTS memang untuk meningkatkan kesempatan anak-anak Indonesia bisa melanjutkan studi di Belanda, terutama para pelajar unggulan yang berminat mengikuti studi pada jenjang sarjana (bachelor) atau pascasarjana (master).

"Jumlah beasiswa yang ditawarkan masing-masing institusi pendidikan ini berbeda-beda. Secara umum, penerima beasiswa akan mendapatkan potongan mulai dari 30 persen sampai 100 persen biaya studi atau tanggungan biaya hidup per bulan," papar Inty.

Adapun sisa biaya yang tidak didanai oleh OTS akan ditanggung oleh penerima beasiswa dengan sumber dana pribadi atau sponsor lainnya.

Inty menjelaskan, program studi yang ditawarkan dalam program beasiswa ini juga beragam, mulai ekonomi, bisnis, medical sciences, seni budaya, komunikasi internasional, dan lainnya.

Universitas yang berpartisipasi dalam program ini di antaranya University of Amsterdam yang menduduki peringkat 100 besar di Times Higher Education dan QS World University Ranking.

"University of Amsterdam memberikan potongan biaya pendidikan sampai 12,000 Euro, sedangkan University of Groningen Graduate School of Medical Sciences memberikan kesempatan kepada mahasiswa Indonesia untuk memperoleh pengetahuan akademik di bidang medis dan universitas dengan potongan biaya pendidikan sampai 36,000 Euro dan biaya hidup per bulan sampai sebesar 875 Euro," ujar Inty.

Baca: STMIK Dipanegara Buka Prodi S1 Rekayasa Perangkat Lunak, Diminta Jadi Universitas Tahun 2020

Baca: PSM Makassar Dekati Pemain Naturalisasi Osas Saha, Tahu Guy Junior Disebut ke Persija Jakarta?

Baca: 5 Update Bursa Transfer: Kabar Baik Persebaya dan PSM, Persib Persulit Pemain Ini Pindah Persija?

Baca: 1584 Perempuan Makassar Gugat Cerai Suami Sepanjang 2018

Anda tertarik? Untuk mendaftar OTS sebetulnya cukup mudah dan persyaratannya bisa langsung dilihat di situs Nuffic Neso Indonesia.

Secara umum persyaratan yang diperlukan di antaranya adalah formulir OTS dan bukti pendaftaran program studi atau surat penerimaan (letter of acceptance) dari institusi pendidikan yang ada dalam skema OTS.
Jangan ketinggalan! Pendaftaran OTS sudah dibuka dengan batas waktu bervariasi antara 1 Januari sampai 1 Mei 2019.

Informasi lebih lanjut tentang daftar perguruan tinggi Belanda dalam skema OTS, program studi yang ditawarkan, prosedur pendaftaran, serta deadline dapat dilihat di www.nesoindonesia.or.id/ots/skema2019-2020.

Beasiswa Stuned

Selain beasiswa Orange Tulip, beasiswa dari universitas Belanda yang bekerja sama dengan organisasi atau korporasi adalah Studeren in Nederland atau StuNed.

Holland Alumni Network Celebes berkunjung ke Tribun Timur Jl Cendrawasi 430, Makassar, Rabu (9/1/2019).

Kedatangan para alumni Belanda asal Sulawesi ini tidak lain adalah membawa kabar gembira bagi para siswa SMA yang sudah ingin masuk perguruan tinggi negeri.

Stuned Program memberikan beasiswa S1 bagi siswa SMA yang ingin melanjutkan kuliahnya ke Belanda.

Baca: Panwascam Maritengngae Sidrap Ajak Siswa SMA Turut Awasi Pemilu 2019

Baca: Lagi, Hoax Ustadz Arifin Ilham Meninggal Dunia, Alvin Faiz Sampaikan Kabar Terbaru Ayahnya

Baca: Hari Ini Pengumuman Seleksi Relawan Demokrasi KPU Sidrap

Baca: TERBARU Lowongan Kerja Indofood, Terima Karyawan Lulusan D3 & S1, Cek Link Resmi, Segera Daftar!

Baca: Harga & Spesifikasi Xiaomi Redmi Note 7, Satu Juta Unit Siap Meluncur, Redmi 7 & Redmi Note 7 Pro?

Ketua Harian Holland Alumni Network Celebes (HANCE) M Yusran Amir mengatakan ini merupakan yang pertama kali dari Stuned.

"Sebenarnya untuk program beasiswa dari Stuned itu sudah lama, tapi hanya untuk S2 dan S3. Nah, sekarang untuk anak SMA juga kalau mau S1 bisa menggunakan beasiswa ini," katanya.

Menurut M Yusran yang juga merupakan alumni Belanda ini, kesempatan bagus untuk belajar di negeri kincir angin menjadi peluang besar untuk mencetak sumber daya manusia Sulawesi yang lebih baik lagi.

Ia yakin dengan banyaknya muda-mudi Indonesia yang mengenyam bangku kuliah di luar negeri, akan semakin mempercepat perkembangan suatu wilayah.

Ia berharap akan banyak siswa-siswa SMA yang sesaat lagi akan ujian nasional untuk mengikuti beasiswa ini.

"Kami akan bergerak cepat, berhubung para siswa juga sudah mulai ujian," tuturnya.

Ia juga mengatakan akan mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah unggulan yang ada di Makassar dan memberikan informasi terkait beasiswa tersebut.

Untuk informasi lebih lanjut bisa www.nesoindonesia.or.id.

Kisah Alumni Beasiswa StuNed

Muhammad Yusran Amir merupakan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Hasanuddin.

Kedatangannya, beberapa waktu lalu di redaksi Tribun Timur, menghantarkannya untuk memberikan informasi terkait beasiswa Stuned.

Beasiswa tersebutlah yang menghantarkan Yusran sapaan akrabnya meraih magister di Royal Tropical Institut Amsterdam.

Kepada Tribun Timur, ia mengisahkan perjalanan karirnya hingga akhirnya kembali ke Indonesia dan mengabdi sebagai seorang tenaga pengajar.

Masa Kecil

Muhammad Yusran Amir tumbuh dilingkungan pedesaan yang asri.

Ia memang lahir di kota, namun pamannya yang saat itu merupakan Asisten Intel Kejaksaan mengajaknya untuk ke Sidrap, salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan.

Ia kemudian mengenyam bangku pendidikan disana.

Bermain dan belajar seperti anak-anak pada umumnya.

"Kami diajak guru untuk turun tanam padi disawah sebagai salah satu pelajaran Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)," kenangnya kepada Tribun Timur, Rabu (9/1/2019).

Sejak masuk sekolah dasar, kepintaran Yusran sudah terlihat.

Ia selalu mendapat rangking. Tidak hanya itu, jiwa petualangnya tergugah dan disalurkannya dengan kegiatan berkemah di Pramuka sekolahnya.

Ia senang menyatu langsung dengan alam. Yusran mengakui tidak pernah berkeinginan untuk kuliah diluar negeri.

Saat beranjak dewasa dan kuliah di Universitas Hasanuddin barulah ia terinspirasi oleh seorang senior bernama Safruddin Amin.

Ia mengatakan, Safruddin Amin lah yang mengubah pola pikirnya dan memiliki niat untuk berkuliah diluar negeri.

"Beliau Alumni Monash University Australia. Saya kagum sama beliau, cerdas dan tawadhu. Akhirnya saya semangat mau kuliah di Luar negeri juga setelah ketemu kak Safruddin Amin," ujarnya.

Berangkat ke Belanda

Setelah menamatkan kuliahnya di Unhas, Yusran mengikuti kegiatan sosialisasi beasiswa Stuned di Baruga Pettarani. Materi tentang beasiswa tersebut dipaparkan oleh Ketua tim Beasiswa, Mrs Monique S yang merupakan orang Belanda-Indonesia.

Awalnya Yusran pesimis untuk mendapat beasiswa tersebut. Dengan syarat yang menurut Yusran berat, mulai dari TOEFL dengan target skor 550.

Ia yang pada saat itu menjabat sebagai ketua Al Markaz membuat kursus TOEFL Gratis yang juga diikuti peserta tes beasiswa. Ia dibantu oleh Irvan Hudji, ahli TOEFL alumni Universitas Muslim Indonesia (UMI).

Perjuangan Yusran tidak sia-sia, saat melakukan tes TOEFL, ia berhasil mendapat kan nilai 553.

"Wah, saya terselamatkan dengan 3 point," terangnya. Akhirnya, ia memberanikan diri mendaftarkan diri melalui situs resmi Neso Indonesia.

"Beberapa saat kemudian saya kontak Universitas di Amsterdam untuk mendapat Letter of Acceptance (LoA)," katanya.

Ia pun mendapat kabar tentang kelulusannya.

"Alhamdulillah, Stuned memberi beasiswa penuh," ujar Yusran

Yusran begitu bahagia, dan langsung mengabari seluruh kerabatnya.  "Saya sujud syukur," katanya.

Dua Beasiswa

Yusran merupakan orang asli Jeneponto namun tumbuh besar di Sidrap. Di dalam anggota keluarganya belum pernah ada yang kuliah di Eropa.

Kebahagiaan para keluarganya sangat terasa, hingga membuatkan Yusran acara pengajian dan acara syukuran.

Setelah itu, Yusran mengurus berkas keberangkatannya mulai dari passport, visa, dan juga melalukan briefing dari Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

Sebenarnya pada saat itu, Yusran mengalami kebimbangan mengapa tidak, ia juga mendapatkan beasiswa Ford Foundation ke Amerika.

"Wah, jadi bingung milihnya, mau kuliah ke Eropa melalui Stuned atau ke Amerika melalui Ford Foundation," ujarnya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil kuliah di negeri kincir angin itu.

Menurutnya, dengan beasiswa Stuned ia langsung berangkat untuk kuliah di Amsterdam, sedangkan For Foundation ia harus menjalani kursus selama setahun di Indonesian International Education Foundation (IIEF) di Jakarta.

"Saya pikir mending langsung kuliah saja daripada habis waktu kursus bahasa Inggris lagi," tuturnya.

Perjuangan di Belanda

Perjalanan Yusran pun dimulai, ia kemudian menuju Belanda. Kali pertama yang dirasakan oleh Yusran saat menaiki pesawat langsung menuju Eropa.

Ketika tiba, ia kemudian dikumpulkan bersama anak Indonesia yang juga lulus ke Belanda.

Saat bertemu di Bandara Schiphol, semua anak-anak beruntung tersebut melakukan sujud syukur.

Beberapa senior Stuned yang berangkat tahun lalu, menjemput Yusran bersama kawan-kawannya dan menjadi guide menuju kota Amsterdam.

Diakui Yusran, saat itu suhu udara begitu dingin karena masuk pada awal bulan September.

"Jaket kulit bulu domba saya rapatkan untuk menghalau dingin yang sudah turun ke 14 derajat," katanya.

Menurut, Yusran sangat sulit mendapatkan rumah dan asrama di kota tersebut.  Namun untunglah, ada yang membantunya dan menyawakan kamar di rumahnya.

Orang itu adalah Auke Fisser seorang warga Belanda. Yusran sudah menggapnya seperti ayahnya sendiri.

Auke Fisser bahkan mengangkat anak Yusran selama di Belanda.  Diakui Yusran, ayah angkatnya tersebut tidak menikah namun memiliki partner hidup.

"Sudah menjadi kebiasaan di Eropa, tidak menikah namun tinggal serumah," katanya.  Yusran tinggal di Amsterdam Barat tepatnya di Jl Baden Powellweg No 9 Osdorp.

Saat kuliah perdana, Yusran merasa sangat gembira.  Menurutnya, kuliahnya sangat menyenangkan, ia diberikan buku secara gratis bahkan memiliki jatah fotokopi buku gratis.

Dikelas hanya ada 22 orang, terdiri dari 14 negara. Beruntungnya, Yusran memiliki satu orang teman yang berasal dari Indonesia yaitu dokter Riby dari Papua mendapat beasiswa dari NGO khusus Kusta, NLR.

"Ada perasaan senang mempunyai teman dari beragam negara. Colombia, India, Vietnam, Zambia, Ethiopia, orang Belanda cuma 4 orang, Filipina, Indonesia, Tanzania, China," tuturnya.

Pada hari pertama tersebut, Yusran dikenalkan tentang budaya Eropa.

"Hari itu kami bertemu di kelas, dan sorenya kami keliling kota Amsterdam menggunakan kapal boat, kapal itu meliuk-liuk di kanal-kanal kota, singgah sejenak di depan Museum Datau menjelaskan sejarah kota Amsterdam yang berada tujuh meter dibawah laut," kenangnya.

Setelah kuliah perdana tersebut, Yusran pun semakin siap untuk mengahadapi satu tahunya di Belanda.

Menikmati pergantian suhu yang berbeda saat berada Indonesia.  Mempelajari karakter hidup orang di Belanda dan tentunya selalu merindukan Indonesia, khususnya keluarganya yang berada di Sulawesi Selatan.

Pernah suatu waktu ia membuat ayah angkatnya khawatir karena pulang terlambat karena menunggu bus yang tidak pernah datang pada malam salju yang turun dengan suhu minum 12 derajat.

"Akhirnya hampir jam 1 malam, sebuah bus malam berhenti di Halte setelah puluhan Escavator dikerahkan menghalau Salju yang sangat tebal.
Saya pulang kerumah, disambut ayah angkatku yang mulai cemas, kenapa anak kostnya terlambat pulang dihari itu," jelasnya.

Kenangan Wanita Turki

Meski tinggal di Belanda, Yusran mengaku orang Turki lebih membekas dalam ingatannya. Lantas saja, ia memiliki kenangan yang tidak bisa dilupakan hingga saat ini.

"Sewaktu di Amsterdam saya selalu shalat di Masjid Turki di Kawasan Oost Amsterdam.  Tanpa sepengetahuan ku, ada orang Turki yang selalu memperhatikan ku," katanya.

Hingga akhirnya mereka berkenalan dan sangat akrab.  Setelah beberapa waktu dari pengalaman tersebut, sang orang Turki itu menyampaikan niat untuk menjodohkan Yusran dengan anaknya.

"Saya berniat menikahkan kamu dengan anakku, sekiranya adik bersedia," kata Yusran menirukan orang Turki tersebut. Yusran sempat berdiskusi dengan keluarganya di Makassar.

Alhasil, lamaran tersebut ditolak secara halus. Yusran kembali ketujuan awal, yaitu ingin kuliah dengan fokus di Amsterdam.

Akhirnya pada tahun 2013, Yusran telah menyelesaikan studinya tepat setahun.  Waktu yang sudah ditetapkan oleh Stuned.

Mulai Jadi Dosen

Saatnya, Yusran kembali ke Indonesia.  Yusran bekerja di Dinas Kesehatan Makassar.

Ternyata, ide-ide progresif Eropa yang ada di kepala Yusran, nampaknya sulit ia terapkan di Dinkes Kota Makassar.

Sehingga pada tahun 2004 ia kemudian menghadap ke Rektor Unhas, Prof Radi A Gani di kantor beliau di Rektorat lantai 5.

Setelah bertemu, mereka berbicara lama tentang Unhas, Eropa dan kerjasama MoU dgn beberapa Universitas Eropa di Jerman, Belgia , Prancis dan Belanda.

Dari hasil pertemuan tersebut, Prof Radi menawarkannya untuk pindah profesi menjadi dosen.

"Wow, Saya seperti tak percaya pindah menjadi Dosen adalah sebuah cita-cita mulia untuk mewujudkan ide-ide progresif yang saya pelajari di Eropa," tuturnya.

Akhirnya pada tahun 2015 ia memutuskan untuk pindah dan mengabdi mendidik mahasiswa untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Yusran berharap ingin kembali kuliah, lanjut menjadi seorang Doktor dan Profesor dibidang Manajemen Kehatan Masyarakat.

Data Diri:

Nama: M Yusran Amir

Lahir: Ujung Pandang, 10 Juli 1974

Ayah: M Amir

Ibu: Adriani

Hobby: Tennis Meja

Akun media sosial:

Facebook: Yusran Amir

Pendidikan

  1. SD Negeri 3 Sidrap (1980-1986)
  2. MTsN 404 Makassar (1986-1989)
  3. SPK Depkes (1989-1992)
  4. S1: FKM Unhas 2000
  5. S2: Royal Tropical Institut Amsterdam (2002-2003)

Pengalaman Kerja:

  1. Dinas Kesehatan Kota Makassar 1993-2004
  2. Dosen di Universitas Hasanuddin , Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2005-sampai sekarang

Riwayat Organisasi:

  1. Ketua Umum Al Markaz, MAKES 2000-2001
  2. Pendiri Hasanuddin English Debating Society (HEDS) 2000
  3. Pendiri Pasca Sarjana English Club' Unhas 2005-2006
  4. Ketua Harian Holland Alumni Network Celebes (HANCE) 2019

(Kompas.com/Tribun Timur)

 

Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube Kami: 

Follow juga akun instagram official Kami: 

Baca: Detik-detik Prabowo Joget di Panggung Lalu Dipijat Sandi saat Debat Capres Panas, Jokowi Sindir Ini

Baca: Pelatih yang Dikaitkan PSM Pernah Tangani Klub Wiljan Pluim. Lihat Foto-foto Erwin Van de Looi!

Baca: Stikes dan STKIP Mega Rezky Jadi Universitas Megarezky! Ditarget Masuk 50 Kampus Terbaik Nasional

Baca: UNIK, Pembegal Istri Brimob Sulsel Ini Punya Tato Gambar Kartun! Ada Doraemon dan Musuh Spongebob!

Baca: PSM Makassar Dekati Pemain Naturalisasi Osas Saha, Tahu Guy Junior Disebut ke Persija Jakarta?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved