BMKG: Waspada "Supermoon", 4 Hari Bakal Terjadi Pasang Maksimum di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi
Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap fenomena alam ini. Adapun wilayah yang bakal terdampak tersebut antara lain:
TRIBUN-TIMUR.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) memberikan peringatan dini mengenai pasang maksimum air laut di beberapa wilayah Indonesia untuk beberapa hari ke depan.
Kondisi pasang maksimum air laut ini disebutkan karena adanya fenomena supermoon (posisi perigee atau jarak terdekat bulan terhadap bumi) disertai dengan bulan purnama.
Peringatan yang dikeluarkan oleh BMKG tersebut berlaku mulai Sabtu (19/1/2019) hingga Selasa (22/1/2019).
Baca: Awet Muda dan Cantik di Usia 49 Tahun, Ini Rahasia Ira Koesno, Moderator Debat Pilpres 2019!
Baca: 8 Artis Terkaya Indonesia! Raffi Ahmad Nomor Pertama, Sule Ungguli Syahrini & Nagita Slavina
Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap fenomena alam ini. Adapun wilayah yang bakal terdampak tersebut antara lain:
- Pesisir utara Jakarta
- Pesisir utara Jawa Tengah
- Pesisir utara Jawa Timur
- Pesisir Cilacap
- Pesisir Tanjung Benoa, Bali
- Pesisir Kalimantan Barat
- Pesisir Makassar
Menurut BMKG, kondisi ini juga dapat berdampak terhadap terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir.
Demikian pula terganggunya aktivitas petani garam, dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan.
Selain itu, masyarakat diminta untuk selalu memantau perkembangan cuaca melalui situs resmi BMKG atau situs maritim BMKG, media sosial BMKG, dan aplikasi BMKG yang dapat diunduh di smartphone.
Peringatan pasang maksimum ini juga disampaikan pihak BMKG melalui akun resmi Intsgramnya, @infobmkg, sebagai berikut:
Apa itu Supermoon?
Pada Rabu malam, 31 Januari 2018 lalu, warga Indonesia dapat menyaksikan trifecta surgawi, gabungan tiga fenomena bulan dalam satu waktu yang sama.
Mereka adalah super moon yang menandakan bulan berada di posisi sangat dekat dengan bumi, blue moon atau bulan biru yang menandakan ini adalah bulan purnama kedua dalam satu bulan, dan blood moon yang menandakan bulan memancarkan warna merah darah.
Baca: Ini 6 Khasiat Nyata Minum Air Rendaman Biji Ketumbar! Atasi Diabetes hingga Kolesterol Jahat
Baca: Barcelona Lolos ke Perempatfinal! Levante Protes Ada Pemain Blaugrana Tak Sah, Masih Terima Sanksi
Namun, para ahli astronomi rupanya tidak ingin Anda menggunakan istilah super moon, blood moon, dan blue moon lagi. Mereka memiliki penjelasannya dan menganjurkan istilah yang lebih tepat.
Namun, sebelum kita membahas hal itu, perlu dicatat bahwa ada beberapa hal mendasar dalam istilah astronomi.
Seperti istilah gerhana bulan total untuk menjelaskan fenomena saat bulan melewati bayangan bumi. Dalam fenomena ini, bumi sebetulnya tidak menutupi bulan dengan satu bayangan.

"Alasan mengapa ada dua bagian bayangan bumi, umbra dan penumbra, adalah karena matahari bukanlah satu titik kecil, tetapi sesuatu yang sangat besar," kata Noah Petro, seorang periset di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA, dilansir dari Wired, Senin (29/1/2018).
Dia melanjutkan, penumbra merupakan istilah bayangan parsial karena sebagian matahari diblokir oleh Bumi.
Apa Blood Moon?
Ilustrasi gerhana bulan total Istilah blood moon atau bulan darah seperti diilustrasikan dalam gambar di atas, terlihat ada cahaya yang ikut masuk di daerah penumbra. Jika sekilas bulan berada di sana, hal itu tidak akan membuat warna bulan menjadi kemerahan atau yang disebut bulan darah.
"Hanya jika bulan lewat sepenuhnya ke umbra bumi, warna bulan menjadi merah dan alasannya karena cahaya teramat sangat redup," kata Petro.
Baca: Klarifikasi Agen Guy Junior Soal Kabar Pindah ke Persija Jakarta, Segera Temui CEO PSM Makassar
Baca: 7 Transfer Update: Pemain Persib Bandung Didepak ke Persija, Prahara PSM, Kabar Gembira Persebaya-MU
Dia menjelaskan bahwa warna kemerahan berasal dari bumi sendiri. Ketika sinar matahari melewati atmosfer kita, hal itu akan berinteraksi dengan partikel seperti debu sehingga bisa memantulkan warna tertentu.
Istilah bulan darah atau blood moon sendiri sebenarnya belum lama populer, baru ada sekitar beberapa dekade terakhir.
"Saya pikir menggunakan istilah bulan darah atau blood moon hanya akan mengaburkan apa yang sedang terjadi," kata Fred Espenak, ilmuwan emeritus yang juga berasal dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard milik NASA.
Istilah super moon Istilah super moon juga dianggap agak bermasalah. Petro mengatakan, super moon pertama kali didefinisikan bukan oleh ahli astronomi melainkan oleh astrolog.
Seorang astrolog, Richard Nollele, juga pernah mengklaim bahwa super moon dapat memengaruhi cuaca. Padahal tidak.
Jarak Terdekat
Petro berkata bahwa super moon sebenarnya tidak sesuper namanya. Ukurannya yang semakin besar dan terang disebut Petro lantaran orbit bulan yang mengelilingi bumi tidak melingkar sempurna.
Jarak bulan dan bumi bervariasi dan hal itulah yang mengubah cara manusia memandang ukurannya. Apoge adalah titik paling jauh, sementara perige adalah paling dekat.
Baca: Lihat Daffa Wardhana, Mayangsari Ajak Marini Zumarnis Besanan! Begini Tanggapan Marini?
Baca: Yandi Sofyan Mundur dari PSM Makassar, Marinus Wanewar dan Pemain dari Barito Putra Jadi Incaran?
"Jika Anda membandingkan bulan di saat dia berada di titik apogee dan ukurannya paling kecil dengan saat berada di titik perige, maka akan ada perbedaan diameter maksimum bulan sebesar 14 persen. Ini bukan hal yang bisa diperhatikan oleh mata manusia," jelas Espenak.
Istilah blue moon atau bulan biru "Istilah bulan biru yakni dua purnama pada bulan yang sama juga sebenarnya sangat tergantung pada lokasi di mana Anda berada.”
“Mungkin Anda bisa mengalami bulan biru, tetapi orang lain di belahan dunia lain belum tentu mengalami hal yang sama," ujar Espenak.
"Sungguh, ini adalah konstruksi manusia. Bulan tidak menciptakan kalender, manusia yang melakukannya," katanya.
Menurut para ilmuwan, fenomena yang akan muncul besok cukup disebut sebagai gerhana bulan, sebuah kejadian luar biasa yang dapat diamati tanpa satu pun peralatan.
Petro menjelaskan, besok bulan hanya akan berada di titik yang sangat dekat dengan bumi, dan mungkin di beberapa wilayah itu akan menjadi bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender, yang mungkin berwarna oranye, merah, atau kecoklatan.
Rukman Nugraha, peneliti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), juga berpendapat tentang hal ini melalui laman Facebook-nya. Dia mengatakan, lebih baik menyebutnya sebagai GBT Perige saja.
"Karena memang terjadi gerhana bulan total saat bulan berada di posisi terdekatnya dengan bumi (perige). Blue moon-nya? Terserah saja (mau disebut apa). Blue moon, green moon, bulan-bulanan juga boleh kok," tulisnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fenomena "Supermoon", BMKG Ingatkan Pasang Maksimum di Wilayah Ini",
Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube Kami:
Follow juga akun instagram official Kami: