Kadisdik Makassar: Zonasi Guru Kurangi Kemacetan
Jika diterapkan pada guru, nantinya para guru akan ditempatkan mengajar di sekolah terdekat dari rumahnya masing-masing.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Imam Wahyudi
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pemerintah Kota Makassar melalui dinas pendidikan, mewacanakan akan menerapkan sistem zonasi bagi guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Makassar.
Sistem zonasi sebenarnya telah dipakai di dunia pendidikan sejak dua tahun terakhir, namun hanya pada zonasi siswa.
Jika diterapkan pada guru, nantinya para guru akan ditempatkan mengajar di sekolah terdekat dari rumahnya masing-masing.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Abd Rahman Bando mengatakan, ada beberapa hal yang membuat Disdik Makassar mengeluarkan ide untuk zonasi guru.
Menurut adik kandung Bupati Enrekang ini, faktor jarak antara sekolah dengan tempat mengabdi memberi banyak dampak negatif bagi guru tersebut, dan juga masyarakat, salah satunya faktor kemacetan di Kota Makassar.
"Saya analisis, rupanya ini juga salah satu faktor penyebab kemacetan di Makassar. Pagi-pagi banyak pegawai berseliweran di jalan, guru, dan siswa yang sebenarnya tujuannya sama untuk proses belajar mengajar, ada di dekat rumahnya, tapi karena jauh maka waktunya lama di jalan. Ini banyak direpoti, termasuk dirinya sendiri," beber Abd Rahman.
Lanjut Abd Rahman, efek lain yang timbul akibat jarak jauh ini adalah, guru yang terlambat datang ke sekolah, padahal menurutnya, idealnya seorang guru harus tiba lebih dulu di sekolah daripada muridnya.
"Jarak jauh ke sekolah akibatnya apa, terlambat sampai sekolah, padahal idealnya guru harus lebih dulu sampai di sekolah daripada muridnya, mereka idealnya menjemput anak-anak didiknya di gerbang sekolah. Ini jadi masalah," kata dia.
Selain itu, mantan Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar ini juga menganggap, jarak jauh tempat guru mengajar turut mempengaruhi kualitas pembelajaran di kelas.
"Ketika mengajar di dekat rumah, ini bisa mengurangi stres di jalan karena macet. Guru kita masih fresh masuk di kelas mengajar. Beda kalau kena macet, biasanya sensitif akibat tegang di jalan, tiba di kelas tak segar lagi mengajar, berdampak pada kualitas pembelajaran," tuturnya.
"Ketiga, kalau jauh mereka pakai banyak biaya lagi, bensin, ongkos kendaraan, dan lain-lain. Ini bikin kurus dompet. Kita mau pegawai dan guru gemuk dompetnya. Gajinya kan sudah diatur, tinggal pengeluarannya dikurangi," sambung dia.
Abd Rahman Bando optimis, jika ini diterapkan, akan turut membantu dalam mengurai kemacetan yang terjadi di Kota Makassar.
"Insya Allah saya akan suarakan ini, bukan cuma guru, tapi juga pegawai. Saya yakin dan percaya, jika ini diterima pak wali, kita bisa menurunkan tingkat kemacetan minimal 30 persen. Kita punya guru 7000-an, rata-rata punya kendaraan roda 4 dan 2 di atas 75 persen. Jika bisa diterapkan, benar-benar akan mengurangi kemacetan di Makassar," pungkasnya.