Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Terungkap, Ini Isi WhatsApp Terakhir Bripka Matheus Sebelum Tewas, Ada Masalah Apa?

Terungkap isi pesan terakhir Bripka Matheus di HP-nya sebelum tewas. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono m

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Ilustrasi SMS dan foto kenangan Bripka Matheos. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Terungkap isi pesan terakhir Bripka Matheus di HP-nya sebelum tewas.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, sebelum tewas anggota Polresta Depok Bripka Matheus mengirim pesan singkat kepada salah satu temannya.

Pesan tersebut berisi permintaan maaf Matheus kepada temannya.

"Ada dari handphone korban mengirim kepada temannya permintaan maaf," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Rabu (2/1/2018).

Kombes Argo Yuwono belum mau menjelaskan pesan permintaan maaf seperti apa yang dimaksud.

Baca: Maukah Dul Jaelani Jadi Suami Aaliyah Massaid? Ternyata Cukup Begini Jawaban Dia

Begitu juga dengan penerima pesan, apakah rekan Bripka Matheus itu sesama polisi atau di luar instansi tempat dia bekerja.

"Di situ cuma ada minta maaf, nanti dicek lagi, didalami," ujar Kombes Argo Yuwono.

Pertemuan Terakhir dengan Anak

Sebelum ditemukan tewas, Bripka Matheus sempat bertemu dengan putra bungsunya, Adi.

Adi menceritakan, ia bertemu dengan ayahnya sekitar pukul 16.50 WIB di sekitar Polsek Pancoran Mas, Depok.

Saat itu, Adi bertemu dengan sang ayah untuk mengambil kartu ATM yang sempat dibawa Bripka Matheus.

"Nah pagi ATM diambil bapak buat ngambil pelat nomor untuk motor baru Beat yang dibawa itu yang ada di lokasi. Bapak dari rumah memang niatnya mau mengambil pelat nomor. ATM dibawa sama bapak pas saya mau pergi janjian sama bapak di dekat Polsek Pancoran Mas," ujar Adi saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Desa Ragajaya, Kaputen Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/1/2019).

Baca: Heboh Awan Kumulonimbus atau Cumulonimbus di Makassar, AirAsia Jatuh, Disebutkan di Alquran

Selain untuk mengambil kartu ATM, Adi juga hendak menyerahkan ponsel Bripka Matheus yang ditinggalkan di rumah.

"Terus ketemu, saya juga ngasih HP ke bapak karena HP-nya ketinggalan," kata dia.

Saat bertemu, Adi lantas mengambil kartu ATM serta menyerahkan ponsel Bripka Matheus.

Namun Adi sedikit bingung, lantaran sang ayah menyuruhnya untuk cepat-cepat pergi.

"Ketemu di lokasi bapak bilangya 'sudah, Dek langsung jalan saja.' Buru-buru langsung jalan, saya juga enggak tau ada apaan. Bapak juga enggak bilang mau pergi ke mana," lanjutnya.

Tak sampai disitu, sekitar pukul 18.00 WIB Bripka Matheus sempat kembali menelpon Adi.

"Ada missed call masuk ke HP saya abis Maghrib, mungkin bapak kepencet, terus sampai ke rumah teman, saya telpon balik, saya tanya 'kenapa, Pak telepon?' Tapi bapak bilang kepencet gitu," tambah anak kedua dari dua bersaudara ini.

Ia pun tak menyangka jika pertemuan dengan ayahnya tersebut merupakan pertemuan terakhir.

Pukul 21.00, ia mendapat kabar bahwa ayahnya sudah dibawa ke Rumah Sakit Kramatjati dengan kondisi tertembak.

"Nah jam 9 dikabarin kakak saya, pas itu saya mau acara tahun baru. Katanya bapak enggak ada. Saya ketemu pas sudah di Kramatjati," tutur Adi.

Hingga kini, baik Adi maupun pihak keluarga lainnya masih kaget terutama sang ibu.

"Ibu masih shocked. Belum bisa ngomong," tutupnya.

Bripka Matheus Bripda Matheus ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Mutiara, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Senin (31/12/2018) sore.

Saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) polisi menemukan barang bukti milik korban di lokasi, seperti dompet, KTP, dan identitas anggota kepolisian.

Polisi juga telah memeriksa tujuh saksi untuk mengungkap misteri tewasnya Bripka Matheus.

Tujuh saksi yang telah diperiksa merupakan warga yang ada di lokasi penemuan korban dan tetangga korban.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anggota Polres Depok yang Tertembak di Kepala Kirim Pesan Ini Sebelum Tewas", https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/02/13563751/anggota-polres-depok-yang-tertembak-di-kepala-kirim-pesan-ini-sebelum.

Penulis: Kontributor Jakarta, David Oliver Purba

Editor: Andri Donnal Putera

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved