Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Opini

OPINI: Prospek Konsolidasi Demokrasi di Tahun Politik Oleh H Abustan

Bahkan, Tahun 2019 dianggap merupakan tahun yang sangat menentukan dalam perjalanan konsolidasi demokrasi di Indonesia

Penulis: CitizenReporter | Editor: Nurul Adha Islamiah
zoom-inlihat foto OPINI: Prospek Konsolidasi Demokrasi di Tahun Politik Oleh H Abustan
Dok H Abustan
H Abustan

Catatan Akhir Tahun:
PROSPEK KONSOLIDASI DEMOKRASI DI TAHUN POLITIK
Oleh DR H.ABUSTAN

JENDELA TAHUN 2018 segera tertutup rapat2, berganti Tahun 2019, tahun yang secara total penuh dengan agenda politik bangsa. Karena itu, Tahun 2019 identik dengan tahun Politik. Maka tak heran, jika menjadi fokus perhatian anak bangsa karena untuk pertama kalinya sejarah bangsa Indonesia melaksanakan pemilihan secara serentak pada tanggal 17 April 2019 .

Bahkan, Tahun 2019 dianggap merupakan tahun yang sangat menentukan dalam perjalanan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Untuk pertama kali, para pemilih nantinya akan mencoblos lima surat suara sekaligus di tempat pemungutan suara. Kelima surat suara itu di peruntukkan memilih anggota DPRD tingkat kabupaten/kota, anggota DPRD tingkat Provensi, anggota DPR RI, anggota DPD.RI, serta calon presiden &wakil presiden .

Oleh sebab itu, penting bagi kita mencermati &menganalisis prospek konsolidasi demokrasi di tengah peluang &tantangannya di tahun depan. Proses pemilu itu merupakan penegakan konstitusi & sirkulasi elite yang akan menentukan agenda2 pembangunan hukum, ekonomi,.politik, sosial, budaya, pertahanan/keamanan. Namun, pada intinya, goal dari kesemuanya itu adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat .

Itulah sebabnya, jauh2 hari: Vilfredo Pareto dalam tulisannya, The Circulation of the Elite, memberi catatan penting bahwa sirkulasi elite itu selalu bersifat resiprokal dan mutual interdependence atau punya ketergantungan bersama. Dalam artian, jika prosesnya baik,berkualitas, dan berintegritas. Maka tentu saja, potensi untuk melahirkan para pemimpin transformatif yang bisa menggerakkan perubahan secara bersama'sama memiliki peluang &kesempatan lebih besar .

Dengan demikian, akan berkorelasi positif dengan berbagai piranti kelembagaan demokrasi Indonedia, karena para elite yang muncul dari produk demokrasi akan otomatis mengisi posisi penting sebagai presiden, wakil presiden,.anggota legislatif, dan senator yang akan memperjuangkan aspirasi rakyat daerah .

Bangsa Indonesia, pada akhirnya akan dihadapkan kembali pada fenomena demokrasi, hukum, & moral. Betapapun, politik hukum kita jelas masih memisahkan moral dari kekuasaan. Padahal, kekuasaan tanpa moral akan menimbulkan tirani. Demikian juga perburuan kekuasaan harus berbarengan dengan hukum, etika &moral. Sebab seperti yang dipahami, sifat kekuasaan itu menggetarkan (tremendum) dan memesona (fascinosum). Karena itulah sebuah kekuasaan yang tak dihayati dengan benar akan "memabukkan" sehingga acapkali terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) .

Namun satu hal, kita bersyukur sudah memiliki desain baru sistem ketatanegaraan yang segala sesuatunya harus bersumber dari mandat langsung pemiliknya. Tak ada lagi pengangkatan &penunjukan langsung seperti pemerintahan masa lalu, tetapi yang.ada harus melalui suara langsung rakyat sebagai refresentasi kedaulatan rakyat .

Kita bersyukur pula, karena sudah memiliki modal dasar berupa kohesi sosial yang masih terjaga baik, di tengah perjalanan menuju pemilu serentak .

Sekali lagi, semoga tantangan pada tahun 2018 yang telah kita lalui bersama dapat membawa harapan &pelajaran berharga sebagai pijakan realitas pada tahun 2019 untuk Indonesia yang lebih baik &.lebih bermartabat .

Selamat menyongsong tahun 2019.

#Jakarta, 31 Desember 2018

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved