Nongki Bareng Idris Manggabarani: Semester 2 Putuskan Mandiri, Jadi Marketing Vespa Sambil Kuliah
"Semester 2 di Fakultas Ekonomi Unhas, saya memutuskan untuk tidak menerima bantuan dari orang tua," katanya.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Arif Fuddin Usman
Tidak sekadar pengetahuan terkait produk, penampilan pun harus harus mumpuni. "Saya pakai dasi, dengan kemeja. Seperti eksekutif muda. Apalagi kala itu, badan saya cukup oke, begitu juga dengan tampang pun cukup oke," katanya.
Selepas training, ia pun memulai kerja. Mantan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI ) Sulsel itu mendapat dispensasi boleh bekerja pukul 11.00. Mengingat, pagi ia harus kuliah.
"Bahkan, ada satu dua hari saya tidak masuk kantor dan bekerja karena harus kuliah. Namun saya tetap lapor, daftar kunjungan ke pimpinan," ujarnya.
Menjadi marketing adalah kesyukuran dirinya. Ia menilai kerjaan tersebut menjadi jendela keberhasilan, kesuksesan, dan awal jadi besar. Karena networking-nya yang luas, membuat rezeki lancar.
"Saya pun mendatangi seluruh instansi, baik dinas, perusahaan, hingga Polri dan TNI. Tidak lain menawarkan produk jualan saya," katanya.
Cerita unik diumbarnya. Kala itu tahun 1988, ia ingin menawarkan produk Vespa-nya kepada Panglima kala itu.
"Sebelum ketemu, saya tidak ingin terlihat seperti sales. Bermodal dasi dan kemeja, saya permisi ke prajuritnya dengan alasan ingin bertemu Panglima berbicara terntang kesejahteraan para prajurit," katanya.
Cerdas sebagai Marketing
Di situlah cerdasnya Idris sebagai Marketing. "Karena yang piket provos tahu ini tentang kesejahteraan para prajurit, nah dia antar saya ke Panglima. Apalagi saya pakai dasi dengan tas ala bos muda, padahal isinya browsur Vespa," katanya.
Ketemu Panglima, ia berbagi informasi bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan prajurit dengan memberikan motor sebagai alat transportasinya.
"Saya katakan saat itu, untuk mendapat motor Vespa, tidak perlu bayar uang muka. Saya kasi DP 0 persen. Nah bukan hanya sekarang DP 0 persen itu ada, Mas Joko ketinggalan zaman bila mengandalkan hal itu," ujarnya.
Namun saat itu, Panglima harus membantu dirinya untuk memberi daftar gaji prajurit, sehingga bisa ia atur berapa angsuran perbulan yang dibayarkan.
Follow juga akun instagram official kami:
"Mendengar itu, Panglima tertarik, bahkan Panglima yang pertama membelinya. Saya pun menyeruhkan ke perusahaan untuk memberi diskon," ujarnya.
Idris pun diarahkan Panglima untuk memajang Vespa di aula. "Saya kerja sendiri, naikkan Vespa ke pikap, dan mengantarnya kesana. "Alhamdulillah sehari ada 30 unit terjual," ujarnya.