Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Trauma Gempa, 5.000 Warga Tidur di Lapangan Sumarorong dan Pasar Mamasa

BMKG Wilayah IV di Makassar, mencatat sejak Sabtu (3/11) lalu, hingga Rabu (7/11/2018) pukul 21.30 wita, sudah terjadi sedikitnya 118 gempa

Penulis: Nurhadi | Editor: Thamzil Thahir

Terakhir gempa terjadi sekitar pukul 17.42 Wita, Rabu (7/11), dengan kekuatan 4,2 Magnitudo.
Seperti gempa di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) 38 hari lalu, pusat gempa di kedalaman 10 km di dasar bumi.

Rentetan gempa yang membuat panik warga di pedalaman Sulawesi ini diyakini masih merupakan efek bergeraknya Sesar Palu-Koro, salah satu sesaar pemicu gempa paling aktif di subduksi bagian selatan bumi.

Ribuan warga kabupaten yang berada di perbatasan tengah Sulsel dan Sulbar ini, dilaporkan sudah mengungsi.

Mereka trauma dengan gempa 7,5 M yang menguncang Palu, Donggala dan Sigi, akhir September 2018 lalu.
Dari ibu kota kabupaten 169.374 jiwa ini dilaporkan, warga mengungsi dan belum berani tidur di dalam rumah.

Kebanyakan rumah retak. Rerata skala kerusakan akibat gempa masih dikisaran 10 hingga 15 persen. Bandingkan dengan kerusakan di Palu, yang levelnya diatas 60 hingga 90% di beberapa spot yang dilintasi patahan sesar Palu Koro.

Ramlan Badawi, Bupati M amasa, kemarin, sudah meminta warga tetap tenang.
Puluhan kelompok sosial, lembaga kemanusiaan, sudah berada di Mamasa.
Ini belum termasuk bantuan yang disalurkan personal dan para politisi dari provinsi termuda di Sulawesi ini.

Pengungsi_gempa_Mamasa_di_Sumarorong_Mamasa_Kamis_08112018_2
EFEK GEMPA - Setelah rentetan 119 kali gempa di Mamasa, Sulbar, sekitar 5000-an pengungsi terkonsentrasi di Lapangan Kecamatan Sumarorong, Kebupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sekitar 30 km, arah barat ibu kota kabupaten. Petugas ambulans, memeriksa korban yang sebagian besar trauma. Di sana, pemerintah, TNI, Polri dan lembaga kemanusiaan melaporkan ada sekitar 5000-an pengungsi yang tidur di lapangan dekat bandara.

Bahar (50), pedagang di Pasar Mamasa, melaporkan, sejak Senin lalu, bupati secara khusus meminta kepada komunitas pedagang dari Bugis, untuk tetap bertahan dan tidak membuat panik wara.

“Kita diminta Pak Bupati untuk tetap di sini, kalau juga ikut mengungsi, kota jadi sepi, semua warga akhirnya panik, dan ekonomi tak berputar,” kata Bahar.

Sekitar 1.600-an warga Mamasa, dilaporkan sudah mengungsi ke rumah kerabat dan tanah leluhurnya di Rantepao dan Makale, Tana Toraja.

Jarak tempuh ke wilayah yang dipisahkan 2 bukit ini, sekitar 45 hingga 60 km ke tenggara.
Sebagian juga dilaporkan ke Polewali Mandar, ibu kota induk Mamasa, (Polmas) sebelum pemekaran 2005 lalu. Ini adalah kabupaten terdekat dan akses termudah dengan jarak 68 km ke barat. (Tribun Sulbar/nurhadi/zil)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved