Konferwil XIII NU Sulsel
Membaca Arah Restu Kiai Sanusi Baco di Konferwil XIII NU Sulsel
Isyarat Bahasa Arab dan Makassar Kiai Haji Sanusi Baco Lc ke Puang Makka
Penulis: AS Kambie | Editor: Thamzil Thahir
Hari Rabu (24/10) malam, Pak Kiai juga kembali mengundang Puang Makka. “Puang ke rumah Pak Kiai, sepulang dari minta restu ke Habib Lutfhi Bin Yahya, (Rais Aam Ahlu Thareqat Al Muqtabarat Annahdliyah di Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (22/10) lalu),” ujar Jamaluddin Iskandar, orang dekat Rais Awwal Jatman NU itu.
Selain Jamaluddin, ikut menyaksikan pertemuan itu adalah dua putra Pak Kiai,: M Irfan Sanusi dan Dr Nur Taufiq Sanusi.
Hadir juga Mahmud Suyuti dan Salim Busyairih Juddah.
Sebelumnya, Rabu, 29 Agustus 2018 lalu, Kiai Sanusi mengundang khusus mantan Ketua DPW PKB Sulsel ini ke Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Soreang, Barandasi, Kecamatan Lau. Maros.
Baca: Sanusi Baco Berperan Tentukan Ketua PWNU Sulsel
“Rannu-rannuka ri katte anne (saya merindukanmu) Andi,” begitu ucapan Pak Kiai saat mengundang Puang Makka. Pak Kiai memang selalu menyapa, Puang Makka dengan sapaan Andi’ (adik).
Mahmud Suyuti dan Tonang Cawidu, orang dekat Puang Makka, menceritakan selama hampir empat jam Pak Kiai menggunakan bahasa Makassar saat berbicara dengan Puang Makka; “Kami memang jarang dengar Gurutta pakai Bahasa Makassar, kebanyakan Bugis, atau bahasa Indonesia.”
Karena rindu, selain supir Pak Kiai, hanya berdua-duan di dalam kabin mobil Toyota Sedan Camry DD 9 SB. “Erokki kupanai na ripisa’ringi tongi otona (saya mau kau juga merasakan mobil) Ketua MUI, Andi,” ujar Pak Kiai, sebagaimana ditirukan Djamaluddin, yang sempat mendengar ajakan itu.
Baca: Ketua PCNU Barru Mundur dari Bursa Konferwil PWNU Sulsel, Begini Pertimbangannya
Sepanjang perjalanan Pak Kiai berkomunikasi dengan bahasa ibu-nya itu. Sekadar diketahui, di Maros, ayah Puang Makka, juga tetangga kampung dengan Kiai Sanusi.
Almarhum Puang Ramma lahir dan besar di Kampung Tambua, sekitar 1,3 km dari Barandasi, kampung kelahiran Kiai Sanusi, sekaligus kini jadi kompleks pesantren yang dia dirikan awal dekade 2000-an ini.
“Seingat saya, sejak kecil, Abah memang selalu bahasa Makassar dengan Gurutta (Pak Kiai) kalau komunikasi,” ujar Puang Makka kepada Tribun, sesaat sebelum pengajian rutin di kediamannya Jl Baji Bicara, Kelurahan Sambung Jawa, Kecamatan Mamajang, selatan kota Makassar, Kamis (25/10) malam.
Di Pesantren NU di Maros, Kiai Sanusi baru berbicara selain bahasa Makassar ke Puang Makka, saat jadi protokoler acara tauziyah dan perkenalan ke sekitar 1000-an santri di sana.
Kiai Sanusi menceritakan kondisi terakhir pondok binaannya dan jadi protokoler acara dalam bahasa Arab.
Lalu, Puang Makka juga membalas pengantar Pak Kiai dalam bahasa Arab.
Apakah ini isyarat restu?
Wallahu A’lam bissawab.