Gempa Palu Donggala
Trauma Gempa Susulan, Satu Keluarga Asal Palu Batal Tinggalkan Posko Pengungsian
Meski rumahnya tidak rusak parah, ibu satu anak ini masih merasakan trauma adanya gempa susulan pasca gempa 7,4 SR dan disusul tsunami.
Penulis: Hasan Basri | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan wartawan Tribun Timur Hasan Basri
TRIBUN -TIMUR.COM, MAKASSAR -- Gempa tektonik yang mengguncang Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, Sulawesi Tengah dengan kekuatan 7,4 SR dan disusul tsunami, 28 Oktober 2018 masih menyisahka luka.
Sejumlah pengungsi mulai bangkit dan membangun kembali kehidupanya yang sempat terjedah, tapi tidak sedikit warga masih menyimpan trauma bencana dahsyat ini.
Salah satunya dialami Saehani (60) warga Palu Barat, Sulawesi Tengah. Ia mengaku lebih memilih tinggal di posko pengungsian, daripada harus tinggal di rumahnya.
Meski rumahnya tidak rusak parah, ibu satu anak ini masih merasakan trauma adanya gempa susulan pasca gempa 7,4 SR dan disusul tsunami.
"Masih takut pulang ke rumah pak. Hari ini sebenarnya rencana mau tinggalkan posko tapi tiba tiba ada gempa susulan lagi," kata Saehani.
Ia mengaku baru kembali rumahnya dan meninggalkan posko bilamana kondisi Sulawesi Tengah betul betul pulih dari ancaman gempa.
Saehani tinggal di Posko Pengungsian Vatu Lemo, Kota Palu Sulteng bersama suami dan anaknya, mulai pasca gempa mengguncang daerah ini.
Selama di posko pengungsian kadang mereka hanya makan mie, jika stok beras yang disediakan relawan sudah habis.
"Hari ini hanya makan mie saja, karena tidak ada beras," tuturnya.(*)