Gempa Palu Donggala
Berbekal Tandu Bambu, Relawan HMAN Politeknik Negeri Ujung Pandang Evakuasi Korban Gempa Palu
Di Palu, mereka disambut HMM Universitas Tadulako Palu dan langsung bertolak menuju posko di Jalan Asam 2, Palu Barat, Kota Palu.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Mahyuddin
Afrilora
Relawan HMAN PNUP
Melaporkan Dari Palu
TRIBUN-TIMUR.COM - Relawan HMAN Politeknik Negeri Ujung Pandang beranggotakan empat orang memulai perjalanan menuju Palu melalui jalur darat Rabu, 03 Oktober 2018 pukul 19.00 Wita.
Tiba dengan selamat di Palu , Jumat, 05 Oktober 2018 pukul 01.30 Wita. Keempatnya yakni Ikram (Angkatan 2011), Fadhil ( 2013), Afrilora (2013), dan Andis (2015).
Di Palu, mereka disambut HMM Universitas Tadulako Palu dan langsung bertolak menuju posko di Jalan Asam 2, Palu Barat, Kota Palu.
Jumat, 05 Oktober 2018, Relawan HMAN Politeknik Negeri Ujung Pandang memulai aktivitas pukul 07.00 Wita dengan agenda Packing logistik dari donasi yang telah dikumpulkan dari Makassar.
Relawan fokus pada beberapa titik posko mandiri yang jauh dari jangkauan kota.
Karena berdasarkan data dan informasi yang diberikan, lokasi tersebut belum tersentuh bantuan sama sekali dan sudah sangat membutuhkan logistik.
Relawan terbagi 2 titik perjalanan agar dapat menggali informasi lebih luas dan lebih cepat menyalurkan logistik ke lokasi yang sudah ditentukan.
Titik pertama sepanjang Jalan Asam 2 sampai Doloh Selatan Kabupaten Sigi, titik kedua Desa Layana, Mamboro.
Pada malam hari, relawan menuju Kelurahan Duyu, Palu Barat untuk melakukan observasi.
Sabtu, 06 Oktober 2018, ralawan memulai perjalanan pukul 08.00 Wita, relawan menuju Doloh Selatan.
Berbagai hambatan di jalan seperti medan yang ditempuh sangat sulit, jalan yang retak dan hancur, jembatan putus dan diganti dengan jembatan darurat yang sangat memprihatinkan.
Akibatnya penyaluran logistik dan medis sangat sulit menyentuh korban.
Setibanya di lokasi, relawan langsung menemui kepala desa untuk memberikan logistik dan sedikit observasi tentang keadaan posko.
Selanjutnya, mereka bersama kepala desa bergerak menuju posko untuk memberikan penanganan dasar medis.
Warga setempat belum mendapatkan penanganan medis setelah gempa.
Berarti sudah seminggu warga yang luka belum sempat tertangani.
Relawan pun memberikan penanganan medis ringan serta membuat tandu dari bambu sebagai fasilitas evakuasi.
Setelah itu, tim melanjutkan pendataan dan wawancara dengan beberapa keluarga.
Informasi yang diperoleh Relawan HMAN Politeknik Negeri Ujung Pandang, dapatkan, warga kesulitan mendapatkan bantuan logistik dikarenakan lurah setempat tidak mengawal warganya dan memilih mengungsi ke tempat lain.
Akibatnya warga tidak mendapatkan bantuan karena prosedur pengambilan logistik harus diwakilkan lurah setempat.
Minggu, 07 Oktober 2018 kegiatan dimulai dengan mengunjungi salah satu lokasi gempa terparah yaitu Perumnas Balaroa.(*)