Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Melirik Komunitas Pamanca’ Sipakatau di Tallo

Di Kota Makassar, aktivitas manca’ salah satunya bisa dijumpai di bagian utara Kota Anging Mammiri, julukan Kota makassar, tepatnya di sebuah

Penulis: Ridwan Putra | Editor: Ridwan Putra
Guru dan murid perguruan silat tradisional Sipakatau di Tallo, Makassar, berfoto bersama usai menggelar latihan 

SILAT Kampung sering menjadi istilah atau sebutan pencak silat atau seni bela diri tradisional. Seni bela diri tersebut dikenal pula dengan istilah manca’ atau menca’ di kalangan masyarakat Bugis - Makassar di Sulawesi Selatan.

Orang yang memiliki ilmu atau menguasai manca’ disebut dengan pamanca’. Manca’ diperkirakan telah ada di Sulawesi Selatan sejak abad ke 16 dimana pada masa kerajaan, manca’ dipelajari oleh keluarga raja dan kaum bangsawan.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-1
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-1 ()

Seiring perkembangan zaman, manca’ tetap dilestarikan sebagai seni bela diri tradisional baik secara organisasi maupun secara turun-menurun di lingkup komunitas masyarakat di Sulawesi.

Saat ini manca’ banyak dipertunjukkan sebagai atraksi budaya yang bertujuan menghibur dalam sebuah acara baik yang digelar sebuah instansi atau dihadirkan dalam sebuah hajatan warga di masyarakat.

Atraksi manca’ sering dipadukan dengan iringan musik alat tradisional seperti gendang dan gong.

Di Sulawesi Selatan, perguruan maupun komunitas silat tradisional ini tersebar di sejumlah daerah namun aktivitasnya tak begitu menonjol di mata publik dibandingkan dengan ilmu bela diri modern.

Tak heran jika di beberapa tempat, manca’ dipelajari dan dilakukan pada malam hari yang tenang atau jauh dari keramaian.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-2
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-2 ()

Di Kota Makassar, aktivitas manca’ salah satunya bisa dijumpai di bagian utara Kota Anging Mammiri, julukan Kota makassar, tepatnya di sebuah permukiman di bilangan Jl Sultan Abdullah 2, Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo.

Di tempat yang tak jauh dari kompleks Makam Raja-raja Tallo ini, manca’ dipelajari sejumlah warga baik usia muda maupun tua melalui sanggar seni bela diri tradisional “Sipakatau”.

Menariknya, mereka yang belajar manca’ di sanggar Sipakatau selama ini adalah orang-orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan.

Selain dari kalangan usia muda dan tua, murid-murid di Sipakatau berasal juga berasal dari sejumlah latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-3
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-3 ()

Mereka belajar dan berlatih di atas tanah lapang yang hanya berukuran sekitar 10 X 5 meter yang hanya diterangi sebuah lampu pijar. Tanah lapang tepat berada di depan rumah sang guru manca’ yang dikenal dengan nama Tata’ Sanusi.

Tata’ Sanusi mengajakan manca’ dibantu oleh adiknya, Tata’ Jafar. Melalui sanggar seni bela diri tradisional warisan ayahnya itu, mereka tetap berusaha melestarikan silat tradisi secara sederhana dan sukarela. “Sekarang hanya seni, tapi jangan coba-coba”, ujar Tata sambil bercanda, belum lama ini.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-4
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-4 ()

Berdasar niat melestarikan manca’ secara sukarela tersebut, orang yang bergabung dalam sanggar Sipakatau pun tak dibebani biaya muluk-muluk seperti membayar biaya bulanan dan lain-lain.

Prosesi Jeruk Nipis
Prosesi menjadi anggota baru sanggar Sipakatau pun sederhana namun tetap sakral.

Menjadi anggota baru terlebih dulu melalui prosesi yang khas dan unik yaitu sebelum memulai latihan pertama kali maka calon anggota baru harus menjalani prosesi pengukuhan berupa pencucian mata menggunakan air jeruk nipis.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-5
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-5 ()

“Rasanya memang pedis, tetapi setelahnya penglihatan bisa lebih segar. Kita juga tak mudah mengantuk saat latihan,” ujar salah seorang anggota Sipakatau, Daeng Ngerang, yang sudah lama bergabung di Sipakatau, Jumat (5/10/2018).

Jumlah anggota Sipakatau saat ini sebenarnya cukup banyak, sekitar 100-an sejak Tata memulai mengajarkan manca’ beberapa tahun silam. Namun, yang aktif saat ini berkisar 30-50 orang saja.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-6
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-6 ()

Waktu latihan
Latihan rutin digelar pada malam hari yang sering dimulai sekitar pukul 21.00 wita hingga tengah malam.

Saat ini, Sanggar Seni Bela Diri “Sipakatau” telah membuka diri kepada siapa saja yang ingin sekadar tahu atau mempelajari langsung bela diri manca’ sebagai sebuah kesenian.

Salah satu bentuk latihan manca’ di sanggar Sipakatau yaitu sering dimainkan oleh dua orang, satu lawan satu, dari tangan kosong sampai menggunakan senjata tajam diiringi bunyi gong dan gandrang (gendang) atau beberapa alat musik tradisional lainnya sebagai penyemangat.

sanggar silat tradisional sipakatau makassar-7
sanggar silat tradisional sipakatau makassar-7 ()

Untuk menghindari cedera serius, maka selalu dilakukan pemberkatan untuk keselamatan dan sebelum memulai pertunjukan dibuatlah beberapa peraturan kepada pemain.

Menurut Tata Sanusi dan Tata’ Jafar, ilmu manca’ adalah sebagai kebudayaan yang mengajarkan kepada pelakunya akan budi pekerti, kedisiplinan, rendah hati, dan sportivitas.

Olehnya, sanggar seni bela diri Sipakatau juga sering memenuhi undangan sebuah acara atau hajatan masyarakat atau instansi untuk menampilkan seni bela diri tradisional.(*)

Sanggar Seni Bela Diri Tradisional Sipakatau
Pembina: Tata Sanusi
Pelatih: Tata Jafar (Tata Lompo)
Pelatih: Om Zain
Ketua murid: Rari
Jumlah murid lainnya: 100-an

logo sipakatau makassar tallo
logo sipakatau tallo makassar (int)
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved