Gempa dan Tsunami di Palu Donggala
Curhat Haidir Aksan, Finalis Duta Kain Sulsel 2018 Selamat dari Gempa Palu
Tetapi tiba-tiba hotel bergetar, listrik mati, semua yang di kamar goyang dan berjatuhan, awalnya kupikir kepalaku pusing karena lelah
Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR --Mahasiswa STIK YAPMA Makassar, Haidir Aksan Hamsar salah satu korban gempa Palu, Sulawesi Tengah ( Sulteng) Jumat (28/9/2018) lalu.
Laki-laki 22 ini salah satu finalis yang mewakili Sulawesi Selatan (Sulsel) di Pemilihan Duta Kain Tradisional 2018 oleh Ikatan Kain Tradisional (Ikat) Indonesia.
Acara ini digelar di Hotel Amazing City Beach Resort, Palu, Sulteng, 27 September hingga 2 Oktober 2018 dan dihadiri finalis Duta Kain dari berbagai Provinsi di Indonesia.
Kepada tribun-timur.com, Jumat (5/10/2018), anak dari pasangan Hamsar dan Sulaeha mengungkapkan peristiwa Gempa dan Tsunami yang menimpa Palu dan Donggala.
"Sore itu langit memang tak bersahabat, suara burung-burung begitu resah seakan membawa kabar duka bagi kami semua yang berada di kota Palu. Waktu menunjukkan salat magrib, suara azan dikumandangkan, namun keadaan memang tidak bersahabat saat itu tetapi kami pun bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi semua bergetar tetapi saya dan finalis duta kain Indonesia dari berbagai provinsi tetap beraktivitas seolah tidak terjadi apa-apa, kami tetap fokus pada kegiatan karantina beauty class yang hasilnya nanti ditampilkan pada malam fashion show tepat 28 September malam," katanya.
Pemilik akun Instagram @Haidiraksan melanjutkan, setelah beauty class ia dan finalis lainnya kembali ke kamar masing-masing untuk siap-siap.
"Setelah saya di dalam kamar, saya sambil terima telfon dari salah satu keluarga yang mau datang menemui saya di hotel. Tetapi tiba-tiba hotel bergetar, listrik mati, semua yang di kamar goyang dan berjatuhan, awalnya kupikir kepalaku pusing karena lelah tetapi pas saya buka pintu semua penghuni hotel berlarian keluar menyelamatkan diri. Parahnya lagi di depan hotel tiba-tiba surut pertanda tsunami telah datang. Saya lari keluar tanpa pakai baju ikut sama warga yang berlari ke arah gunung dan disitu saya terpisahmi dengan finalis lainnya karena masing-masing berusaha selamatkan diri," jelasnya.
Di pertengahan pendakian ke gunung, Haidir bertemu dengan finalis lainnya dari Bali, Gorontalo, Sulut, Bangka Belitung dan lainnya.
"Kami semua finalis akhirnya berkumpul di atas gunung dan di situ gempa susulan terjadi lagi. Kami hanya mampu berdoa semoga Allah senantiasa melindungi kami hingga pulang ke kampung masing-masing," ujarnya.
Setelah beberapa waktu berada di tempat pengungsian, akhirnya tanggal 3 Oktober lewat kendaraan darat saya pulang ke Makassar.
"Saya ikut keluarga pulang, naik kendaraan darat. Kalau dibilang trauma pastimi, hanya saja saya bersyukur bisa selamat. Saya hanya mau bilang masyarakat palu butuh bantuan kita semua," tuturnya. (*)