Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa dan Tsunami di Palu Donggala

Anggota DPRD Maros ke Palu, Rombongan 'Dihadang' di Perbatasan Donggala

Para 'penghadang' tersebut malah curhat, lantaran tidak pernah tersentuh bantuan

Penulis: Ansar | Editor: Suryana Anas
zoom-inlihat foto Anggota DPRD Maros ke Palu, Rombongan 'Dihadang' di Perbatasan Donggala
handover
Anggota DPRD Maros, Amril (kanan) menjadi relawan gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah.

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Anggota DPRD Maros, Amril menjadi relawan gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah. Kegiatan Amril tersebut merupakan kali pertama setelah menjabat pekan lalu.

Amril menjadi Pengganti Antar Waktu (PAW), Hasanuddin lantaran meninggalkan PAN Maros.

Amril mengaku berangkat ke Palu bersama timnya, dua pascabencana. Dengan mengendarai tiga mobil, Amril dan tujuh orang anggota timnya, membawa bantuan untuk korban.

"Setelah melihat dan mendengar kabar bencana Palu, saya langsung bergerak. Saya ajak beberapa teman untuk ikut memberi bantuan dan menjadi relawan," kata Amril.

Berbagai bantuan yang disalurkan Amril Cs, diantaranya beras, makanan instan, pakaian, perlengkapan bayi dan perempuan, serta air mineral.

Saat perjalanan, Amril mengaku menemui sejumlah masalah di jalanan. Amril dihadang di sekitar perbatasan Donggala - Palu. Saat dihadang, Amril turun dari mobilnya dan mendatangi pengahadang.

Para penghadang tersebut malah curhat, lantaran tidak pernah tersentuh bantuan. Padahal pemalak tersebut, juga menjadi korban gempa dan tsunami.

"Kami sempat dihadang di perbatasan Donggala-Palu. Makanya kami hadapi dengan baik. Mereka ternyata juga korban. Jadi kabar perampasan itu saya rasa keliru. Mereka juga butuh hidup," katanya.

Setelah mendengar curhatan pemalak, Amril menurunkan sebagian bantuannya, untuk diberikan warga tersebut. Warga terpaksa memalak, lantaran kelaparan.

Setelah bagi-bagi makanan, rombongan Amril melanjutakan perjalanan menuju Palu. Saat tiba, Amril langsung menemui sejumlah korban dari Maros.

"Saat tiba, ternyata yang kami datangi itu juga warga Marosi. Mereka semua bikin saya menangis. Mereka tidak memiliko apa-apa lagi. Rumahnya sudah hancur. Bahkan, banyak yang kehilangan anggota keluarga," katanya.

Pada saat akan kembali Maros, tiga mobil pick up yang digunakannya, digunakan menangkut 23 korban. Mereka ingin kembali ke keluarganya yang ada di Maros.

Setelah perjalanan sekitar 18 jam, rombongan tiba di Maros. Korban tersebut kemudian ditampung di rumahnya, Batangase, Mandai.

"Sebanyak 23 orang ini, saya tampung di rumah dulu. Besoknya, saya antar ke rumah keluarganya masing-masing," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved