Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Demi Anak Muda ini, Putri Soeharto Pertaruhkan Kepala Saat Proyek Tol Cawang-Tanjung Priok Dibangun

Putri Presiden Soeharto, Tutut Soeharto mengungkap kisah pembangunan jalan tol Cawang-Tanjung Priok.

Editor: Ilham Arsyam
Mbak tutut dan Soeharto 

Demi Anak Muda ini, Putri Soeharto Pertaruhkan Kepalanya Saat Proyek Tol Cawang-Tanjung Priok Dibangun

TRIBUN-TIMUR.COM -  Putri Presiden Soeharto, Tutut Soeharto mengungkap kisah pembangunan jalan tol Cawang-Tanjung Priok.

Kisah pembangunan jalan tol dituliskan Tutut dalam situs pribadinya tututsoeharto.id, Minggu (16/9/2018).

Tutut menyebut dirinya sampai mempertaruhkan kepala demi memilih anak muda bangsa sebagai pimpinan proyek.

 
 

Hal ini lantaran Tutut bertekad untuk memberi kesempatan bekerja kepada anak muda bangsa.

Baca: Berita Hotman Paris Hari ini: Sindir Pompa Air Roy Suryo Sudah Busuk hingga Curhat Istri Delon

Bersama dengan perancang pembangunan, Ir Wiyoto, Tutut mulai mencari tenaga muda untuk ikut dalam proyek pembangunan.

Tutut menemukan Djoko Ramiaji, seorang anak muda yang disebutnya disiplin dan tegas.

Tutut menghendaki Djoko menjadi pimpinan proyek pembangunan tol Cawang-Tanjung Priok.

Djoko saat itu masih berstatus sebagai pekerja di Bina Marga.

Tutut meminta izin kepada Bina Marga dan sempat mendapat penolakan sebab Bina Marga menganggap Djoko masih terlalu muda.

Bina Marga bahkan sempat memberikan tawaran sederet nama-nama senior yang dianggap lebih profesional dan berpengalaman.

Tutut menuturkan jika dirinya lebih mengutamakan kemampuan dan semangat yang dimiliki Djoko.

Meski masih muda, Tutut yakin Djoko mampu menerima tugas dan menyelesaikan dengan baik.

Bina Marga akhirnya memberikan izin kepada Tutut.

Baca: Diungkap Prabowo, inilah Otak di Balik Lengsernya Ahok dari Kursi Gubernur DKI Jakarta

Resmi menjadikan Djoko sebagai pimpinan proyek, Tutut menuturkan jika dirinya telah mempertaruhkan kepalanya.

“Djoko, saya pertaruhkan kepala saya untuk mendapatkan kamu, mulai hari ini, kepala saya ada di tanganmu. Kalau kamu gagal menyelesaikan proyek ini, maka melayang pula kepala saya,” ujar Tutut kepada Djoko.

Djoko mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tutut dan menyebut tidak akan menyia-nyiakan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya.

Saat itu, Djoko Ramiaji resmi menjadi Pimpinan Proyek Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok di usia muda, yakni 33 tahun.

Tutut juga menunjuk beberapa anak muda bangsa yang usianya tidak lebih dari 40 tahun dalam pembangunan proyek tersebut.

Tutut memaparkan, terpilihnya anak muda bangsa dalam proyek tersebut bukan berarti anti terhadap pakar senior.

Tutut menyebut, para pakar senior ditempatkan pada jajaran konsultan untuk mengawasi dan memberikan ilmu kepada generasi muda.

Seluruh karyawan yang terlibat dalam proyek pada saat itu kurang lebih berjumlah 2.000 orang.

Tutut memaparkan, 95 persen karyawan dengan usia dibawah 40 tahun.

Hal ini untuk menunjukkan bahwa yang berperan aktif pada saat itu adalah generasi muda anak bangsa dengan asistensi dan konsultasi dari pakar-pakar senior konstruksi. 

Baca: Disebut Sudah Putuskan Masuk di Barisan 2019 Ganti Presiden, ini Jawaban Jenderal Gatot Nurmantyo

Melalui akun Twitter @TututSoeharto49, Tutut menyebut pemancangan tiang pertama dalam pembangunan proyek menggunakan dana yang dimilikinya hingga menunggu keputusan dari bank.

"[1/3] Proyek ini punya batas waktu penyelesaiannya yang tidak dapat kami tawar. Kami tidak dapat hanya menunggu. Sekarang atau besok, masalahnya tetap sama. Akhirnya dengan segala keyakinan,

[2/3] serta perhitungan perhitungan matang, kami memutuskan untuk melakukan pemancangan tiang pertama. Dengan dana yang saya punya, sambil menunggu keputusan bank. Namun, hanya sebatas untuk keperluan pemancangan tiang pertama.

[3/3] Dengan memohon ridho-Nya, dan dengan segala keterbatasan yang kami miliki, akhirnya kami laksanakan pemancangan tiang pertama, pada tanggal 30 Juni 1987, awal dari pekerjaan pembangunan jalan toll Cawang Tanjung Priok, dimulai,"tulis Tutut dalam akun Twitternya.

Kisah Soeharto Pukul kepala Mbak Tutut di muka Umum

Berkuasa selama lebih dari 30 tahun, membuat kepala negara ini terus dikenang rakyat Indonesia.

Banyak cerita tentangnya meski kini ia telah tiada.

Terutama pemberitaan anak dan cucunya masih menarik perhatian.

Seperti kali ini datang dari salag seorang putrinya.

Baca: Jangan Salah! Daftar CPNS 2018 di sscn.bkn.go.id Tapi Pengumuman Pendaftaran Tunggu di menpan.go.id

Baca: Bupati Jeneponto Karaeng Ninra: Nurdin Halid dan Adiknya Hadiri Acara Calon Lain, Siapa Khianat Kah?

Baca: TRAGIS! 6 Fakta Soal Bayi 5 Bulan Ditemukan Tewas di Dalam Kulkas Babysitternya, No 6 Paling Pilu

Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, dikenal sebagai sosok ayah yang begitu dekat dengan anak-anaknya.

Hal itu pernah dikatakan Probosutedjo dalam buku 'Saya dan Mas Harto Memoar Romantika Probosutedjo' karya Alberthiene Endah.

Probosutedjo pernah menggambarkan bagaimana potret kedekatan Soeharto dengan anak-anaknya itu sekaligus menangani mereka saat nakal.

Kala itu Soeharto masih berpangkat brigadir jenderal sehingga kerap bekerja di luar rumah.

Foto Mendiang Soeharto dan Keluarga
Foto Mendiang Soeharto dan Keluarga (Facebook/Siti Hediati Soeharto, SE)

Probo menjadi saksi tumbuh kembang anak-anak Soeharto, yakni Sigit Harjojudanto, Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Tutut), Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

Ia mengatakan, anak-anak Soeharto merupakan bocah yang lucu di masa kecilnya.

Mereka juga nakal, khas seperti anak-anak sebayanya.

Selama menjadi pengasuh anak-anak Soeharto, Probo mengenali satu per satu karakter mereka.

Umpamanya, ia menilai Tutut sebagai gadis pemalu yang sering membawa sapu tangan ke mana pun.

Sementara kata Probo, Sigit dan Bambang di masa kecilnya merupakan anak yang nakal bukan main.

Apalagi saat bersama-sama, tak jarang Bambang dan Sgit berantam.

Tetapi saat dipisahkan, mereka berubah jadi anak berperangai manis.

Nah, Pak Harto memiliki cara tersendiri untuk memisahkan Sigit dan Bambang.

"Begitu Sigit dan Bambang ribut, dengan tenang Mas Harto menggendong keduanya dan melemparkan ke tempat tidur sambil membentak," ujar Probo.

Titik Soeharto-pun demikian.

Ia dikenal sebagai bocah tomboi dan lucu.

Pernah suatu hari Soeharto kesal dengan Titiek, sehingga ia menguncinya di dalam kamar.

Tegasnya Soeharto itu tak menyurutkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya.

Setidaknya hal itu diamini sendiri oleh Tutut Soeharto.

Melalui akun Instagramnya, Tutut yang dahulu dikenal sebagai bocah pemalu ini mengunggah foto kilas balik ketika bersama Soeharto.

Ia mengaku dahulu kerap dipukul secara halus di bagian kepalanya oleh Soeharto.

Tutut menyebutnya 'dijenggung'.

Itu bukan ekspresi kemarahan Soeharto, melainkan bentuk kasih sayang.

Sebab, tak jarang Soeharto menjenggung anak-anaknya sembari tersenyum.

"Ini yang namanya di "Jenggung". Kepala di pukul halus dg kepalan tangan bagian bawah... sebagai tanda cinta...," tulis Tutut Soeharto sebagai caption melalui akun Instagram, @tututsoeharto, Kamis (5/7/2018).

Sejumlah warganet-pun berkomentar, sepakat jika dijenggung merupakan bentuk kasih sayang seorang bapak kepada anaknya.

Sebagian dari mereka juga mengaku pernah mengalami momen serupa.

sucimertoyudho_spd: "Khas priyayi jawa .... Kebiasaan eyang dn sy meniru hingga kini bu."

rustrii_: "Sngnya mbk kl dijegung bpk itu tandanya syg bgt, jd inget masa kecil dijegung eyang,, bpk kl beliau alm gemes sm kita."

kucingdapur82: "Itu namany di tempeleng yaa mb',bedany itu tempeleng rasa sayang bukan kesel/benci."

Faktanya, Tutut Soeharto terus mengingat momen saat dijenggung ayahnya.

Hingga ia menikah dengan Indra Rukmana dan dikaruniai empat orang anak, yaitu Dandy Nugroho Hendro Maryanto (Dandy), Danty Indriastuti Purnamasari (Danty), Danny Bimo Hendro Utomo (Danny), dan Danvy Sekartaji Indri Haryanti Rukmana (Sekar).

(TribunWow.com/ TRIBUN TIMUR)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved