Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jokowi yang Dulu Kurus, Pendiam, dan Suka Nangis

Sutarti mengenal Jokowi saat pasangan keluarga Noto Mihardjo dan Sudjiatmi itu pindah rumah di pinggir bantaran Kali Anyar Solo

Editor: Edi Sumardi
TRIBUNNEWS.COM
Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi. 

SOLO, TRIBUN-TIMUR.COM - Sutarti (65) masih mengingat saat ia sering memboncengkan bocah kelas IV SD dengan sepeda ontelnya menyusuri jalanan di Gondang, 53 tahun lalu.

Tak hanya itu, Kepala Sekolah Kelompok Bermain Kristen Sinar Kasih Nusukan itu masih terngiang rengekan seorang anak lelaki dengan postur tubuh kurus yang sering menangis meminta diantar ke rumah pamannya seusai pulang sekolah.

Ia pun tak menyangka, bocah lelaki yang pernah menjadi tetangga rumahnya itu kini menjadi orang nomor satu di Indonesia.

"Saya nggumun (heran) waktu Pak Jokowi jadi Wali Kota Solo. Apa nanti bisa bicara. Karena waktu kecil anaknya pendiam dan suka menangis kalau nggak diantar ke rumah pamannya dengan naik sepeda ontel," ujar Sutarti saat ditemui Kompas.com di kantornya, Senin ( 3/9/2018) siang.

Sutarti mengenal Jokowi saat pasangan keluarga Noto Mihardjo dan Sudjiatmi itu pindah rumah di pinggir bantaran Kali Anyar Solo sekitar tahun 1964.

Saat itu, Jokowi kecil masih duduk di bangku kelas IV

Tak beda dengan anak seusianya saat itu, kata Sutarti, Jokowi kecil juga sering bermain dengan sebayanya di pinggir kali.

Hanya saja, sifat Jokowi kecil berbeda dengan teman-temannya.

"Pak Jokowi saat kecil orangnya pendiam. Tidak banyak bicara," kata Tarti (panggilan akrabnya) mengungkapkan.

Sangat perhatian

Meski pendiam, Jokowi kecil memiliki perhatian kepada orang dan temannya.

Ia acap kali mendapatkan kiriman makanan dari Jokowi saat orangtuanya memiliki hajatan.

"Orangnya dari kecil perhatian dan peduli sama orang," kata Tarti.

Lantaran bertetangga, lanjut Tarti, ia pun menjadi akrab dengan ibunda Jokowi.

Tak jarang, ibunda Jokowi memintanya membantu menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengantar Jokowi ke rumah pamannya.

"Saya sering boncengkan pakai sepeda ontel ke pakdenya (Pak Miyono) di Gondang. Kalau tidak mau menangis. Saya suruh makan dahulu, ya tidak mau. Pokoknya nangis itu minta ke sana," kata Tarti.

Lima tahun kemudian, lanjut Tarti, orangtua Jokowi pindah rumah di Sumber karena saat itu seluruh rumah yang berada di pinggir bantaran kali Anyar direlokasi.

Lokasi pengganti dijual ke orang lain, lalu orangtua Jokowi membangun rumah di Sumber.

Tak dilupakan

Meski sudah menjadi orang besar, Jokowi tidak melupakannya.

Saat menjabat sebagai wali kota Solo dan Gubernur DKI, Jokowi masih mau menemuinya.

"Hanya saja saat ini dibatasi protokoler sehingga tidak bisa sedekat dahulu. Kalau dahulu saya sudah biasa tidur di sana. Sekarang tidak lagi," ujar Tarti.

Ia pun merasa bersyukur saat Jokowi dinobatkan menjadi presiden RI ketujuh masih mengingat keluarganya.

Hal itu terbukti, saat ibunya meninggal, Jokowi datang melayat.

Namun, suatu saat diwawancara salah satu televesi swasta di Jakarta, hati Tarti berdebar-debar.

Ia khawatir, Jokowi yang saat itu menjabat sebagai gubernur DKI membuat pernyataan tidak mengenalnya.

"Ternyata dia jawab kenal," ujar Tarti.

Meski sudah menjadi presiden, sampai saat ini, kekakraban dan kekeluargaannya tidak berubah.

Ia pun rutin datang ke rumah Jokowi di Sumber, Banjarsari saat lebaran tiba.

Hanya saja, sampai saat ini belum pernah menemui Jokowi di Istana Negara.

Tarti membantah posting-an akun Twitter Cie Pek Tong @Santoso_JkW yang menyebutnya keluarga Katolik pernah menampung keluarga Jokowi waktu kecil karena orangtuanya tak punya rumah dan tidak mampu beli rumah.

Ia mengklarifikasi bahwa dirinya seorang Kristen Protestan dan tidak pernah menampung keluarga Jokowi.

Pasalnya, keluarga Jokowi saat itu termasuk keluarga yang berada.

"Kalau ada yang mengatakan kami dahulu menampung keluarga Pak Jokowi itu salah. Saya dengan keluarganya Pak Jokowi baik dan saya tidak pernah mengatakan yang bohong. Saya juga bukan Katolik tapi Kristen. Jokowi tidak melarat," kata Tarti.

Meski pernah dekat dengan Jokowi dan keluarganya, ia tidak pernah mengekspos kehidupan pribadinya ke publik.

Bahkan ia pernah diikuti wartawan selama tiga hari karena tidak bisa mewawancara Jokowi saat menjabat sebagai Gubernur DKI.

"Mereka datang untuk mengetahui masa kecil Jokowi," ujar Tarti.

Dicari banyak orang

Menjadi orang dekat saat Jokowi masih kecil membuat Tarti tak hanya dicari wartawan.

Warga RT 01, RW 12, Nayu Barat, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo banyak dicari orang berduit.

Bukan tanpa maksud.

Orang berduit meminta pertolongan Tarti untuk menghubungkan dengan Presiden Jokowi.

Kepentingannya mulai dari masalah tersangkut kasus hingga perizinan perusahaan.

Namun, Tarti menolak tawaran pengusaha.

Ia mengingat pesan Jokowi kepadanya saat pertama menjabat sebagai Wali Kota Solo.

"Ada yang datang pengusaha ke rumah minta tolong dihubungkan ke Pak Jokowi, tetapi saya menolaknya. Saya bilang tidak bisa. Saya masih ingat betul saat Jokowi diangkat jadi wali kota. Saat itu semua dikumpulkan. Dia sampaikan kalau ingin pekerjaannya baik jangan pernah memanfaatkan saya. Omongan itu saya pegang," kata Tarti.

Menurut Tarti, sikap Jokowi itu juga diberlakukan bagi anak-anaknya.

Pasalnya, kalau dilihat dari kesederhanaan anaknya berarti tidak memanfaatkan kekuasaan bapaknya yang menjadi presiden.(*)

Artikel ini telah tayang pada Kompas.com dengan judul "Cerita Tetangga tentang Jokowi Kecil, Bocah Itu Sering Menangis Kalau..."

Penulis: Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved