Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bercerita Soal Masjid dari Putih Telur, Ditanya Kemana Kuningnya? ini Jawaban Ustaz Abdul Somad

Melalui video, ustaz (KBBI-red) yang memiliki follower sebanyak 3,7 juta di instagram itu mengingat masa lalu, ketika dia masih kecil.

Editor: Ardy Muchlis
handover
Ustad Abdul Somad 

TRIBUN-TIMUR.COM--- Ustadz Abdul Somad memposting sebuah masjid di laman instagram miliknya. Bukan sebuah masjid sembarangan, masjid tua berusia 215 tahun yang terbuat dari putih telur.

Melalui video, ustaz (KBBI-red) yang  memiliki follower sebanyak 3,7 juta di instagram itu mengingat masa lalu, ketika dia masih kecil.

Saat itu ketika melihat tayangan adzan magrib, ia melihat sebuah masjid yang disebutkan dibuat dari putih telur ayam.

 
Ketika di sebuah ceramah dia menceritakan kembali soal masjid tersebut, namun ada seorang yang menanyakan jika masjid itu dibuat dari putih telur ayam, lantas kuning telur untuk apa.

Ia mengatakan sebetulnya ada cerita di balik berdirinya masjid tersebut.

"Masa saya kecil dulu, melihat adzan magrib.

Pada waktu adzan magrib itu ditampilkan salah satu masjid dan masjid itu amat sangat berkesan dalam pikiran saya.

Karena pembawa acaranya mengatakan masjid ini dibuat dari putih telur ayam

Sekarang ketika itu saya tulis di internet, saya mengunjungi masjid yang terbuat dari putih telur ayam orang bertanya kuningnya di mana, artinya pikiran orang itu cuma makan.

Padahal yang tersembunyi di balik berita itu adalah betapa kayanya orang-orang Melayu 215 tahun yang lalu. Sultan Mahmud tahun 1803 berdirilah masjid (sultan ini), 

Kemudian sekarang 2018 215 tahun yang lalu, empat generasi kurang lebih kalau 50 tahun beliau meninggal dunia, atau tiga generasi, begitu hebat dan kayanya mereka," kata Abdul Somad.

Ustaz Abdul Somad bercerita tentang Masjid Sultan Riau Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Ustaz Abdul Somad beberapa waktu lalu memiliki kesempatan melakukan dakwah di tempat tersebut.

Ustaz Abdul Somad terus melanjutkan dakwahnya meninggalkan isu soal pencalonan dirinya sebagai wakil presiden.

Ustaz Abdul Somad dikabarkan menolak usulan untuk menjadi calon wakil presiden oleh sejumlah pihak.

 "Hayo, siapa yang sebut-sebut saya jadi wapres, tadi saya dengar,"ucap Ustad Abdul Somad, saat melakukan ceramah di Pesantren Darul Quran, Deliserdang, Senin (6/8/2018). Ustad (KBBI: Ustaz).

Beberapa waktu belakangan, beredar isu bahwa dirinya dikaitkan akan masuk salah satu bursa nama kuat akan menjadi calon Wapres.

Saat melakukan ceramah di Pesantren Darul Quran, Abdul menjawabnya dengan berupa candaan yang membuat ratusan orang yang hadir tertawa.

"Mana lah mungkin saya capres, jadi penceramah saja dulu saja saya," ucapnya.

Ia juga mengatakan, untuk menunggu hasil dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat, siapa yang akan menjadi cawapres.

"Gak usah kita sehat-sehat isu dulu, lihat saja nanti pada waktunya, siapa yang akan menjadi calon," ucapnya.

Kemudian, Abdul Somad juga menyampaikan, untuk selalu mendukung pemerintah dalam mensukseskan program yang baik pada rakyat. 

"Kita dukung aja pemerintah siapa pun yang menjadi presiden kelak mendukung dan kesejahteraan rakyat," ucap.

Kedatangan ke pesantren Darul Quran, untuk mengisi ceramah di tempat tersebut.

Pasalnya pesantren tersebut akan menggelar syukuran sekalian peresmian. Sykuran juga dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara terpilih Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Adalah pula yang hadir Ikatan Keluarga Nasution (IKANAS) selaku panitia acara tersebut.

Banyak pihak menyayangkan langkah UAS menolak pinangan menjadi cawapres Prabowo.

Seperti putri Amien Rais, Hanum Rais yang meminta kepada semua pihak untuk meyakinkan Ustaz Abdul Somad (UAS) untuk mau maju.

Bahkan Hanum pun menuliskan hal tersebut lewat akun instagramnya.

@hanumrais: 'Sebaiknya ustadz Abdul Somad tetap berdakwah saja. Menjadi suluh dalam gelapnya ruangan. Menjadi setetes embun dalam sahara. Kita memerlukan itu.'

Nasihat demikian memang terdengar indah elegan dan mulia. Saya pun mengiyakan.

Namun kemudian, saya teringat Snouck Horgrounje seorang Belanda di jaman Hindia Belanda yg belajar agama Islam dan kemudian dikenal sebagai mata-mata kolonial.

Ia pernah menasehati para ulama, masy adat Aceh saat itu, untuk meningkatkan ketakwaan umat serta selalu mengingatkan umat pada kematian, masjid-masjid perlu didirikan dekat makam.

Terdengar mulia. Serentak membuahkan anggukan.

Sungguh target Horgronje bukan itu. Melainkan sesungguhnya ia memiliki visi menjauhkan masyarakat dari masjid, karena orang-orang jadi takut ke masjid , terutama para pemudanya.

Horgronje tahu benar, masjid dan para pengunjungnya adalah kekuatan yang membahayakan bagi rezim kolonial saat itu.

Seruan banyak pihak agar UAS berdakwah saja dan jangan bermain politik seakan terdengar seperti seruan membuai Horgronje saat itu

Di saat yang begitu krusial sekarang ini, marilah kita berdoa semoga sang suluh selama ini berkenan berubah menjadi mentari.

Setetes embun di sahara bersedia menjelma jadi telaga mata air yang menyejukkan bagi bumi

Marilah kita berbondong-bondong meyakinkan @ustadzabdulsomad bahwa dirinya diperlukan oleh bangsa, tidak hanya sebagai guru, namun pemimpin bangsa.

Tarikh menorehkan cerita, Abu Bakar maupun Umar juga sebelumnya menolak jabatan yang diberikan pada mereka hingga mereka akhirnya menjadi umara panutan.

Keulamaan dan kepemimpinan bersanding manis dalam era tersebut. Sejatinya politik dan agama memang sebuah kesatuan.

Rasulullah pun telah menjadikan dirinya teladan sebagai pemimpin dan ulama terbaik sepanjang masa.

Kesempatan tidak akan datang berulang. Kehadiran UAS di tengah bangsa ini boleh jadi adalah kesempatan yang Allah berikan untuk kita.

Mudah-mudahan Allah mengijabahi lewat dukungan seluruh elemen bangsa dan umat di Indonesia.

Wallahu a’lam bissshhawaab
#ustadzabdulsomad #cawapres let’s make #somadeffect everywhere.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved