OPINI
Opini Ostaf Al Mustafa: Unhas dan Buluh Sejarah Pengekangan Mahasiswa
Penulis adalah mantan anggota Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Universitas Hasanuddin
Siapapun para pelaksana langsung dari hancurnya demokrasi ala mahasiswa Unhas kala itu, mereka bukan pihak pertama dan kedua dari kematian pelembagaan.
Masih ada pihak ketiga, namun diduga keras berkaki empat, berbulu lurus di sekujur kulitnya, berlumur pigmen penghitam, dan berasal dari famili Bovidae dan bergenus Capra.
Bila sudah dijinakkan sebagai peliharaan domestik disebut Capra hircus. Kesalahan yang bagus andai saja bisa disebut sebagai Capra hitam.
Bila saja, kelompok Capra hitam itu berani tampil sekarang untuk berbicara. Tentu kegelapan sejarah itu sudah sedikit bisa diperciki api penerang. Bisa juga sekalian dibakar saja histori tersebut.
Momen itu hanya seupil daki dari hasil produksi lelehan keringat kala membentuk kekuatan strategis di tingkat universitas. Ini cuma masa lalu, makanya hanya dikenang dalam huruf-huruf silam pembacaan.
Elite birokrat tidak merawat nisan dan kuburan SMUH, sebagai sejarah yang bisa direpetisi.
Malah digali lubang besar untuk membuang jasad kehidupan mahasiswa dengan menggampangkan sanksi akademik dan DO. Ulah demikian membuat tingkat resistensi meninggi.
Ketika muncul kehendak dari atas untuk membuat lembaga kemahasiswaan tingkat universitas, maka kata terbaik dari mereka hanya berupa, “Tidak” dengan tiga tanda seru tak berspasi.
Begitu pun ketika para senior berdialog untuk menyoal kisruh terbaru, sekadar menjadikan SMUH sebagai buluh perindu.
Mereka berkumpul untuk mengiris-iris masalah kemahasiswan terkini.
Sebab memori itu langsung ditiup dari para pelaku sejarah, sehingga makin terdengar pilu dan sayu tertiup gemuruh pemberitaan di halaman utama dalam “Alumni Rindu SMUH” (Tribun Timur, Kamis, 26 Juli 2018).
Yang hilang dari ide pembentukan neo-SMUH atau apapun nama lembaga tersebut yakni tak ada sama sekali militansi kekuatan mahasiswa ala Amerika Latin.
Mereka memiliki aset tradisi intelektual dalam dunia akademik atau politik berupa Manifesto Cordoba 1918 atau Cogobierno.
Saat itu mahasiswa Cordoba, Argentina mengeluarkan sebuah manifesto yang menuntut otonomi universitas dan keterlibatan mahasiswa dalam mengelola administrasi universitas.
Histori Cogobierno 110 tahun lalu masih memiliki relevansi dengan sengkarut di Unhas.