Apakah TGB Cawapres Jokowi?
Usai bertemu para Aktivis 1998 di Kemayoran, Jakarta, Sabtu (7/7/2018), Jokowi mengaku sudah mengantongi nama cawapresnya.
Apalagi, katanya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah membuka penyelidikan terkait divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang kini berubah nama menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Dalam kasus ini, nama TGB dikaitkan sebagai pihak yang meminta agar melepas saham 6% PT NNT yang dimiliki tiga daerah, yakni Pemprov NTB, Pemkab Sumbawa dan Pemkab Sumbawa Barat di PT Daerah Maju Bersaing (DMB). Mei lalu, TGB memang pernah menjalani pemeriksaan di KPK, namun tidak dijelaskan asalan pemeriksaan itu. Pihak KPK hanya berdalih kasus tersebut baru dalam tahap “pulbaket” (pengumplan bahan dan keterangan).
"Sama sekali tidak ada. Saya tidak pernah dalam hidup saya memutuskan sesuatu yang di luar keyakinan saya sebagai manusia," kata TGB di Jakarta, Rabu (4/7/2018), membantah tudingan ia mendukung Jokowi karena pernah diperiksa KPK.
Mungkinkah TGB menerima deal politik hendak dijadikan cawapres Jokowi? Kita tidak tahu pasti. Yang pasti, di dunia politik tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan.
Jokowi berkepentingan menggaet suara kalangan muslim, karena selama ini terstigmatisasi komunis dan memusuhi ulama. TGB yang Ketua Alumni Universitas Al Azhar, Mesir, Cabang Indonesia, itu, selama ini diidentifikasi sebagai pelantang suara dan aspirasi umat Islam, sehingga dengan itu Jokowi bisa meredam stigma negatif tersebut.
Jokowi juga berkepentingan menggaet suara masyarakat Indonesia timur, dan itu ada dalam diri TGB. Vox populi vox Dei, suara rakyat adalah suara Tuhan.
Peluang TGB menjadi cawapres Jokowi pun kian meroket usai menyatakan dukungannya terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Surakarta itu dalam Pilpres 2019, Rabu (4/7/2018).
Sebagai catatan, TGB ikut turun ke jalan dalam Aksi Bela Islam II pada 4 November 2016 (411) yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Gubernur DKI Jakarta saat itu, diadili dalam kasus penistaan agama.
TGB kembali aktif dalam Aksi Bela Islam III, 2 Desember 2016 (212), dengan tuntutan yang sama. Di pihak lain, hubungan Jokowi-Ahok ada yang menganalogikan sebagai patron-klien. Namun, kini TGB justru mendukung Jokowi.
Perubahan sikap itulah yang kemudian membuat teman-teman oposan TGB, seperti PA 212, Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) kebakaran jenggot. Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Gerindra dan juga Wakil Ketua DPR RI, menyeut TGB “lemah iman”. Prabowo menilai sikap TGB itu wajar-wajar saja di era demokrasi ini.
Ferry Juliantono, Wakil Ketua Umum Gerindra lainnya, menyatakan, masyarakat sudah bisa melihat secara gamblang apa yang melatari TGB mendukung Jokowi.
Apalagi, katanya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah membuka penyelidikan terkait divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang kini berubah nama menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Dalam kasus ini, nama TGB dikaitkan sebagai pihak yang meminta agar melepas saham 6% PT NNT yang dimiliki tiga daerah, yakni Pemprov NTB, Pemkab Sumbawa dan Pemkab Sumbawa Barat di PT Daerah Maju Bersaing (DMB). Mei lalu, TGB memang pernah menjalani pemeriksaan di KPK, namun tidak dijelaskan asalan pemeriksaan itu. Pihak KPK hanya berdalih kasus tersebut baru dalam tahap “pulbaket” (pengumplan bahan dan keterangan).
"Sama sekali tidak ada. Saya tidak pernah dalam hidup saya memutuskan sesuatu yang di luar keyakinan saya sebagai manusia," kata TGB di Jakarta, Rabu (4/7/2018), membantah tudingan ia mendukung Jokowi karena pernah diperiksa KPK.
Mungkinkah TGB menerima deal politik hendak dijadikan cawapres Jokowi? Kita tidak tahu pasti. Yang pasti, di dunia politik tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan.