Ichwan Persada Ingin Jadi Sutradara, Cerpen Faisal Oddang Jadi Karya Perdananya?
Sejumlah penghargaan bergengsi pun diraihnya, di antaranya Penulis Cerpen Terbaik Kompas 2014
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Nama penulis muda Faisal Oddang melesat pesat dalam 4 tahun terakhir. Karya-karyanya berupa cerita pendek hingga novel mengundang decak kagum.
Sejumlah penghargaan bergengsi pun diraihnya, di antaranya Penulis Cerpen Terbaik Kompas 2014, Pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014, dan Tokoh Seni Tempo 2015.
Produser film asal Makassar, Ichwan Persada mengenal Faisal justru sebelum mulai melahirkan karya-karyanya yang brilian. Perkenalan itu dilakukan saat Ichwan didapuk menjadi salah satu narasumber di Makassar International Writers Festival tahun 2012.
Setelah itu, Ichwan mengaku tak terlalu mengikuti sepak terjang Faisal hingga karya pria kelahiran Wajo, Sulawesi Selatan, itu menguasai media cetak nasional.
Ichwan pun menjadi pengagum tulisan Faisal. Salah satu yang digilainya adalah cerpen berjudul Siapa Suruh Sekolah di Hari Minggu.
“Pertama kali baca cerpen itu, saya terkaget-kaget. Dan kontan sejumlah adegan berkelebat di benak saya. Cerpen itu selain asyik dibaca, juga terasa sangat visual. Temanya pun unik karena berlatar peristiwa Operasi Tumpas di Sulawesi tahun 1960-an. Akhirnya saya membaca cerpen itu berkali-kali dan tetap terasa keasyikannya," kata produser SILARIANG: Cinta Yang [Tak] Direstui ini lewat rilisnya, Kamis (7/6/2018).
Setelah membidani 9 judul film layar lebar, pria kelahiran Ujung Pandang ini berhasrat untuk menjadi sutradara. Namun mencari materi yang pas sebagai debut tentu tak mudah.
“Saya mencari cerita yang bisa membuat hati saya bergejolak dan membuat perut saya seperti menelan kupu-kupu. Dan cerpen Faisal ini tentu menjadi pilihan menarik. Tapi dengan nama besar Faisal, tentu saya gemetar dalam mewujudkannya. Mungkin memang harus pelan-pelan agar hasilnya bisa maksimal," ujarnya.
Izin secara lisan sudah didapatkannya langsung dari Faisal. “Ternyata Faisal tak berubah sama sekali. Ia tetap saja sosok pemuda rendah hati meski sudah populer. Tak butuh waktu lama buat meyakinkannya agar bersedia menyerahkan cerpennya ke saya untuk diadaptasi menjadi film pendek, “ sambung Ichwan.
Ichwan sendiri mengaku belum tahu kapan akan mengeksekusi cerpen dari Faisal itu. Namun ia menargetkan film tersebut sudah bisa dibawa ke festival tahun depan. (*)