Mengenal Petrus Bala, Pelayan Sembilan Wali Kota Makassar
Soni terpikat dengan cita rasa kopi Toraja yang disajikan Petrus saat ia berkunjung ke Balaikota Makassar
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Petrus Bala (55), seorang pegawai Pemkot Makassar mungkin tak akan pernah melupakan peristiwa hari ini dalam hidupnya. Pria yang kesehariannya bekerja di ruangan Wali Kota Makassar sebagai pelayan, mendapat pujian dari Pejabat Gubernur Sulsel, Soni Sumarsono.
Soni terpikat dengan cita rasa kopi Toraja yang disajikan Petrus saat ia berkunjung ke Balaikota Makassar, Senin (14/5/2018) pagi.
Soni menikmati seduhan kopi itu, sampai-sampai ia mencari siapa pembuatnya. Petrus pun diajak berdiri di samping Soni, lalu berfoto bersama.
"Waktu Pak gubernur datang, protokolernya bilang ke saya kalau bapak suka minum kopi tanpa gula. Saya lalu bikinkan, pas dinikmati stafnya langsung panggil saya dan katanya harus foto bersama gubernur," kata Petrus saat ditemui.
Petrus pun mengaku bangga, kopi racikannya disukai oleh orang nomor satu di Sulsel saat ini. Menurutnya, menyajikan makanan dan minuman untuk tamu wali kota, hingga mendapat pujian adalah kebanggaan tersendiri yang akan sulit ia lupakan.
Petrus adalah Staf Bagian Umum dan Rumah Tangga Pemkot Makassar yang diperbantukan di ruang wali kota. Sudah sekitar 33 tahun ia melayani sembilan wali kota, termasuk dua pelaksana tugas.
Bersama tiga staf lainnya, Petrus bertanggung jawab untuk makanan dan minuman, serta kebersihan ruang kerja Wali Kota Makassar.
Pria kelahiran Pinrang ini mulai bekerja di Balai Kota Makassar sejak tahun 1985. Sejak saat itu ia mulai meracik makanan dan minuman untuk wali kota. Mulai dari Kolonel Jancy Raib hingga Plt Wali Kota Makassar saat ini, Syamsu Rizal MI.
Puluhan tahun mengabdi, Petrus hampir mengenal semua karakter dan makanan atau minuman favorit para wali kota yang dilayaninya. Ia sudah hafal betul apa yang diinginkan para pemimpin Kota Makassar.
Misalnya pada periode kepemimpinan Andi Malik Baso Masry (1993-1999). Petrus mengatakan, pada masa pemerintahan Abdi Malik, kadang ia harus dibuat repot mencari makanan pesanannya.
"Pak Malik Baso Masry itu dia suka pesan ikan mujair. Saya bilang masa wali kota mau mujair. Beliau juga suka soto Banjar yang harus pakai leher ayam," ungkapnya.
Lain lagi dengan kepemimpinan Danny Pomanto dan Syamsu Rizal. Petrus mengatakan, kedua pemimpin Kota Makassar saat ini suka meminum kopi yang berbeda. Danny Pomanto menyukai kopi yang lebih lembut, sebaliknya dengan Deng Ical.
"Kalau Pak Danny itu suka gado-gado sama kopi. Awalnya saya selalu bikinkan kopi Toraja, tapi katanya terlalu keras jadi diganti Nescafe. Kalau Deng Ical lebih sederhana. Dia kalau datang ke kantor, masih jauh sudah teriak 'Petrus, kopi'," ungkap Petrus sambil tertawa.
Kemapuan meracik kopi Petrus ia pelajari sejak kecil. Kopi Toraja yang kerap ia sajikan di balaikota bahkan ia buat langsung di rumahnya.
Petrus yang memiliki kerabat di Kabupaten Toraja, dan kadang ia mendapat kiriman kopi. Kopi itu kemudian ia olah dan bawa ke balaikota untuk disajikan.
"Kalau tamu penting yang datang ke sini saya kasih khusus kopi Toraja. Kopinya juga beda karena saya siapkan sendiri. Biasanya saya dikirimkan kopi, kalau belum digoreng, saya goreng dulu, lalu pabrik, kemudian bawa ke sini," ungkap dia.
Puluhan tahun mengabdi untuk wali kota, banyak suka duka yang Petrus rasakan. Ia mengaku cukup senang ketika makanan dan minuman yang disajikannya disukai oleh tamu. Kopi racikannya bahkann juga pernah mendapat pujian dari tamu asal Australia.
"Paling berkesan setiap tamu dikasih teh atau kopi selalu dipuji. Itu merupakan kebanggan bagi saya dapat melakasanakan tugas saya dengan baik," kata dia.
Selain itu, Petrus juga memiliki pengalaman tak terupakan. Ia pernah membuat ruang kerja Wali Kota Makassar "kebanjiran" pada suatu malam. Ia pun rela ke balai kota dini hari untuk membereskan masalah tersebut
"Saya pernah datang jam 3 subuh, banjir di ruang wali kota. Waktu itu keran air terbuka saat mati lampu, pas nyala air mengalir terus sampai ruang wali kota kebanjiran. Saya pikir ini kesalahan saya dan harus tanggung jawab sendiri, jadi saya ditelpon tengah malam dan datang membersihkan. Saya pakai sekop sampah kuras air hingga jam 6 pagi," kenang Petrus.
Melayani wali Kota Makassar selama puluhan tahun, diakui Petrus, merupakan waktu yang cukup lama. Namun pekerjaan ini merupakan tugas yang sangat membanggakan baginya.
"Saya senang dengan pekerjaan saya ini. Sebuah kebanggan melayani para pemimpin Kota Makassar," ucap Petrus. (*)