Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilwali Makassar Mulai Makan Korban, Anak Polisi Kena Tebas Usai Pendukung Saling Lempar

Juru Bicara Appi-Cicu Oke (ACO), Arsoni, mengatakan, pendukung Appi-Cicu yang kena tebasan senjata tajam itu adalah aktivis KBPP.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Halaman 1 Tribun Timur cetak edisi Selasa, 8 Mei 2018 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Massa pendukung Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) akhirnya turun jalan. Setelah sekian lama, pendukung Appi-Cicu menahan diri di “barak”, mereka mulai turun jalan melakukan aksi.

Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Makassar 2018 memauski “babak baru”, Senin (7/5/2018). Dua Pendukung Appi-Cicu dan Danny Pomanto-Indira Mulyasari (DIAmi) mulai berhadap-hadapan.

Ribuan pendukung dua kubu bahkan sempat berhadap-hadapan di depan Kantor Panwaslu Makassar. Massa dua kubu juga sempat terlibat saling lempar dan bentrok yang menyebabkan kemacetan di beberapa ruas jalan utama di Makassar hingga Senin petang.

Beberapa kali massa Appi-Cicu berusaha mendekati pendukung DIAmi, namun berhasil dihalangi polisi. Setiap kali pendukung DIAmi orasi, terdengar teriakan dari barisan massa Appi-Cicu.

Polisi tak mampu lagi menengahi dua kubu massa saat berpapasan di Jl Boulevard, Panakkukang, sekitar pukul 16.50 wita.

Dua kubu saling serang. Awalnya kedua kelompok hanya saling memaki. Mereka tersulut emosi kemudian saling lempar baru.

Dalam “kontak fisik” di Panakkukang itulah salah seorang pendukung Appi-Cicu yang mengaku bernama Apnieher alis Evan kena tebasan parang di punggung.

Evan kemudian mendatangi SPKT Polrestabes Makassar, Senin malam, melaporkan kejadian yang dia alami.

"Pas kami di situ langsung diserang secara tiba-tiba," ungkap Evan yang mengaku tidak kenal dengan pelaku yang menganiaya.

Sementara itu Yogi yang berboncengan dengan Evan mengatakan, saat kejadian massa yang diduga pendukung DIAmi turun dari mobil pikap dan menyerang mereka.

"Mereka langsung turun, ada juga yang lepas panah dan ada yang siaga di atas mobil mau patte busur," ungkap Yogi.

Yogi mengatakan, selain melepas busur ada juga yang membawa samurai. Yogi juga menyebut kendaraan mereka dirusak setelah mereka lari berusaha menyelamatkan diri.

Yogi mengatakan, mereka berusaha melarikan diri saat dikejar. Beruntung ada tembakan peringatan dari aparat kepolisan sehingga pengejaran mereka terhenti.

Polisi berusaha mengatur arah jalan dua kelompok massa saat akan meninggalkan halaman kantor panwaslu.

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan, langkah antisipasi diambil lantaran ada dua kelompok yang datang mengawal sidang Panwaslu.

"Titik rawannya adalah masing-masing paslon menurunkan massa pendukung. kita sudah sekat, pendukung paslon no 1 kita arahkan di sisi kanan dan simpatisan nomor 2 di sisi kiri Kantor Panwaslu Kota Makassar," jelas Irwan.

Juru Bicara Appi-Cicu Oke (ACO), Arsoni, mengatakan, pendukung Appi-Cicu yang kena tebasan senjata tajam itu adalah aktivis Keluarga Besar Putra Putri Polisi (KBPP).

“Sesuai data yang kami himpun, saudara kami yang kena senjata tajam itu dari Aspol Tello Baru. Dia aktivis KBPP,” tegas Arsoni, Selasa (8/5/2018) dini hari.

Menurut Arsoni, aksi pendukung Appi-Cicu digelar untuk mengawal Pilwali Makassar 2018 agar berjalan sesuai tahapan. Sementara kubu DIAmi turun aksi untuk mengawal Panwaslu Makassar dalam melaksanakan musyawarah sengketa.

Panwaslu Makassar menolak permohonan Appi-Cicu sebagai pihat terkait dalam musyawarah sengketa jilid II ini.

Kubu Appi-Cicu menyebut, apapun hasil musyawarah ini berifat ilegal karena tidak memiliki legal standing sehingga KPU Makassar tidak boleh menghentikan tahapan pilwali, apalagi seolah-olah menunda proses pencetakan surat suara karena menunggu hasil sengketa di panwaslu.

Dalam lembaran surat resmi yang ditandatangani Ketua Tim Pemenangan App-Cicu Farouk M Betta dan Sekretatis Ari Ashari Ilham, tertera tiga imbauan ke KPU Makassar. Pertama, menertibkan atribut DIAmi. Kedua, segera melakukan pleno untuk menentukan posisi kertas suara. Ketiga, segera melakukan pencetakan kertas suara.

"Jika KPU tidak mau menjalankan konsekuensi dari SK KPU yang menegaskan didiskualifikasinya DIAmi dengan menurunkan alat peraga kampanye (APK) pasangan calon yang bukan peserta pilkada, maka jangan salahkan jika simpatisan kami yang turunkan semua APK itu,” jelas Arsoni.(*)

BACA SELENGKAPNYA DI TRIBUN TIMUR CETAK EDISI SELASA, 8 MEI 2018

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved