Ruang Kelas SDN Gantareng Tompobulu Pakai Sekat Triplek, Begini Reaksi DPRD Maros
DPRD mendorong Pemkab untuk untuk mengucurkan anggaran perbaikan infrastruktur dan sarana pendidikan di pedalaman Tompobulu.
Penulis: Ansar | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Anggota Komisi III DPRD Maros, Akbar Endra, mengaku prihatin melihat kondisi ruang belajar SDN Inpres 130 Gantarang, Desa Bonto Matinggi, Tompobulu, Selasa (24/4/2018).
Selama ini, Pemkab hanya sibuk membangun infrastruktur dan pendidikan di daerah perkotaan.
Bahkan, hampir setiap tahun mengucurkan anggaran di kota.
Sementara murid di daerah terpencil, belum pernah merakasan fasilitas pendidikan yang memadai.
Bahkan, setiap hari, murid harus menyeberang sungai saat pulang ke rumahnya di Dusun Damma.
Baca: SDN Gantarang Maros Butuh Perhatian Pemerintah, Begini Kondisinya
Pemkab dinilai menganak tirikan, murid di pedalaman. Padahal, potensi Sumber Daya Alam dan Manusia di pelosok, sangat besar. Hanya saja, dibatasi dengan fasilitas pemerintah.
"Rata-rata daerah terpencil dianak tirikan. Mungkin karena penduduknya kurang. Makanya, tidak pernah ada pembangunan. Padahal, di sana memiliki potensi alam dan manusia yang sangat besar," ujar Akbar
DPRD mendorong Pemkab untuk untuk mengucurkan anggaran perbaikan infrastruktur dan sarana pendidikan di pedalaman Tompobulu.
Termasuk untuk pembangunan jembatan dan penambahan ruang kelas di SD Gantareng. Pembagunan di daerah terpencil sangat terdesak dan tidak bisa ditunda lagi.
"Pembangunan di Maros belum maksimal. Hanya di daerah tertentu yang terus dibangun. Makanya, kami meminta Bupati, supaya segera membangun infrastruktur di pedalaman, bukan hanya di kota," ujarnya.
Murid yang ada di pedalaman Tompobulu, Dusun Gattareng, Desa Bonto Matinggi, belum pernah merasakan fasilitas pendidikan yang memadai.
Baca: Terminal Pasar Tramo Difungsikan, Dishub Maros Lakukan Ini
Ruang kelas SDN Inpres 130 Gantarang disekat-sekat menjadi dua.
Dalam satu ruangan, ada dua kelas yang menempatinya belajar.
Jika kedua kelas tersebut masuk belajar, suasana pembelajaran akan terganggu. Siswa kelas III mendengarkan materi yang diterima kelas IV. Begitu juga dengan sebaliknya.
Pasalnya, kedua ruang kelas tersebut, hanya dibatasi oleh triplek.
Meski merasa tidak nyaman, namun murid terpaksa belajar. Tidak ada lagi ruangan yang tersedia untuk digunakan belajar.(*)