Hujan Es di Baebunta Luwu Utara, Berikut Penjelasan BPBD
Menurutnya, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Mahyuddin
Laporan Wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi
TRIBUNLUTRA.COM, BAEBUNTA - Hujan es beberapa menit terjadi di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Senin (2/4/2018).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara Alauddin telah menerima laporan itu.
Menurutnya, hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
"Hujan lebat atau es disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa pancaroba musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Begitu penjelasan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika yang kami terima," jelas Alauddin via rilis, Selasa (3/4/2018),.
Secara umum hujan, petir, dan angin kencang dapat terjadi dari suatu gumpalan awan atau awan cumulonimbus.
Baca: VIDEO: Hujan Es di Baebunta Gegerkan Warga Luwu Utara
"Cumulonimbus merupakan salah satu jenis awan rendah yang dapat menjulang tinggi hingga ketinggian sekitar 12.000 meter. Begitu juga dengan hujan es terjadi dari awan cumulonimbus," tutur Alauddin.
"Hujan es terjadi ketika turbulensi dalam awan cumulonimbus itu sangat intens, akibatnya partikel es yang jatuh tidak cair sepenuhnya seperti yang biasa terjadi (hujan) melainkan dalam bentuk air yang masih beku (es)," katanya menambahkan.
Adapun ciri-ciri terjadinya hujan es adalah satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
"Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)," jelasnya.
Baca: VIDEO: Lihat, Hujan Es Hebohkan Warga di Keera Wajo
Selanjutnya, mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis).
Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
"Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu yang dikenal dengan awan Cumulonimbus," ujar Alauddin.