Menyejukkan Hati, Ini Ceramah TGB Saat Tabligh Akbar di Masjid Raya Makassar
Selain itu, dia juga meminta kepada umat untuk meningkatkan keberanian dan tidak larut dengan sifat pengecut.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Imam Wahyudi
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi membawakan Tabligh Akbar Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW di Masjid Raya, Jl Bandang, Makassar, Sulsel, Sabtu (24/3/2014).
Hadir dalam Tabligh Akbar yakni Kapolda Sulsel Irjen Pol Umar Septono, Wakil Gubernur Sulsel (dalam cuti) Agus Arifin Nu'mang, Ketua MUI Kota Makassar AGH Baharuddin HS.
Alumni Universitas Al Azhar Kairo ini membawakan tauziah selama 30 menit.
Tak ada riuh dalam ceramah gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini.
Jamaah juga tak pernah terlihat riuh ataupun berteriak.
TGB mengajak kepada ribuan jamaah yang hadir untuk mengikuti perintah dan ajakan Rasulullah Muhammad SAW untuk tidak resah dengan masa depan, tak larut kesedihan di masa lalu, tidak bersifat tidak mau berbagi.
Selain itu, dia juga meminta kepada umat untuk meningkatkan keberanian dan tidak larut dengan sifat pengecut.
Sehingga, ketika sifat-sifat itu sirna maka umat Muslim akan mampu membangun peradaban kesyukuran.
"Ketika sifat seperti resah dengan masa depan, bahil dan tidak ada solidaritas maka kita tak mampu melaksanakan hal-hal konstruktif, keberanian yang tak ada, maka ini kita harus jauhi untuk membangun peradaban kesyukuran," katanya.
Sebelum membahas itu, TGB banyak membahas negara-negara Timur Tengah yang hancur karena tak mampu menjadi negara yang bersyukur.
Selain itu, dia juga menyampaikan kepada umat Muslim dan Muslimah yang hadir untuk tidak terjerat dalam utang.
"Rasul bilang untuk jangan terjerat oleh hutang. Ketika lembaga keuangan global kemudian memberikan pinjaman yang mengkondisikan negara yang dipinjamkan tidak bisa membayar, maka diambil kedaulatannya dan ditarik penguasaan sumber dayanya," katanya.
Ia mengatakan satu hal lagi yakni jangan mengkondisikan sebagai bangsa di bawah kekuasaan dan penguasaan dari bangsa lain.
"Bicara tentang utang, kalau kita pengen supaya negara kita tak berutang maka mari kita perkuat ekonomi. Dulu, Rasulullah mempersaudarakan Anshar dan Muhajirin, dulu orang Muhajirin itu jago berdagang, orang Anshar yang tinggal di Madinah adalah petani yang luar biasa," katanya.
"Orang Madinah yang menanam dan orang Makkah yang menjual, maka ini adalah rantai ekonomi yang kuat. Maka, tak ada itu kita dengar kolaps ekonominya orang Makkah dan Madinah," katanya.
Ia mengungkapkan jaringan distribusi Madinah itu tak hanya di jazirah Arab tapi sampai keluar.
"Karena Rasul buat fondasi ekonomi yang sehat. Kalau ada pedagang kuat di Makassar, maka itu mungkin mencontoh cara dagang Rasulullah," katanya.
Ia menjelaskan ada 9 dari 10 pintu Reski dari 9 itu adalah perdagangan.
"Mungkin saja satu pintu itu adalah pintu politik," katanya.
Terakhir, TGB mengungkapkan dominasi dari bangsa lain menjadi ancaman.
"1945 kita merdeka, penjajahan zaman sekarang bukan cuman fisik, ada juga dominasi budaya, ekonomi dan supremasi politik. Perlu kita waspada, tidak perlu kita sebarkan hoax bahwa negara kita dikuasai oleh negara lain. Tapi tugas kita kalau melihat kebatilan, harus melawan dengan benar," katanya.
Bagaimana cara melawan dengan benar?
"Jangan melawan potensi kebathilan dengan cara bathil. Mari melawan dengan cara yang benar! Apa cara yang benar, mari kita bangun kekuatan diri kita, mari kita mulai dengan menghargai diri kita sendiri," katanya.
"Bagaimana cara kita dihargai jika kita tak mampu menghargai bangsa lain. Jangan menjatuhkan orang lain, jangan kira mereka jatuh maka kita akan mulia. Tidak!" Katanya.
"Seburuk-buruk orang, yakni orang yang mengumpat orang lain. Ketika dulu ada sahabat terjebak lalu menjelekkan Tuhan agama lain, akhirnya orang Quraisy menghina Allah. Maka, Allah memerintahkan jangan kalian menghina orang lain. Dakwah itu mengajak kebaikan," katanya.
Sehingga, dia pun meminta masyarakat menjaga tanah Sulawesi Selatan dengan cara membangun peradaban kesyukuran.
Tanah Petarung
Dalam akhir dakwahnya, Tuan Guru Bajang mengungkapkan SMS dari Ustad Das'ad Latief.
"Tuan Guru Bajang selamat datang di tanah para petarung! Masya Allah, ketika mau datang terpaksa wirid-wirid," katanya.
Tapi, TGB menganggap tanah Sulsel adalah tanah para pejuang.
"Tanah ini tak mengenal kata kepengecutan, tak ada kata ketakutan, tak ada basa basi, tanah para petarung dan tetaplah dalam sifat itu. Insya Allah tanah Sulsel diberkahi Allah SWT!" Katanya menutup ceramah.