14 Fakta Usmar Ismail Tokoh Perfilman dan Sastrawan Indonesia, No 4 'Pembunuh' Dia di Usia 49 Tahun
Usmar Ismail. Situs mesin pencarian Google pada Selasa (20/3/2018) hari ini, menampilkan sebuah doodle klasik berwarna hitam putih.
TRIBUN-TIMUR.COM - Situs mesin pencarian Google pada Selasa (20/3/2018) hari ini, menampilkan sebuah doodle klasik berwarna hitam putih.
Ada seorang pria berkacamata yang berdiri di belakang kamera film lawas dan 3 perempuan sebagai latar belakangnya.
Rupanya, pria di belakang kamera itu adalah penggambaran maestro film Indonesia, Usmar Ismail.
Google kini sedang memperingati hari kelahiran beliau.
Berikut ini adalah 14 fakta terkait dengan sosok sutradara, penulis, sastrawan, dan produser film tersebut:
1. Bernama lengkap Usmar Ismail.
2. Lahir pada 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
3. Meninggal dunia pada usia 49 tahun, 2 Januari 1971.
4. Kematiannya dipicu stroke.
5. Semasa hidupnya, beliau tersohor karena dianggap sebagai warga pribumi pelopor perfilman di Indonesia.
6. Pernah mengenyam pendidikan di dalam dan luar negeri.
Ia pernah sekolah di HIS, MULO-B, AMS-A II Yogyakarta.
Demi meningkatkan keterampilannya pada bidang perfilam, ia memperoleh B A pada bidang sinematografi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1952.
7. Ternyata beliau pernah meniti karier sebagai anggota TNI.
Ceritanya, [pada masa pendudukan Jepang, dia tergabung dalam Pusat Kebudayaan.
Pada masa itu pula ia mendirikan dan menjadi ketua Sandiwara Penggemar "Maya" bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, H B Jassin, dll.
Ketika Belanda kembali bersama tentara Sekutu, ia menjadi anggota TNI di Yogyakarta dengan pangkat mayor.
8. Pernah aktif sebagai pengurus lembaga yang berkaitan dengan teater dan film.
Ia pernah menjadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948), ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta (1946-1948), ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN).
BMPN mendorong pemerintah melahirkan "Pola Pembinaan Perfilman Nasional" pada tahun 1967.
Ia dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik dan para pengusaha film lainnya.
Lalu, ia menjadi ketuanya sejak tahun 1954 sampai 1965.
9. Pernah berpofesi sebagai wartawan.
Terkait dengan profesinya, ia pernah menjadi pendiri dan redaktur Patriot, redaktur majalah Arena, Yogyakarta (1948), "Gelanggang", Jakarta (1966-1967).
Ia juga pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (1946-1947).
10. Ia pernah aktif dalam bidang politik.
Ia pernah menjadi ketua umum Lembaga Seniman Muslimin Indonesia (Lesbumi) (1962-1969), anggota Pengurus Besar Nahdatul Ulama (1964-1969), anggota DPRGR/MPRS (1966-1969).
11. Ternyata beliau pernah menggeluti bisnis hiburan malam.
Dia pendiri kelab malam, yakni Miraca Sky, di puncak gedung Sarinah, Jakarta pada akhir tahun 1960-an.
12. Terkait dengan aktivitasnya pada bidang sinematografi, pada tahun 1962 ia mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno.
Pada tahun 1969 ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI.
Saat meninggal, dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI.
Namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H Usmar Ismail.
Selain itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan opera, musik, dan teater, yang dinamai sesuai namanya.
13. Karya film:
* Harta Karun (diangkat dari karya Moliere) (1949),
* Tjitra (berdasarkan naskah dramanya) (1949),
* Darah dan Doa (1950),
* Enam Djam di Djogja (1951),
* Dosa Tak Berampun (1951),
* Terimalah Laguku (1952),
* Kafedo (1953),
* Krisis (1953),
* Lewat Djam Malam (1954),
* Lagi-lagi Krisis (1955),
* Tamu Agung (1955),
* Tiga Dara (1956),
* Delapan Pendjuru Angin (1957),
* Asrama Dara (1958),
* Pedjuang (1960),
* Toha, Pahlawan Bandung Selatan (1961),
* Amor dan Humor (1961),
* Anak Perawan di Sarang Penjamun (1962),
* Bajangan di Waktu Fadjar (1962),
* Holiday in Bali (1963),
* Anak-anak Revolusi (1964),
* Liburan Seniman (berdasarkan naskah dramanya) (1965),
* Ja, Mualim (1968),
* Big Village (1969),
* Ananda (1970).
14. Karya drama:
* Mutiara dari Nusa Laut (1943),
* Mekar Melati (1945),
* Sedih dan Gembira (1950).
15. Kumpulan puisi:
Puntung Berasap (1950).(*)