Soal Gabah Petani Maros, Ini Penjelasan Resmi Kapendam dan Bulog, Facebooker Pro dan Kontra
Aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari terakhir rutin razia mobil pengangkut gabah di wilayah Kabupaten Maros.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Mansur AM
Mitra Dolog
Pedagang dari Sidrap yang disebut tengkulak itu merugi puluhan juta rupiah.
Pasalnya, ratusan ton gabah yang sudah mereka beli ke petani diambil oleh Kodim kemudian diserahkan ke Bulog.
Pertemuan petani dipimpin kades dengan Komandan Kodim 1422 tidak “memuluskan” perjalanan ratusan gabah itu ke Sidrap.
Kades Alatenggae-Simbang, Abdul Azis, mengatakan, meski hasil dengan Dandim 1422 Maros membuahkan beberapa kesepakatan, tapi 140 ton gabah yang telah disita tidak dilepas.
Padahal, dalam pertemyan yang berlangsung sekitar pukul 15.00 wita itu, Dandim 1422 berjanji tidak akan lagi melakukan operasi Sergap untuk sementara.
Kodim mengarahkan pedagang untuk menjual gabahnya ke Bulog dengan harga Rp 4.500, padahal pedagang membeli gabah kisaran Rp 4.700 per kilogram.
"140 ton itu tidak dilepas. Gabah itu diarahkan ke mitra Dolog untuk dibayar dengan harga Rp 4.500 per kilogram," kata Azis yang juga Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Maros itu.
Pembeli gabah lokal Maros, Irwan, mengatakan, 140 ton gabah dirazia tentara itu langsung digiring ke mitra Bulog, Daeng Rala, dan kawan-kawan.
"140 ton gabah itu dibawa ke gudang Haji Rala dan kawan-kawan. Dia yang ditunjuk sebagai mitra Bulog di Maros. Tidak ada gabah yang dilepas. Malah beberapa pengusaha tani dirugikan," kata Irwan.
Berikut reaksi sejumlah facebooker yang jadi pengikut Fanpage Tribun Timur Berita Online Makassar. Di antaranya:
Andhy Mude: Setahu saya Presiden tidak menyuruh untuk tahan gabah yang mau keluar dari daerah tersebut namun Pak Dandimnya diberikan tugas untuk bagaimana caranya supaya pencapaian pengisian gudang Bulog di setiap daerahnya harus terpenuhi kapan tidak terpenuhi maka akan diberikan sanksi... Dan ini juga untuk kepentingan umum.. Menahan gabah untuk keluar daerahnya adalah salah satu cara supaya target bisa terpenuhi.. Coba bayangkan kalau Bulog tidak memiliki stok beras maka harga beras pasti melambung tinggi ketika panen selesai.. Jangan kita hanya memikirkan untuk daerah kita masing2 tetapi kita juga harus melihat saudara kita yang diperantauan. Keputusan Pemerintah untuk pemenuhan stok beras pada Bulog adalah hal yang positif...
Muhammad Syaiful: Ini yang dibilang interfensi kepada petani, kenapa jual beli gabah mesti dibatasi bgtu.....? Petani liatnya bukan timbangan yang dimainkan tapi harga, Bulog jga mesti bersaing dengan pedagang lokal
Reefs Saputra: TNI koq ngurusi gabah? Petani jual gabah kepedagang karena harganya lebih tinggi dari Bulog. Mungkin ini menjelang pilpres thn depan ya, untuk menjatuhkan salah satu kandidat.
Sha Tamiim: Aneh, kok petani yang dirugikan..? Setau saya sidrap masih wilayah NKRI, kok rakyat sidrap dilarang membeli gabah kabupaten lain..?
Berikut komentar lengkapnya: