UNM Tak Pernah Larang Mahasiswa Bercadar
Pelarangan cadar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakart menuai pro dan kontra di kalangan warga kampus di kota Makassar.
Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Munawwarah Ahmad
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Pelarangan cadar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakart menuai pro dan kontra di kalangan warga kampus di kota Makassar.
Termasuk Univeristas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang justru enggan mengikuti langkah UIN Sunan Kalijaga tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam hal ini Kepala Humas UNM Burhanuddin.

" Untuk UNM, selama ini tidak melarang. Hanya ajaran-ajaran yang tidak sejalan yang dilarang,"kata Burhanuddin, Kamis (8/3/2018) sore.
Lebih lanjut kata Burhanuddin, kampus adalah pengembangan ilmu pengetahuan.
Bentuk Diskriminasi
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Musafir Pababari enggan mengikuti langkah Rektor UIN Sunan Kalijaga yang melarang penggunaan cadar oleh mahasiswinya selama berada di area kampus.
Bagi Prof Musafir, Perguruan Tinggi tidak boleh mendiskriminasi siapapun dalam kampus. Termasuk mahasiswa.
"Perguruan tinggi memiliki otonomi kampus dan tidak boleh melakukan diskriminasi,"kata Prof Musafir melalui sambungan telepon, Rabu (7/3/2018) malam.
Lebih lanjut kata Musafir, pimpinan atau kampus tidak boleh diskriminasi terhadap paham yang dianut oleh warga kampus.
"Itu kan dilarang karena khawatir dengan paham radikal. Tapi bagi saya, kalau ada mahasiswa tidak bercadarpun kalau radikal perlu dipecat,"kata Musafir.
Pemecatan perlu karena bisa mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Apalagi kata Musafir, orang yang disusupi paham radikal cirinya adalah anti Pancasila, anti NKRI dan anti pluralisme.
"UIN tidak akan melarang penggunaan cadar karena itu bentuk diskriminasi,"tutup Prof Musafir.