Anggota Dewan Maros Keluhkan Pelayanan RSUD Salewangang
Pelayanan medis RSUD Salewangang Maros kembali dikeluhkan keluarga pasien
Penulis: Ansar | Editor: Ardy Muchlis
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Pelayanan medis RSUD Salewangang Maros kembali dikeluhkan keluarga pasien.
Kali ini, pelayanan RS yang telah meraih akreditasi Paripurna tersebut dikeluhkan oleh Anggota Komisi III DPRD Maros, Fitriani, Minggu (25/2/2018).
Fitriani mengatakan, keluhan dari sejumlah warga atau pihak pasien tentang pelayanan RSUD Salewangang, benar. Warga mengeluh karena tidak mendapatkan pelayanan maksimal atau prima.
Dia menjelaskan, seorang keluarganya dari Simbang, Sangkala dilarikan ke RSUD Salewangang, pada Jumat (23/2/2017) sekitar pukul 23.00 wita. Saat itu, kondisi Sangkala tiba-tiba drop akibat kekurangan darah.
Namun pada saat tiba di RSUD Salewangang, Fitriani turun dari mobil untuk menggiring, Sangkala masuk ke ruang Instasi Gawat Darurat (IDG). Saat itu, Fitriani menuju ke meja pelayanan.
"Pelayanan RSUD Salewangang memang buruk. Selama ini, keluhan pasien tentang pelayanan benar semua. Saya sudah alami. Keluarga saya yang harusnya ditangani dengan cepat justru mendapatkan perlakuan tidak pantas," katanya.
Perlakuan tidak pantas tersebut didapat Sangkala dan Fitriani, saat tim medis yang dipimpin, putri Ketua DPRD Wajo, Muhammad Yunus Panaungi, dr Mustanira Isfania (YP) menanyakan jenis kartu pelayanan kesehatan yang akan digunakan Sangkala.
Menurut Fitriani, usai dr Mustanira Isfania menanyakan jenis kartu tersebut, pasien memilih tenang untuk sementara. Pasalnya, pasien tidak memiliki kartu kesehatan.
"Saat dokter dan perawat bertanya tentang jenis kartu yang akan digunakannya, keluarga saya diam. Mereka memikirkan biaya pengobatan karena tidak memiliki kartu kesehatan," katanya
Namun saat pertanyaan kedua, tim medis langsung marah dan membentak pasien. Fitriani lalu menyampaikan ke tim medis, jika keluarganya akan menggunakan pelayanan umum.
Tim medis pun setuju dan meminta jaminan. Fitri kemudian mengeluarkan kartu pengenalnya sebagai anggota dewan. Namun tim medis hanya meminta sejumlah uang.
"Sesudah bertanya pertama kalinya, tim medis itu, bertanya lagi kedua kalinya dengan pertanyaan yang sama. Jadi saya jawab, lewat umum saja. Saya jadi penjaminnya. Saya kemudian menyerahkan kartu pengenal," katanya.
Fitriani beralasan, saat itu dia tidak membawa sejumlah uang karena sudah tidak sempat, makanya kartu pengenalnya jadi jaminan. Apalagi, kondisi keluarganya sudah sekarat.
Namun saat itu, tim medis yang dipimpin oleh Mustanira Isfania, langsung membentak dan mengira diancam dengan menggunakan kartu pengenal tersebut.