Di Unhas, Fahri Hamzah Ungkap Ingin Secerdas Pak Habibie, Sebut KPK Cocok Dipimpin Kim Jong Un
Menurutnya, sumber korupsi di Indonesia hanya dua, yaitu nyanyian Nazaruddin dan Operasi Tangkap Tangan (OTT).
Penulis: Munawwarah Ahmad | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Munawwarah Ahmad
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Keluarga Alumni-Kesatuan Aksi Makasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI) Sulawesi Selatan dan Kota Makassar, menggelar stadium generale dengan mengangkat tema meneropong kepemimpinan nasional di gedung Ipteks, Jumat (23/2/2018).
Hadir sebagai pembicara kunci, Wakil Ketua DPR RI Indonesia Fahri Hamza selaku Ketua KA-KAMMI. Sementara Dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Farid Patittingi bertindak sebagai panelis bersama Dr Jayadi Nas dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unhas serta mantau Ketua KPU Sulsel dan dosen UIN Alauddin Abdi sebagai moderator.
Meski terlambat, stadium general yang dihadiri ratusan mahasiswa dan anggota KAMMI tersebur, tetap dimulai dengan mempersilahkan Jayadi Nas sebagai pembicara pertama sembari menunggu kehadiran Fahri dan Prof Farida. Pada kesempatannya, mantan Ketua KPUD Sulsel tersebut mengingatkan tentang kecerdasan dalam memilih pemimpin di masa mendatang.
"Butuh upaya strategis dalam memilih pemimpin yang bisa mensejahterakan masyarakat,"ingatkan Jayadi.
Selain itu, Jayadi juga meminta kepada para peserta yang kelak akan memilih pemimpin di pemilu mendatang, agar bijak dalam menentukan pilihan.
"Kalau Anda menganggap Jokowi berhasil dan kalian tidak pilih berarti Anda keliru. Dan jika Anda menganggap Jokowi gagal namun tetap memilihnya berarti Anda juga keliru. Sesederhana itulah dalam memilih pemimpin,"kata Jayadi.
Tak lupa, Jayadi mengingatkan kepada para peserta agar memperhatikan empat hal penting sebelum menjatuhkan pilihan pada seorang kandidat. Ada empat alasan menurutnya kenapa calon tertentu harus kita pilih.
"Hanya empat. Pertama kalian harus liat visinya lalu untuk mencapainya visi itu,apa misinya untuk itu. Barulah melihat bagaimana strategi dan arah kebijakannnya dan program-program apa yang akan dilakukan kelak. Dan terakhir, penting bagi pemilih untuk melihat bagaimana trek rekor si kandidat,"tutup Jayadi.
Sementara Prof Farida mengawali narasinya dengan mengajar para peserta agar sadar diri akan kemampuan yang dimilikinya sebelum menjadi pemimpin
"Kita harus tahu diri,apakah kita sanggup jadi pemimpin apa tidak,"kata Prof Farida.
Lebih lanjut Farida mengajak para audiens agar senantiasa mengoreksi diri sendiri dan tahu diri sebelum akhirnya mengembang sebuah amanah.
"Yah seperti saya. Apakah setelah jadi dekan saya mampu jadi pemimpin Unhas?,"tanya Prof Farida yang disambut tepuk tangan riuh peserta.
Sementara Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamza menyanjung kecerdasan BJ Habibi yang katanya cerdas karena doyan makan ikan. Bahkan di hadapan audiensi Fahri mengatakan ingin secerdas Habibie.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi jika masih ada presiden secerdas Habibie,"kata Fahri yang disambut tepuk tangan.
Fahri juga menyinggung KPK yang menurutnya bukanlah institusi demokrasi. Bahkan KPK menurut Fahri lebih cocok di Korea Utara dipimpin oleh Kim Jong Un.
"Kalau dia istitusi demokrasi, dia akan takluk pada sistem peradilan pidana,"kata Fahri.
Bahkan Wakil Ketua DPR RI ini juga menyinggung nyanyian Nazaruddin. Menurutnya, sumber korupsi di Indonesia hanya dua, yaitu nyanyian Nazaruddin dan Operasi Tangkap Tangan (OTT).
Bahkan, kata Fahri KPK tidak memiliki perpektif pencegahan.(*)