Ulasan Bola Willy Kumurur
Menara Eiffel di Bernabeu
Dalam sejarah Liga Champions Eropa, PSG belum sekalipun merengkuh trofi. Namun, di dalam negeri, PSG adalah penguasa Perancis.
DI GELANGGANG HIJAU BENUA BIRU, Paris Saint-Germain (PSG) bukan apa-apa.
Tak ada torehan tinta emas di pentas Liga Champions atas nama klub milik Qatar Sport Investment (QSI).
Belum ada kemilau dari puncak Menara Eiffel di kancah pertempuran klub-klub top Eropa.
Dalam sejarah Liga Champions Eropa, PSG belum sekalipun merengkuh trofi. Namun, di dalam negeri, PSG adalah penguasa Perancis.
Sejak kedatangan QSI, Les Rouge et Bleu menjadi klub paling sukses sepanjang sejarah sepakbola Perancis.
PSG telah meraih seluruh titel yang ada di Perancis. Setelah menduduki takhta tertinggi Perancis dalam beberapa tahun terakhir, PSG kemudian menetapkan mimpi yang lebih besar.
Mimpi besar itu adalah meraih trofi Liga Champions. Bagi Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi, memenangkan Liga Champions adalah sebuah keniscayaan.
Sebagai klub super kaya uang bukan masalah, karena itu dengan enteng mereka membeli Neymar Jr dari Barcelona dengan rekor transfer fantastik: 222 juta Euro atau setara dengan 3,5 triliun.
Sesaat setelah manajemen PSG memperkenalkan Neymar kepada publik di awal Agustus 2017, Neymar sesumbar mendeklarasikan sebuah kehendak:
"Saya ingin menulis sejarah bersama Paris Saint-Germain." Untuk bisa menulis sejarah PSG harus menang. Mengapa? Karena, “Sejarah selalu ditulis oleh para pemenang.
Ketika dua pihak bentrok, pecundang dilenyapkan, dan pemenangnya menulis buku sejarah - buku yang memuliakan tujuan mereka sendiri dan menyingkirkan musuh yang ditaklukkan,” tulis Dan Brown dalam novelnya yang masyhur The Da Vinci Code.
Baca: Preview Liga Champions Juventus vs Tottenham Hotspur - Leonardo da Vinci di Allianz Stadium
Neymar tak mungkin bisa menulisnya sendirian. Kemenangan itu membutuhkan sebuah tim yang solid. Di Barcelona, Neymar merasa ia hanya eksis di bawah bayang-bayang La Pulga - Lionel Messi.
Salahkah ia jika di PSG ia ingin mengukir sejarah? “Sejarah akan baik bagiku karena aku berniat untuk menulisnya,” ujar Winston S. Churchill, Perdana Menteri Inggeris di era Perang Dunia II.
Pasukan asuhan Unai Emery memiliki trisula maut: Neymar, Kylian Mbappe, dan Edinson Cavani, yang siap mencabik-cabik gawang lawan.
Namun, kegelisahan kini menghampiri PSG tatkala menerima kenyataan bahwa mereka mesti menghadapi raksasa Spanyol, peraih titel juara Liga Champions Eropa 12 kali: Real Madrid.
Presiden PSG Al-Khelaifi tetap optimis bahwa pertempuran 16 besar Liga Champions antara PSG versus Real Madrid adalah malam-malam yang magis. “Tak ada formula ajaib untuk menghentikan Neymar,” ujar pemain bertahan El Real, Dani Carvajal.
Sementara itu, Real Madrid sedang terseok-seok di kompetisi La Liga Spanyol musim ini. Mereka adalah penghuni peringkat 4 dan tertinggal 17 poin jauh di belakang seteru abadinya Barcelona yang bertakhta di puncak klasemen.
Los Blancos pun telah tersingkir dari kancah Copa del Rey (Piala Raja Spanyol), sehingga satu-satunya harapan untuk meraih tempat terhormat adalah menjuarai dan mempertahankan trofi Liga Champions.
Meski terpuruk, Madrid adalah klub besar kaya pengalaman. Pasukan asuhan Zinedine Zidane ini memiliki punggawa-punggawa yang telah malang-melintang di kancah pertempuran manapun. Cristiano Ronaldo, peraih Ballon d’Or 5 kali, bangkit kembali dalam dua laga terakhir di La Liga.
CR7 mencetak hattrick sempurna saat menghajar Real Sociedad 5-2 pada jornada ke-23 La Liga di Santiago Bernabeu, Minggu dini hari.
Gol pertama dicetak lewat tembakan kaki kanan, gol kedua tercipta melalui sundulan kepala dan mendekati akhir babak kedua, gol ketiga dikreasi dengan kaki kiri.
Performa sempurna ini merupakan sebuah pesan kuat ke kubu PSG bahwa Ronaldo masih ada dan Madrid adalah raksasa yang tetap kuat.
Dini hari nanti, adalah pembuktian apakah lembar pertama buku sejarah PSG berhasil ditulis, tatkala Unai Emery dan pasukannya menyerbu stadion Santiago Bernabeu, markas pasukan Los Galacticos – Real Madrid.
Dengan slogan: “Rêvons plus grand”, yang artinya “bercita-cita setinggi langit”, akan sanggupkah pasukan Emery seanggun - seteguh Menara Eiffel dan menjadi penakluk Bernabeu?****