Besok, KNPI Sulsel Hadirkan AHY di Benteng Rotterdam, Ini yang Dibahas
KNPI Sulsel menyelenggarakan Talk Show bertajuk optimalisasi gagasan dan gerakan pemuda dalam menyambut bonus demografi.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Suryana Anas
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Selatan menyambut Hari Sumpah Pemuda dengan semangat kepemudaan.
Dalam memperingati hari pemuda, KNPI Sulsel menyelenggarakan Talk Show bertajuk optimalisasi gagasan dan gerakan pemuda dalam menyambut bonus demografi.
Talk Show ini akan berlangsung di pelataran Benteng Rotterdam Jl Ujung Pandang, Makassar, Kamis besok.
Namun perlu diketahui, ada alasan tertentu panitia memilih talk show di tempat sejarah di Makassar.
Ketua KNPI Sulsel Imran Eka mengatakan di Benteng Rotterdam ada nilai-nilai semangat perjuangan para pahlawan.
Pastinya perjuangan itu juga tak lepas dari peran pemuda.
"Jadi pemilihan Benteng Rotterdam sebagai lokasi Talk Show ini tak lain untuk membangkitkan jiwa nasionalisme para pemuda akan sejarah perjuangan para pemuda," kata Imran, Rabu (25/10/2017).
Panitia acara menghadirkan Direktur Eksekutif Yudhoyono Institut Agus Harimurti Yudhoyono, dengan peserta dialog perwakilan dari para ketua organisasi kepemudaan yang berasal dari 24 Kabupaten - Kota di Sulsel.
"Kita target 200 peserta yang hadir," ujarnya.
Sejarah Benteng Rotterdam
Ketua KNPI Imran Eka mengatakan pemuda harus mengenal sejarah, dengan sejarah sebuah negara bisa kuat.
Ia mengaku sudah tepat dirinya memilih Benteng Rotterdam dalam talk show ini.
Sekadar diketahui, Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sekitar 500 meter dari Pantai Losari.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna.
Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Daei laman Wikipedia tercatat, Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan.
Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda.
Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda.
Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Pemuda Dimata Imran
Di Sulsel, kata Imran semangat kepemudaan itu masih menggelora.
Hal itu terkihat dari berbagai aksi-aksi sosial yang diadakan oleh pemuda dan melibatkan pemerintah.
Selain itu, Imran juga sanga mengapresiasi pemerintah Sulsel yang memberikan para pemuda untuk berkreasi.
Dukungan itu pun datang dari pelibatan KNPI dalam memajukan para pelajar.
Disebutkan Imran, melalui program KNPI Goes to Schol yang didukung oleh Dinas Pendidikan Sulsel. (*)