Ditahan Polisi, Inilah Deretan Sebab Jonru Ginting Benci Banget Jokowi, Termasuk soal 'Periuk Nasi'
Dari situ saya mengenal Jonru yang ternyata orang Batak juga seperti saya. Hanya saya Batak positif, karena rajin belajar, bukanlah congkak dan bukan
TRIBUN-TIMUR.COM - Hampir sebulan usai dilaporkan anggota Badan Hukum Partai Nasdem sekaligus pengacara Muannas Al Aidid, penggiat media sosial Jonru Ginting (46) kini menjadi tersangka kasus dugaan penyebaran ujaran kebencian.
Jonru pun ditahan polisi di Mapolda Metro Jaya.
"Pemeriksaan dari sore kemarin itu sampai lewat tengah malam tuh, dinihari, sebetulnya dari proses penyelidikan, tiba-tiba tersangka, langsung ditahan," ujar pengacara Jonru, Djuju Purwantoro saat dikonfirmasi, Jumat (29/9/2017), sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Djuju menilai kasus ini terlalu dipaksakan.
Menurut dia, kliennya baru diperiksa satu kali langsung ditetapkan menjadi tersangka dan akhirnya ditahan.
"Jadi terlalu dipaksakan, terlalu subyektif sekali karena hanya gara-gara sangkaannya pasal 28 ayat 2 UU ITE, ancamannya kan di atas 5 tahun. kalau sudah seperti itu selalu penyidik jadi memiliki keputusan yang sangat represif, luar biasa dan subyektif," kata Djuju.
Muannas melaporkan Jonru Ginting atau bernama asli Jon Riah Ukur kepada Polda Metro Jaya pada Kamis (31/8/2017).
Laporan ini diterima polisi bernomor LP/4153/ VIII/2017/ PMJ/Dit. Reskrimsus.
Dalam laporan itu, polisi menyertakan Pasal 28 ayat 2 Juncto Pasal 45 ayat 2 Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Muannas menilai, unggahan Jonru pada media sosial sangat berbahaya dan jika dibiarkan dapat memecah belah bangsa Indonesia.
Penahanan Jonru pun disambut positif penggiat media sosial lainnya, Denny Siregar.
Selama ini, Denny kerap berseberangan pendapat dengan Jonru, walau sama-sama berasal dari Sumatera Utara.
Melalui fanpage-nya pada Facebook, menulis kalimat bernada satire guna menanggapi nasib sekampungnya kini.
"Astaghfirullah...
Ini tidak benar. Tidak benar. Jonru adalah Maha diatas segala Maha. Dia tidak mungkin salah. Dia adalah kebenaran yang tidak terlihat. Dia adalah keadilan yang tidak terungkap.
Selamatkan dia. Dunia Facebook tidak akan pernah semenarik ini lagi tanpa dirinya. Maha benar Jonru dengan segala quotesnya...
Merdeka !!
#sayabersamaJonruGinting."
Demikian ditulis Denny saat membagikan tautan (link) berita Kompas.com berjudul 'Pengacara Sebut Jonru Ginting Dijadikan Tersangka dan Ditahan Polisi'.
Sebelum dilaporkan kepada Polda Metro Jaya hingga jadi tersangka, Jonru mengakui dirinya pernah mem-posting ujaran kebencian kepada Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi soal tidak jelasnya orangtua Jokowi.
Namun, posting-an tersebut tidak dibuat antara Maret hingga Agustus 2017, melainkan pada saat masa Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI, tahun 2014.
Pengakuan Jonru disampaikan saat menghadiri talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) pada stasiun televisi swasta TV One bertema 'Halal – Haram Saracen' yang ditayangkan Selasa (29/8/2017) malam.
Jonru mengaku ketika dikonfirmasi anggota Komisi III DPR RI, Akbar Faizal.
"Jokowi merupakan Presiden yang belum jelas siapa orangtuanya. Sungguh aneh, untuk jabatan sepenting presiden, begitu banyak orang yang percaya kepada orang yang asal muasalnya serba belum jelas," ujar Akbar saat membacakan posting-an Jonru.
Setelah membacakan posting-an tersebut, Akbar pun mulai bertanya.
"Saya mau bertanya. Apakah betul Anda pernah mem-postingini?" ujar politikus asal Sulawesi Selatan tersebut.
Lalu pertanyaan itu dijawab oleh Jonru.
"Iya benar, Pak," ujar Jonru yang kerap mengeritik pemerintahan saat ini.
Akbar menilai jawaban Jonru merupakan pengakuan dan memberikan kode kepada Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul yang hadir dalam diskusi itu.
"Monggo silakan pak polisi (ditangkap), ini adalah pengakuan," ujar Akbar meminta polisi menindak Jonru karena diduga menyampaikan ujaran kebencian.
Namun, Jonru membantah menyampaikan ujaran kebencian (hate speech).
"Saya mengakui menulis itu, tapi saya tidak menghina," ujar Jonru mengelak.
Dia tetap bersikukuh postingannya yang mengatakan asal muasal orangtua Jokowi tidak jelas bukanlah sebagai bentuk penghinaan.
Akbar pun meminta kepada polisi untuk memproses hukum Jonru.
"Saya minta kepada pak polisi, disaksikan seluruh orang Indonesia, tolong diproses manusia ini," ujar Akbar sambil menunjuk Jonru.
"Saya tidak takut. Silakan diproses," ujar Jonru lantang sambil mengacungkan tangan kirinya ke atas.
Hingga acara ILC selesai, tak ada penindakan polisi kepada Jonru sebagaimana diminta Akbar.
Karena merasa dirinya masih bebas, seusai ILC, Jonru malah berkoar-koar melalui akunnya pada Facebook.
Selama ini, Jonru dikenal suka berkoar-koar menunjukkan sikapnya yang kontra kepada Jokowi dan pendukungnya.
Jonru malah berada di barisan lawan politik Jokowi, misalnya rival Jokowi saat pemilihan presiden, yakni Prabowo Subianto.
Mengapa Jonru sebenarnya suka menyerang Jokowi, termasuk privasi?
Denny yang selama ini dikenal pro kepada Jokowi mengungkap alasannya.
"Jonru harus terus berada pada posisi berlawanan dengan pemerintahan sekarang, kadang dengan tulisan dan meme yang sangat menghina - supaya pagenya tetap dikunjungi orang."
"Coba saja bandingkan status-nya ketika dia menghina - yang dibilangnya mengkritik - langsung di like puluhan ribu orang, dengan tulisan tentang sedekah yang mampir segan ngelikepun jarang."
"Dia butuh uang buat makan..." begitu kata saya kepada seorang teman. Jonru semakin lama menggali kuburnya semakin dalam karena page-nya harus tetap bertahan untuk aktif. Dan apalagi yang harus dia lakukan jika tidak membuat status yang kontroversial ?"
Dan dia juga harus mempertahankan brand-nya sebagai musuh Jokowi, karena itulah yang membuatnya tetap bertahan. Coba saja dia sekali-sekali memuji Jokowi atas prestasinya, pasti dia akan ditinggalkan penggemarnya..
"Jadi akhirnya bisa saya simpulkan, bahwa Jonru harus mengikuti pasar. Pasar-lah yang membentuknya. Dia menulis bukan karena dia ingin menulis, tetapi karena dia harus mempertahankan klien-nya. Karena pengunjung di page adalah periuk nasinya."
Begitulah ditulis Denny melalui fanpage-nya pada Facebook.
Denny menulis perspektif soal Jonru yang di-posting sejak Rabu (30/8/2017) atau setelah Jonru tampil sebagai narasumber Indonesia Lawyers Club.
Selengkapnya, berikut tulisan Denny yang bernada agak satir.
"JONRU GINTING
Saya lupa kapan saya akhirnya tahu nama Jonru...
Mungkin sesudah pilpres 2014. Ketika itu teman-teman kecil saya banyak yang menshare postingannya dia. Atau ketika saya buat status, banyak teman-teman yang komen tentang statusnya dia..
Dari situ saya mengenal Jonru yang ternyata orang Batak juga seperti saya. Hanya saya Batak positif, karena rajin belajar, bukanlah congkak dan bukanlah sombong..
Saya fine-fine saja di awalnya karena toh dia bebas menuliskan apa saja di statusnya. Saya juga sedang asik menulis status renungan pada masa-masa itu.
Saya baru bereaksi ketika Jonru secara terang-teramgan menghina Presiden Jokowi dengan menghantam orangtua beliau, terutama bunda yang dicintainya. Jonru secara tidak langsung menuding bahwa ibunda Jokowi yang sekarang bukanlah bunda yang sebenarnya.
Bagaimana bisa orang menjadi begitu kejam ? Begitu pikir saya pada waktu itu. Apa salah bunda Jokowi kepadanya sehingga layak dituding seperti itu ?
Geram dengan kelakuan Jonru yang semakin lama semakin kurang ajar tanpa ada reaksi dari pihak aparat, saya pun bereaksi dengan mem-bully dia secara sindiran.
Meskipun begitu Jonru bisa dibilang hebat karena tidak secara konfrontatif membalas postingan saya tentang dia. "Saya tidak ingin ada orang terkenal dengan memanfaatkan nama saya.." begitu kalau tidak salah isi komennya yang di screenshoot seorang teman dan dikirim kepadaku.
Wah, jadi Jonru mengangap dirinya orang terkenal.. Okelah kalau begitu.
Dan - entah kenapa - sayapun sering disandingkan dengan dia, sebagai antitesa. Mungkin karena sama-sama Batak, jadi disebut All Batak's Final.
Jonru memang fokus meng-kapitalisasi namanya.
Di pagenya dengan 7 juta follower versi 212 itu, dia mengundang orang untuk memasang iklan dengan bayaran. Karena segmen market pagenya yang masuk demograsi S - senang tidak, susah belum tentu - maka dia hanya bisa jualan barang2 kebutuhan utama followernya, seperti sprei anti ngompol dan obat nyamuk.
Saya tidak tahu berapa pendapatannya dengan menjadikan page-nya sebagai toko kelontong. Lama-lama dia memperlebar usahanya dengan konsep sedekah, yang mengutip sekian persen dari uang sedekah, sebagai biaya admin katanya...
Disanalah dia mendapat penghasilan sehari-hari untuk memberi makan keluarganya karena seminar "bagaimana menulis dengan benar" yang dia adakan - kabarnya - pesertanya hanya dihadiri 11 orang saja. Itupun 10 diantaranya adalah panita.
Semakin lama saya bukannya kesal, tapi malah merasa kasihan...
Jonru harus terus berada pada posisi berlawanan dengan pemerintahan sekarang, kadang dengan tulisan dan meme yang sangat menghina - supaya pagenya tetap dikunjungi orang.
Coba saja bandingkan status-nya ketika dia menghina - yang dibilangnya mengkritik - langsung di like puluhan ribu orang, dengan tulisan tentang sedekah yang mampir segan ngelikepun jarang.
"Dia butuh uang buat makan..." begitu kata saya kepada seorang teman. Jonru semakin lama menggali kuburnya semakin dalam karena page-nya harus tetap bertahan untuk aktif. Dan apalagi yang harus dia lakukan jika tidak membuat status yang kontroversial ?
Dan dia juga harus mempertahankan brand-nya sebagai musuh Jokowi, karena itulah yang membuatnya tetap bertahan. Coba saja dia sekali-sekali memuji Jokowi atas prestasinya, pasti dia akan ditinggalkan penggemarnya..
Jadi akhirnya bisa saya simpulkan, bahwa Jonru harus mengikuti pasar. Pasar-lah yang membentuknya. Dia menulis bukan karena dia ingin menulis, tetapi karena dia harus mempertahankan klien-nya. Karena pengunjung di page adalah periuk nasinya.
Jonru bukan lagi menjadi "apa yang saya pikirkan" tetapi "apa yang bisa memuaskan pasar". Kasian, kan ?
Tapi yah itu memang jalan yang dipilihnya dan sayapun meninggalkan dia tanpa pernah berkomentar lagi terhadap apa yang ditulisnya. "Satu saat dia akan menuai apa yang dia terima.." Begitu bisikan hatiku sambil minum kopi di warung tiga rebuan.
Lama tidak melihatnya karena teman2 saya tidak ada lagi yang menshare statusnya, akhirnya saya mendapat kabar dia muncul di tipiwan sebagai pembicara.
Dan hebohlah jagad medsos dengan kemunculannya di tipi dengan bodi gagah, suara tegas menggelegar dan janggutnya yang semakin lama semakin panjang bak perisai. Jonru bisa disamakan dengan Thor tapi versi bumi datar.
Saya jadi teringat komen seorang penggemarnya pada waktu itu. "Bang Denny itu iri karena followernya kalah banyak sama Jonru.."
Saya tersenyum saja sambil membalas dengan tenang. "Kalau ukuran kebenaran hanya dari berapa banyak followernya, kabarnya iblis punya follower banyak nanti di neraka. Jadi kamu menyamakan Jonru dengan iblis ?"
Ah, semoga Jonru tetap ada suoaya bisa menjadi hiburan buat kita semua.
Kalau orang itu dikenal sebagai visioner, Jonru bisalah kita bilang sebagai terbalikioner. Kalau visioner selalu berfikir "keluar kotak", terbalikioner jarang berpikir karena "otaknya kotak".
Seruput yuk, Ginting ?
www.dennysiregar.com."