Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pengantar Jenazah vs Warga, Ini Kata Ketua MUI Makassar

Sudah sering dibicarakan di pertemuan-pertemuan, dan MUI mengimbau untuk tidak ugal-ugalan, apalagi sampai merusak.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
ANSAR/TRIBUN TIMUR
Truk Dina yang dikemudikan Rusdi mengalami kerusakan parah setelah dilempar oleh rombongan pengantar jenazah asal Jl Lembo, Kelurahan Bungaeja Beru, Kecamatan Tallo, Makassar di jalan poros Maros-Pangkep, Desa Salenrang. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Insiden yang melibatkan rombongan pengantar jenazah dan warga di Kabupaten Maros, Kamis (21/9/2017) kemarin ditanggapi oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar, AGH Baharuddin.

Baharuddin mengatakan, dalam insiden yang menyebabkan jatuhnya korban luka tersebut, baik rombongan pengantar maupun warga setempat tidak ada yang bisa dibenarkan.

"Kedua kelompok itu saya kira semuanya tidak ada yang benar. Pengantar tidak boleh begitu, saya kira bukan cuma kali ini saja kejadian seperti itu, sudah sering terjadi," kata Baharuddin, Jumat (22/9/2017).

Ia mengatakan, dalam iring-iringan jenazah, biasanya paling depan adalah para pemuda yang tidak tahu aturan dan kerap berbuat seenaknya di jalan.

"Sebaiknya, kalau ada yang seperti ini, keluarga jenazah sebaiknya meminta bantuan polisi, apalagi perjalanan jauh. Harusnya ini dikawal apalagi polisi sudah bilang tak ada bayaran dalam pengawalan iring-iringan pengantar jenazah," kata dia.

Menurut AGH Baharuddin, hal seperti ini sudah sering dibicarakan di pertemuan-pertemuan, dan MUI mengimbau untuk tidak ugal-ugalan, apalagi sampai merusak.

"Jadi wajar saja kalau masyarakatnya jengkel, tapi masyarakat juga tak boleh main hakim sendiri. Masyarakat mungkin berfikir untuk memberi pelajaran, karena memang tindakan mereka tidak benar," jelasnya.

"Dalam agama memang dikatakan jenazah disegerakan untuk dikubur, tapi maksudnya itu jangan disimpan lama-lama, bukan buru-buru atau balapan ingin dikubur," imbuhnya.

Lanjut Baharuddin, dalam iring-iringan jenazah itu, seharusnya yang paling depan adalah polisi, atau orang yang telah diberi penjelasan dan paham pengantaran jenazah.

"Masyarakat perlu menahan emosi dan kesabaran, jika ada kejadian seperti ini bisa dibicarakan baik-baik, karena jangan sampai jatuh korban lain," pungkasny. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved