KNPI Galang Solidaritas Pemuda Internasional untuk Rohingya
Dewan Pengurus Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) prihatin dan menyesalkan atas konflik sosial-politik di Myanmar
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Ardy Muchlis
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Dewan Pengurus Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) prihatin dan menyesalkan atas konflik sosial-politik di Myanmar yang berujung pada pembantaian etnis Rohingnya.
DPP KNPI telah mencermati secara seksama laporan berikut informasi dari berbagai sumber terpercaya yang telah bahwa Militer Myanmar telah melakukan genocide terhadap etnis Rohingnya.
Dari rilis resmi DPP KNPI ke Tribun, Minggu (3/8/2017), KNPI menganggap melalui operasi militer besar-besaran, etnis Rohingnya menjadi sasaran pembantaian massal.
Sebelumnya, Pemerintah Myanmar telah menerapkan kebijakan isolatif dan diskriminatif begitu lama terhadap etnis Rohingnya yang mayoritas menghuni wilayah Rakhine.
Sejak lama, etnis Rohingnya hidup terisolir dan jauh dari taraf hidup layak. Jauh dari akses kesehatan, pendidikan, pekerjaan hingga ketersediaan pangan.
Kebijakan tersebut memicu pemberontakan dan perlawanan kaum militan Myanmar yang melegitimasi pemerintah Myanmar melakukan operasi militer dan menjurus pada genocide etnis Rohingnya
Ada dugaan, bahwa wilayah Rakhine merupakan daerah yang menyimpan kandungan mineral cukup kaya dibanding kawasan lain di Myanmar.
Diduga kuat, kebijakan diskriminatif dan mengisolasi etnis Rohingnya di Rakhine sekian lama hingga berujung pada operasi militer dilatari motif ekonomi-politik di wilayah tersebut. Kesimpulan kami, faktor agama maupun etnis, bukan faktor tunggal pemicu konflik sosial-politik di Myanmar.
Informasi dari European Rohingya Council (ERC) menyebutkan antara 2.000 dan 3.000 Muslim Rohingya terbunuh di negara bagian Rakhine hanya dalam waktu tiga hari, dari Jumat hingga Minggu lalu.
Adapun laporan dari UN Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR) 2017 didapati sedikitnya 60.000 warga etnis Rohingnya memilih mengungsi dari daerah konflik. Sebanyak 64 persen etnis Rohingnya mengalami penyiksaan fisik maupun mental, sedangkan 52 persen perempuan Rohingnya dilaporkan mengalami pemerkosaan atau kekerasan seksual
Terhitung paska kerusuhan sampai Jumat 25 Agustus 2017, dilaporkan 2000 warga Rakhine telah berhasil menyebrang ke Bangladesh. Dari angka ini, tidak semua pengungsi diterima oleh pemerintah Bangladesh.
Saat ini 1,1 juta warga Muslim Rakhine masih hidup dalam situasi yang tak aman. Mereka berada di antara gerakan militan Harakah al-Yakin, serta serangan tentara. Sementara mereka yang berada di pengungsian juga tak lebih baik nasibnya.
Laporan WHO awal tahun ini mengabarkan, lebih dari 80.000 anak usia di bawah lima tahun yang berada di pengungsian di Bangladesh berada dalam kondisi kelaparan.
Terkait hal itu, DPP KNPI bersama dengan jaringan pemuda ASEAN akan melakukan langkah dan aksi antara lain;