Kenapa Serda Wira Sinaga Bisa Gangguan Jiwa Padahal Tentara Hingga Hajar Polisi? Inilah Penyebabnya
Insiden penganiayaan anggota Satuan Lalu Lintas Polrestabes Pekanbaru, Bripda Yoga Vernando oleh anggota Korem 031/Wirabima, Kodam I/Bukit Barisan
TRIBUN-TIMUR.COM - Insiden penganiayaan anggota Satuan Lalu Lintas Polrestabes Pekanbaru, Bripda Yoga Vernando oleh anggota Korem 031/Wirabima, Kodam I/Bukit Barisan, Serda Wira Sinaga kini heboh diperbincangkan.
Diduga penganiayaan dipicu kesalahpamahan di antara keduanya saat berlalu lintas.
Selain itu, juga dipicu kejiawaan dia yang memang mengalami gangguan kejiwaan.
Kepala Penerangan Kodam I/Bukit Barisan Kolonel Edi Hartono mengatakan, Wira merupakan pengidap skizofrenia.
"Yang bersangkutan mengalami gangguan kejiwaan. Skizofrenia," ujar Edi, Jumat (11/8/2017).
Edi mengatakan, pada April 2017, Wira berobat ke rumah sakit militer di Pekanbaru, Riau.
Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi kejiwaannya terganggu.
Baca: 3 Ulah Serda Wira Sinaga Selama Berseragam TNI, yang Terakhir Brutal dan Berakhir Tragis
Setelah itu, Wira menjalani pengobatan instensif dan sudah kembali bekerja.
Namun, belakangan, penyakitnya kambuh.
"Dalam seminggu ini yang bersangkutan seperti orang bingung, ke sana ke mari enggak jelas apa yang dikerjakan," kata Edi.
Hingga kemudian Wira menganiaya sesama penegak hukum.
Mengenal Skizofrenia
Dikutip dari Alodokter.com, skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku.
Kondisi yang biasanya berlangsung lama ini sering diartikan sebagai gangguan mental mengingat sulitnya penderita membedakan antara kenyataan dengan pikiran sendiri.
Penyakit skizofrenia bisa diidap siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.
Baca: Tangan Diborgol dan Kaki Dirantai, Beginilah Kondisi Serda Wira Sinaga Sekarang
Kisaran usia 15-35 tahun merupakan usia yang paling rentan terkena kondisi ini. Penyakit skizofrenia diperkirakan diidap oleh satu persen penduduk dunia.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) yang dipublikasikan pada tahun 2014, jumlah penderita skizofrenia di Indonesia diperkirakan mencapai 400 ribu orang.
Di Indonesia, akses terhadap pengobatan dan pelayanan kesehatan jiwa masih belum memadai.
Akibatnya, sebagian besar penduduk di negara ini, terutama di pelosok-pelosok desa, kerap memperlakukan pasien gangguan jiwa dengan tindakan yang tidak layak seperti pemasungan.
Penyebab skizofrenia
Sebenarnya penyebab penyakit skizofrenia belum diketahui secara pasti oleh para ahli kesehatan.
Namun, ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh dalam pembentukan kondisi ini, di antaranya:
* Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamine (zat neurotransmiter yang bertugas membawa pesan antar sel-sel otak).
* Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
* Genetik yang diturunkan dari orangtua (penyakit keturunan).
* Kekurangan oksigen, kekurangan nutrisi, dan terpapar racun atau virus saat masih di dalam kandungan ibu.
* Lahir prematur dan lahir dengan berat badan di bawah normal.
* Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh akibat penyakit autoimun dan peradangan.
* Penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seperti amfetamin, kokain, dan ganja.
Tiga penelitian besar menunjukkan bahwa remaja pecandu ganja yang masih berusia di bawah 15 tahun memiliki risiko empat kali lipat untuk terkena skizofrenia sebelum usia 26 tahun dibandingkan remaja seumuran yang tidak memakai ganja.
Di lain sisi, penggunaan kokain dan amfetamin bisa menyebabkan kumatnya gejala skizofrenia pada penderita yang sudah sembuh dan memicu gejala psikosis.
Psikosis bisa dikenali dari perubahan drastis pada perilaku penderita skizofrenia, misalnya tiba-tiba bingung, cemas, marah, atau curiga pada orang-orang di sekitar.
Pemicu Skizofrenia
Yang dimaksud pemicu di sini adalah sesuatu yang dapat memunculkan gejala skizofrenia pada orang-orang yang berisiko terkena skizofrenia akibat faktor-faktor pembentuk kondisi seperti yang sudah disebutkan di atas.
Pada kasus skizofrenia, stres merupakan pemicu utama.
Banyak hal yang dapat menjadikan seseorang mengalami stres, di antaranya karena kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, pelecehan seksual, dan sebagainya.(tribun-timur.com/kompas.com/alodokter.com)