Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadan 1438 H

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Pesantren An Nahdlah Makassar

Pesantren hadir memberi nyala kehidupan spiritual dan sosial kepada masyarakat dan memberi konstribusi dalam pengembangan pesantren dengan beragam ben

Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Ardy Muchlis
TRIBUN TIMUR/ALFIAN
GP Ansor kota Makassar menggelar perayaan puncak GP Ansor ke-83, Senin malam (24/4/2017). Perayaan puncak ini dirangkaikan dengan peringatan Isra' Miraj di Masjid Nurul Ikhsan Pondok Pesantren An Nahdlah Jl Tinumbu. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Sukmawati Ibrahim

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-- Pesantren An Nahdlah kota Makassar dirintis AG.KH. Muh Harisah AS di kediamannya pada tahun 1982 silam, Jl Tinumbu, Lorong 149, No 6 A, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Menurut Direktur Eksekutif LAPAR Sulsel, Abdul Karim,  An Nhadlhah merupakan salah satu pesantren yang hadir sesuai dengan sejarah pesantren yang berhalaun Ahlusunnah Wa Jamaah.

Dimana sejarah pesantren di Nusantara tentang pertautan antara agama dan masyarakat.

Pesantren hadir memberi nyala kehidupan spiritual dan sosial kepada masyarakat dan memberi konstribusi dalam pengembangan pesantren dengan beragam bentuk.

"Pesantren An Nahdlah pun dalam amatan saya demikian juga adanya, yang dirintis oleh AG. KH. Muh. Harisah AS ini awalnya hanya digelar dalam bentuk mengaji tudang atau ngaji duduk bersila dengan jumlah santri tujuh orang saja," kata ayah dua anak ini pada tribun-timur.com, Kamis (22/6/2017).

Sejak saat itu sejumlah warga sekitar menghendaki agar AG. KH. Muh. Harisah AS mendirikan pesantren.

Menurut Karim, aspirasi warga sekitar agar Anregurutta mendirikan pesantren juga dipicu oleh situasi sosial sekitar.

Di kawasan Tinumbu dan sekitarnya di era-era 1980-an keterpurukan akhlaq sedang melanda.

"Sehingga sejumlah tokoh masyarakat setempat khawatir akan masa depan generasi mereka dimasa datang. Maka diaspirasikanlah pentingnya lembaga pendidikan pesantren hadir dikawasan itu," jelas alumni pondok pesantren Al Urwatul Wutsqaaa, Benteng, Sidrap ini.

Selain itu sejumlah tokoh masyarakat pada saat itu berharap, dengan didirikannya pesantren maka akan terbentuk generasi baru di masa datang yang tidak terpuruk akhlaknya.

Pesantren An Nahdlhah hadir karena murni aspirasi dari bawah, bukan aspirasi dari atas dengan tujuan mengatasi masalah sosial keagamaan masayarakat sekitar dan hadir dengan segala keterbatasannya menjadi rahmat bagi warga sekitar.

Pesantren ini tumbuh bersama warga sekitar, pertama, pembangunannya tidak lepas dari peran warga sekitar. Kedua, santrinya cukup intim dengan warga sekitar karena hidup ngekos di kolong warga sekitar. Ketiga, pesantren ini terbuka bagi warga untuk terlibat dalam setiap pengajian kitab yang dipimpin AG. KH. Muh. Harisah AS.

Alumni Fakultas Syariah IAIN Alauddin 1996 menambahkan, pesantren Nahdlhah hadir ditengah kelas masyarakat bawah, seperti PKL, tukang batu, buruh, tukang becak atau bentor, dan sejumlah profesi sektor informal lainnya.

"Pesantren ini hadir di tengah kota dunia, dan beroperasi ditengah lorong sempit, kiri-kanan dipadati rumah penduduk yang sesak, tanpa spasi. Pesantren ini mendidik putra-putri warga yang bekerja disektor informal dengan ikhlas, dan juga mendidik putra-putri warga lainnya," lanjutnya.

Semasa hidupnya, AGH. KH.Muh. Harisah AS melakoni itu tanpa keluhan, padahal negara cukup abai pada pendidikan pesantren kala itu.

Keikhlasannya AG. KH. Muh. Harisa terhadap pesantren An Nahdlah yang dibangunnya bersama warga tetap eksis dan tampil mendidik hingga saat ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved