Jenazah Iqbal alias Bala Disiram Seperti Bunga, Tak Ada Mau Salati, Begini Kelakuan Dia Semasa Hidup
Sebanyak 24 diantaranya terluka, dan dua nyaris meninggal, dan satu meninggal. Karena rangkaian aksi
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Mayat itu diangkat pakai selang air yang sebelumnya dipakai menyemprotnya.
Empat petugas mengkafaninya.
Jika saat di ruang jenasah RSUD Wotu, "Kolor Ijo", terlihat hanya mengenakan kolor hitam, laiknya celana, baju kaos, dan jaket kulit hitamnya, maka saat di ruang DVI RS Bhayangkara, tak ada lagi kolor yang terpasang ditubuhnya.
Bahkan, Tribun sempat melihat "Kolor Ijo" belum dikhitan.
Alat vitalnya masih utuh.
Usai dikafani, satu petugas DVI mengajak yang lain untuk menyalatinya.
Tapi, lagi-lagi orang di ruangan itu ogah.
Akhirnya, hanya petugas paling tua di ruangan itu yang berdiri menghadap kiblat, mengangkat takbir untuk jenazah berbalut kafan.
Setelah disalati, seorang petugas mengingatkan.
“Eh, kayaknya belum-pi diformalin itu mayatnya. Ini mau dibawa perjalanan 12 jam ke Malili, bos!”
Koordinator petugas ruangan DVI Andy pun mengambil dua botol plastik zat pengawet, formalin.
Di ujung bawa selang, jarum suntik laiknya infus disuntikkan ke tangan yang menonjol.
Kain kafan tak dibuka.
Cairan pengawet itu diteteskan laiknya infus sekitar 25 menit.
Saat proses formalisasi itu, fotografer Tribun pun bertanya kepada Kepala Lapas Klas I Makassar, Marasidin Siregar, “Mau dibawa kemana ini jenazahnya, Pak.”