Jenazah Iqbal alias Bala Disiram Seperti Bunga, Tak Ada Mau Salati, Begini Kelakuan Dia Semasa Hidup
Sebanyak 24 diantaranya terluka, dan dua nyaris meninggal, dan satu meninggal. Karena rangkaian aksi
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Tiga hari sebelum "Kolor Ijo" ditembak mati, Rizal sudah ditemukan polisi dari Tim Satgas Tinimbala di Poso Pesisir, sekitar 210 Km dari Mangkutana, atau 720 Km tenggara LP Gunungsari di Makassar.
Buronnya "Kolor Ijo", menebar teror dan ketakutan bagi wanita di Sulsel, khususnya di Tana Luwu.
Perburuan Kolor Ijo, memang sarat ‘dendam’ aparat, untuk ketentraman para wanita.
Ketika jadi mayat di Mangkutana, sekitar 8 jam, usai tertembak mati, memang, tak banyak orang yang mau mengurus mayatnya.
Saat tiba di RSUD I Wotu, Luwu Timur, para pun perawat wanita dan paramedik pun ogah mengotupsinya.
“Meliriknya saja, anak-anak (perawat) tak mau, apalagi menyentuhnya,” kata dr Rasdina, Direktur RSUD I Wotu kepada Tribun.
Saat tiba dengan menggunakan ambulans Pemkab Lutim, pukul 20.00 wita dari Wotu, di ruang petilasan jenazah RS Bhayangkara, Jl Brigjen Mappaouddang, Makassar, orang-orang pada ogah dengan muka masam.
Jenazahnya dibawa masuk hanya oleh tiga petugas.
Saat akan dimandikan, seorang petugas DVI, dari dalam ruangan keluar di selasar dan teras RS, “Eii, masak saya-ji sendiri yang urus-ki ini, bantu-ka’ dong.”\
Tiga petugas DVI pun masuk. Saat dikeluarkan dari kantung mayat warna orange, masih banyak darah berceceran di kantung itu.
Semua petugas memicingkan mata.
Lalu saat dimandikan, jenazahnya hanya dionggok di meja silver alumunium.
Tribun, menyaksikan bagaimana "Kolor Ijo" dimandikan, laiknya hanya menyemprot bunga di taman.
Seadanya. Dua dari empat petugas yang mengenakan masker, sempat menyentuh dengan aroma muka dan dahi mengerut.
Usai dimandikan, dan akan diangkat ke tatakan meja besi putih untuk dikafani, juga terlihat, hanya diurus seadanya.