Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rakyat Takalar Berjuang Sendiri Lawan Penambang Asing, Mereka Dilanda Abrasi, Jeneponto Pun Kena

Para nelayan Galesong tak bersenjata laiknya angkatan bersenjata, mereka hanya berarmada perahu tradisional.

Editor: Ilham Mangenre
kompas.com
Puluhan nelayan tengah menyerbu kapal penambang pasir milik Boskalis Belanda di Perairan Galesong, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa (9/5/2017).(Kontributor Gowa, Abdul Haq). 

TRIBUN-TIMUR.COM- Kini rakyat Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan harus berjuang sendiri melawan penambang pasir asing, kapal penambang perusahaan raksasa Boskalis Belanda.

Operasi kapal negeri oranye itu membuat nelayan terganggu mencari ikan.

Tak hanya itu, pantai Takalar dilanda abrasi tak bertepian, rumah mereka pun terancam sirna.

Baca juga: Abrasi Pantai, 4 Rumah Warga Galesong Terancam Rubuh

Sedikitnya empat rumah di pesisir pantai di Dusun Kanaeng, Desa Bontokanang, Kecamatan Galesong Selatan, Takalar, terancam roboh karena abrasi, Selasa (27/12/2016). [Reni Kamaruddin/Tribuntakalar.com]
Sedikitnya empat rumah di pesisir pantai di Dusun Kanaeng, Desa Bontokanang, Kecamatan Galesong Selatan, Takalar, terancam roboh karena abrasi, Selasa (27/12/2016). [Reni Kamaruddin/Tribuntakalar.com]

Kabupaten tetangga Takalar, Jeneponto juga ketiban celakanya.

Baca: Warga Desa Bontoujung Jeneponto Diresahkan Abrasi Pantai


Abrasi pantai Desa Bonto Ujung, Kecamatan Tarowang, Kabuoatrn Jeneponto, Rabu (26/10/2016).[Muslimin Emba/tribunjeneponto.com]
Abrasi pantai Desa Bonto Ujung, Kecamatan Tarowang, Kabuoatrn Jeneponto, Rabu (26/10/2016).[Muslimin Emba/tribunjeneponto.com]

Untuk kesekian kali, Selasa (9/5/2017), nelayan di perairan Galesong Takalar bersatu mengepung dan mengusir paksa kapal tersebut.

Bak performa perang melawan kolonial tempo dulu, bambu runcing vs tank.

Para nelayan Galesong tak bersenjata laiknya angkatan bersenjata, mereka hanya berarmada perahu tradisional.

Mereka mengepung dan menggeledah kapal sebelum akhirnya kapten kapal bersedia meninggalkan lokasi guna menghindari amukan para nelayan.

Aksi penyerangan KM Bulan yang tengah melakukan penambangan pasir di Perairan Gelesong oleh puluhan nelayan Desa Bontomarannu, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, ini terjadi pada pukul 09.00 Wita.

Puluhan nelayan tengah menyerbu kapal penambang pasir di Perairan Galesong, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa (9/5/2017).(Kontributor Gowa, Abdul Haq)
Puluhan nelayan tengah menyerbu kapal penambang pasir di Perairan Galesong, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa (9/5/2017).(Kontributor Gowa, Abdul Haq) 

Para nelayan mengaku kesal dengan aksi penambangan pasir secara ilegal lantaran khawatir terjadi abrasi di lepas pantai serta mengganggu aktivitas pencarian ikan nelayan setempat.

Nelayan Galesong Takalar menduduki kapal penambang pasir Boskalis Belanda, Rabu (3/5/2017), di perairan Galesong Takalar. (handover)
Nelayan Galesong Takalar menduduki kapal penambang pasir Boskalis Belanda, Rabu (3/5/2017), di perairan Galesong Takalar. (handover) ()

"Pastinya akan terjadi abrasi dan kami juga terganggu mencari ikan," kata Dunial Maulana, kepala Desa Bontomarannu.

Sebelumnya, para nelayan berkumpul di lepas Pantai Galesong untuk menyerang KM Bulan yang berjarak satu jam perjalanan laut dari lepas pantai.

Nelayan Galesong Takalar melawan operasi Kapal Boskalis Belanda yang menambang pasir di perairan tersebut, Rabu (3/5/2017) siang. (handover)
Nelayan Galesong Takalar melawan operasi Kapal Boskalis Belanda yang menambang pasir di perairan tersebut, Rabu (3/5/2017) siang. (handover) ()

Dengan menggunakan empat perahu tradisional, para nelayan langsung mengepung dan menduduki KM Bulan. Tak hanya itu, para nelayan juga menggeledah kapal guna mencari kapten kapal.

Lantaran para nelayan mengancam akan membakar kapal jika kapten kapal tak keluar menemui para nelayan, Ricky selaku kapten kapal akhirnya keluar menemui mereka.

Dialog akhirnya berlangsung dimana kapten kapal tak sanggup memperlihatkan izin penambangan dari pemerintah setempat.

Pada pukul 11.00 Wita puluhan nelayan akhirnya bersedia meninggalkan KM Bulan dan kembali ke pantai dengam syarat KM Bulan harus meninggalkan lokasi penambangan.

"Sebenarnya kami hanya menyurvei pasir kalau memang bisa maka pasirnya kami angkut ke Losari," kata Ricky, kapten KM Bulan.

Sementara nelayan mengklaim bahwa aktivitas penambangan pasir di Perairan Galesong adalah ilegal lantaran tidak mendapat izin dari pemerintah setempat.

Selain itu, para nelayan juga telah melakukan pengaduan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Selatan ketika hasil pengaduan ini pihak DPRD mengeluarkan rekomendasi untuk menghentikan aktivitas penambangan pasir di Perairan Galesong.

Baca juga: Amien Rais Ajak Luhut Adu Fakta Kasus Reklamasi, Saya Yakin Ini China Sudah Sangat Kepanasan

"Saya selaku kepala desa tidak pernah mendapat informasi akan adanya aktivitas penambangan pasir di sini, lagian pihak DPRD juga telah memerintahkan agar penambangan pasir dihentikan karena merusak ekosistem laut," kata Dunial Maulana kembali. (tribun-timur.com/Kompas.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved