Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ziarah Bersejarah Rektor dan 10 Guru Besar Undip ke Makam Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda.

Penulis: Hasrul | Editor: Thamzil Thahir
dok_tribun/abdiwan
Rektor Universitas Diponegoro Prof Dr Yos Johan Utama SH MHUm, Wakil Ketua MWA Undip, Prof Dr Esmi Warassih Pudjirahayu SH MH serta rombongan saat berziarah ke makam Pangeran Diponegoro, di Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar, Kamis (4/5/2017) 

MAKASSAR, TRIBUN - Rektor Universitas Diponegoro Prof Dr Yos Johan Utama SH MHUm, Kamis (4/5/2017) berziarah ke Makam pahlawan Nasional, Raden Mas Ontowiryo atau yang dikenal dengan Pangeran Diponegoro (1785-1855) di Jl Pangeran Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Ziarah ini difasilitasi anggota Majelis Wali Amanah (MWA) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, HM Aksa Mahmud (73) yang juga founder Bosowa Corporation.

Selain rektor juga hadir 10 guru besar UNDIP, yang terdiri dari 8 professor dan 6 doktor.

Kuncen atau juru kunci makam Panglima Perang Jawa ini, Harto Diponegoro (41), kepada Tribun, kemarin, mengkonfirmasikan banyak peziarah dari dosen dan kampus Undip ke makam mendiang kakek buyutnya, namun baru kali inilah ada rombongan resmi dan banyak dari Undip yang datang berziarah.

“Seingat saya belum pernah ada guru besar sebanyak ini yang datang,” ujar Harto.

Konfirmasi serupa juga dikemukakan kakak kandung Harto, Ansha Diponegoro (45 tahun).

Ziarah ke Makam Pangeran Diponegoro ini memang bersejarah.

Sejak Universitas Diponegoro berdiri 60 tahun lalu, atau 9 Januari 1957, dalam catatan keluarga kuncen makam ini, baru kali ini ada yang datang sebanyak itu.

Mereka yang datang berziarah terdiri dari 16 pimpinan dan anggota Majelis Wali Amanah Undip. Mereka terdiri dari 8 profesor, empat doktor dan dan setridaknya tujuh staf pendamping dri WMA dan Rektorat Undip.

Di Kompleks itu, Makam Pangeran Diponegoro berdampingan dengan istrinya, Raden Ayu (RA) Ratna Ningsih.

Kedua petilasan makam ini memang menonjol dibanding sekitar 97 makam lainnya. Makam setinggi dua meter itu dilengkapi cungkup berbentuk bangunan khas Jawa bergaya Joglo.

Para rombongan dari Undip yang datang antara lain Prof Dr Esmi Warassi P, Prof Dr IR Bambang Pramudono MS, Prof Dr Yos Johan Utama SH MHUm, Prof Dr Sugeng Wahyudi MM, Prof Dr Ir Sunarso MS, Prof Dr Ir Ambarianto Msc, Prof Dr Ir M Arifin MSC, Tarmizi Ahmad MBA PhD, Dr Ir Bambang Purwanggono Megn, dan DR Ing., Asnawi ST

Selain itu dari staf sekretariat MWA dan rektorat antara lain Arsiani Sulasmiwati Mpd, Fawwas MMCDp, Budi Setiono, Herniwati Retnohandayani, Imam Nurcahyono, dan Fauzan Azimah.

Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban terbanyak.

Guna meredam perlawanan Rakyat Jawa yang digalang RM Ontowiryo, Pangeran Diponegoro pun diasingkan ke Makassar, Manado, dan Sumenep Madura, sebelum ditahan di Benteng Fort Rotterdam Makassar, dan meninggal dengan sejumlah karya intelektual dan dakwah Islam.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved