Air Danau Tempe Surut, Nelayan Beralih Profesi Jadi Tukang Bentor
Warga Sengkang menyebut becak motor dengan Bemor. Berbeda dengan daerah lainnya, seperti Makassar yang menyebut Bentor.
Penulis: Ansar | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN-TIMUR.COM, WAJO- Air Danau Tempe di Lingkungan Baru Orai, Kelurahan Laelo, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo masih surut meski hujan mulai mengguyur, Selasa (2/4/2017).
Hal ini membuat beberapa warga Baru Orai yang berprofesi sebagai nelayan, nyambi jadi tukang Becak Motor (Bemor).
Pasalnya, air danau juga dangkal dan ikannya masih sedikit dibanding saat air pasang. Selain itu, ikannya juga masih kecil.
Warga Sengkang menyebut becak motor dengan Bemor. Berbeda dengan daerah lainnya, seperti Makassar yang menyebut Bentor.
Seorang warga Asmar mengatakan, beberapa bulan terakhir dia berhenti sementara menjadi nelayan dan melakoni profesi barunya sebagai tukang bemor.
Pria yang berumur sekitar 50 tahun ini menunggu penumpang di jalan Udang Tempe. Dia dan puluhan rekannya, mengantre untuk membawa penumpang yang akan ke Baru Orai.
"Dulu saya nelayan juga. Tapi saya beli bemor untuk mengangkut penumpang. Biasa saya dapat Rp 50 ribu sampai Rp 80 ribu sehari. Pengahasilan bemor lumayan," katanya.
Jika air pasang, Asmar kembali menjadi nelayan. Hasil tangkapannya dipasarkan di beberapa pasar, diantaranya Tempe. Penghasilan sebagai nelayan cukup tinggi jika air pasang.
"Kalau air turun (surut) jauhki pergi. Sekitar satu jam ki naik perhahu karena daerah yang dekat sangat sedikit dan kecil ikannya," katanya.
Sementara, Kepala Lingkungan Baru Orai, Baharuddin Naje mengatakan, hanya sebagian kecil warganya yang beralih profesi dari nelayan jadi tukang bemor.
Bahar menjelaskan, sekitar 570 warga Baru Orai, hanya sekitar 10 persen yang berpofesi lain, karena tidak mampu menjadi nelayan.
"Warga yang jadi tukang bemor itu, mungkin tidak mampu jadi nelayan. Karena kalau kita tidak keluar saat siang, berarti kita harus bermalam di danau," katanya.
Hal ini dilakukan nelayan, untuk menghindari adanya pencuri. Tapi selama ini belum ada pencuri yang mengambil jaring nelayan.
Jika musim kemarau, warga Baru Orai mengandalkan roda tiga sebagai kendaraan umum. Pasalnya, ruas jalan dan jembatan gantung, hanya muat bemor saja.
Saat musim hujan, warga menitip kendaraannya di jalan Udang Tempe dan mengandalkan perahu sebagai alat transportasi.(*)